Kamis, 07 Mei 2020

Renungan hari ini: TELADAN BAGI KAWANAN DOMBA

Renungan hari ini:

TELADAN BAGI KAWANAN DOMBA



1 Petrus 5:3 (TB) "Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu"

1 Peter 5:3 (NET) "And do not lord it over those entrusted to you, but be examples to the flock”

Seorang pemimpin haruslah mendi teladan bagi umat yang dipimpinnya. Petrus memberikan nasihatnya kepada para penatua, mengingat bahwa dalam budaya Yahudi, para penatua adalah sosok yang dihormati dan dipercaya, serta menjadi panutan hidup karena dipandang memiliki kebijaksanaan. Sebagai orang yang dipandang sebagai pemimpin, Petrus meminta mereka untuk mengingat tanggung jawab mereka atas umat Allah. Petrus menegaskan bahwa Allah sendirilah yang memberikan kepercayaan- Nya kepada mereka, untuk dapat mendampingi umat-Nya. Atas kepercayaan yang diberikan, Petrus mengingatkan bahwa mereka bukanlah menjadi penguasa atas umat. Tetapi kepercayaan tersebut haruslah dijawab dengan menjadi teladan bagi umat. Para penatua diajak untuk menjalani hidupnya sebagai teladan yang baik, yang bersedia merendahkan hatinya dalam kebijaksanaan untuk hadir bagi orang lain. Supaya melalui mereka, kehidupan yang baik dapat semakin berkembang. 

Nasihat Petrus ini sekarang menjadi buat kita. Kita harus menjadi teladan di keluarga, Gereja dan Masyarakat kita. Apakah yang harus kita lakukan agar kita bisa disebut pemimpin yang bisa diteladani? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar kita disebut sebagai penggembala/pemimpin yang bisa diteladani, yakni:

Pertama, kita seharusnya menggembalakan dengan sukarela, tidak dengan paksa (ay. 2a). Pelayanan penggembalaan harus dilakukan dengan sukarela, karena mengerti akan kehendak Allah. Semua pelayanan memang seharusnya tidak dilakukan dengan rasa terpaksa, tetapi khusus terhadap pelayanan penggembalaan, dimana kita nantinya akan dipercayakan “domba-domba” untuk kita gembalakan, maka hal tersebut butuh kesadaran bahwa pelayanan tersebut tidak dapat dipaksakan. Ketika kita menggembalakan dengan rasa terpaksa, maka domba-domba kita akan merasakan dampaknya. Hal ini berbeda dengan pelayanan doa misalnya, dimana andaikan kita berdoa dengan terpaksa sekalipun, maka tidak akan ada dampak langsung terhadap orang lain.

Kedua, kita seharusnya menggembalakan dengan pengabdian diri, tidak dengan motivasi mencari keuntungan. Seorang gembala adalah seorang pemimpin, namun berbeda dengan pemimpin dalam hal sekuler, seorang gembala adalah pemimpin rohani, yang justru harus banyak berkorban dan melayani domba-dombanya ketimbang dilayani oleh domba-dombanya. Itulah mengapa seorang gembala yang baik, justru akan banyak berkorban bagi domba-dombanya, misalnya dalam hal memberi perhatian, memberi pertolongan, memberi pinjaman, dan memberi waktu bagi domba-domba yang membutuhkannya. Berbeda dengan pemimpin dunia yang ketika menjadi pemimpin justru banyak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, seorang gembala justru harus siap berkorban dan harus mencari keuntungan bagi domba-dombanya.

Ketiga, kita seharusnya menggembalakan dengan memberi teladan, bukan dengan memerintah (ay. 3). Gembala bukan jabatan politik seperti pemerintah. Gembala memang harus memimpin domba-dombanya, tetapi mandat untuk memimpin itu bukan diberikan dari domba-dombanya, melainkan diberikan dari Tuhan sendiri. Itulah sebabnya kita tidak dapat menerapkan secara mutlak seluruh prinsip-prinsip kepemimpinan dunia (entah di bidang pemerintahan maupun di swasta) ke dalam gereja, karena prinsip kepemimpinan dunia tidak 100% dapat diterapkan dalam prinsip penggembalaan. Kita seharusnya menggembalakan dengan menunjukkan teladan atau contoh, bukan memerintah dengan tangan besi (Mat. 20:25-27).

Ketika kita mau taat melakukan pelayanan penggembalaan tersebut, maka Tuhan pun yang adalah Gembala Agung kita, akan mengaruniakan upah dari pelayanan tersebut, yaitu mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (ay. 4). Mahkota ini merupakan gambaran kekuasaan, dan karena Tuhan kita adalah Tuhan yang berkuasa atas seluruh alam semesta ini, maka ketika nanti Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kali, kita akan duduk bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan memerintah bersamaNya (Why. 20:6). Jadi, ketika saat ini Tuhan sedang mempercayakan pelayanan penggembalaan kepada kita, entah berapa pun banyaknya domba yang dipercayakan kepada kita, lakukanlah itu dengan setia, dengan senantiasa memandang kepada Tuhan, dan mahkota kemuliaan yang akan diberikanNya kepada kita, ketika kita setia mengerjakan pelayanan kita sampai pada kesudahannya (Why. 2:10). Karena itu, jadilah gembala/pemimpin yang bisa diteladani. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...