Jumat, 19 Oktober 2018

Renungan hari ini: JANGAN MENAFSIR NUBUAT KITAB SUCI MENURUT KEHENDAK SENDIRI

Renungan hari ini: 

JANGAN MENAFSIR NUBUAT KITAB SUCI MENURUT KEHENDAK SENDIRI



2 Petrus 1:20 (TB) "Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri" 

2 Peter 1:20 (NET) "Above all, you do well if you recognize this: No prophecy of scripture ever comes about by the prophet’s own imagination” 

Ada banyak nubuat yang ditulis dalam Kitab Suci. Nubuat Kitab Suci itu tentu sulit untuk dipahami, karenanya kita butuh penafsirannya. Untuk menafsirkan isi Kitab Suci harus melalui tahapan-tahapannya agar penafsiran itu tidak melulu mengandalkan pemikiran manusia saja. Penafsiran yang baik harus dimulai dari pemahaman menurut si penulis Alkitab itu. Artinya, kita membahas teks dengan baik dan matang tentu menggali kebenaran latar belakang teks dan konteks penulisannya lalu diaktualisasikan dalam kehidupan nyata sekarang. Jika penafsiran yang hanya mengandalkan pemikiran manusia saja bisa melahirkan pengajaran sesat walaupun dibangun berdasarkan Alkitab. Jadi bagaimana cara memahami Alkitab secara benar?

Pertama, jangan hanya mengandalkan akal manusia. Sekalipun yang menulis Alkitab itu adalah manusia, tetapi penulisnya adalah Roh Kudus. Itulah sebabnya jangan pakai pendekatan akal manusia dalam memahami firman Allah karena akal manusia terbatas dibandingkan dengan firman Tuhan yang tak terbatas. Memang kita dikaruniai Allah akal untuk memikirkan hal-hal yang dapat dipikirkan tetapi jangan pakai akal manusia menjadi dasar untuk mempelajari firman Allah. Sebab kita tidak akan pernah bisa menemukan maksud yang sesungguhnya dari firman Allah yang kita pelajari kalau kita mendasarinya dengan kemampuan berpikir kita. 

Dinyatakan bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri. Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah.  Dalam Lukas 4:16-21, ketika Tuhan Yesus mengajar di rumah ibadah, Dia menafsirkan nubuat dalam Alkitab ketika Dia berkata, "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya" (Luk. 4:21). Itulah contoh yang diberikan Tuhan Yesus dalam menafsirkan suatu nubuat yang tertulis dalam Alkitab.

Nubuat itu menyatakan lebih dahulu peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Dalam pengertian yang lebih modern, kata ini bermakna seseorang yang memberikan prediksi. Namun Nubuat tidak identik dengan ramalan. Nubuat tidak mutlak harus "tertulis" (dalam tanda kutip). Tertulis dimaksud adalah tulisan khusus tentang Kristus. Nubuat dapat menggunakan pola-pola tertentu sebagai suatu ‪tipologi/perlambangan dari sesuatu yang akan terjadi sebagai penggenapnya (anti-type). Banyak nubuat kitab suci yang digenapi segera setelah pewahyuannya adapula yang belum dan masih menunggu sampai saatnya tiba. 

Ada banyak sekali rekaan tentang nubuat yang tertulis dalam Alkitab kita yang kita merasa belum sepenuhnya digenapi, maka kemudian munculah interpretasi-interpretasi atau penafsiran-penafsiran yang beraneka ragam tentang nubuat yang tertulis dalam Alkitab kita. Katakanlah nubuat tentang akhir zaman di dalam Alkitab, ada banyak sekali penafsiran-penafsiran. Satu denominasi Kristen bisa berbeda penafsirannya terhadap suatu nubuat akhir zaman dengan denominasi Kristen lainnya. 

Belum lagi masih ada nubuat-nubuat "tambah-tambahan" dari orang-orang yang menamakan dirinya "Hamba Tuhan" mereka menyampaikan nubuat-nubuat baru dan mengklaim bahwa "nubuat-nya" itu akan digenapi di kemudian hari. Agaknya cukup sulit menentukan yang mana penafsiran nubuat yang benar, dan yang mana penafsiran nubuat yang salah. 

Dan, seringkali disampaikan "nubuat-nubuat baru" oleh "hamba Tuhan" di dalam KKR-KKR zaman now yang lebih bersifat sebagai "ramalan" misalnya dalam suatu KKR seorang "nabi/nabiah" menyampaikan nubuat (yang sebenarnya bersifat ramalan bahkan “you buat”). Misalnya: ada nubuat Indonesia akan mengalami sesuatu kemenangan, bahwa akan ada presiden Kristen memimpin Indonesia. Sebenarnya mengidentikkan "nubuat" dengan "ramalan" adalah salah, karena sekalipun "nubuat" sering berkenaan dengan ramalan tentang apa yang akan terjadi, tetapi tidak harus demikian. Nubuat bisa berupa suatu ajaran atau suatu "type".

Dan, bandingkan pula banyak "nabi/nabiah" masa kini di dalam suatu KKR menyampaikan suatu mujizat, pengelihatan, pengalaman roh, dibawa ‪ke Surga atau ‪ke neraka, dan mereka menjadikan hal-hal itu sebagai ajaran dan suatu pengalaman mereka tentang Kekristenan baru. Mereka memang berbicara atas nama Allah, mereka memang memuji-muji Yesus dengan begitu dahsyat dengan iringan musik dan sound system yang menggelegar, belum lagi rangkaian panggung yang megah dan tatanan lampu yang membuat suasana menjadi lebih megah. Dan pada penampilan mereka di suatu KKR, mereka meyakinkan para penontonnya bahwa mereka mempunyai mandat ber"nubuat"  (“youbuat”?) dan mandat penafsiran nunuat-nubuat itu. Dan pujian kepada nama Yesus memang bertubi-tubi sehingga para penontonnya yakin sekali bahwa si hamba Tuhan ini benar-benar bekerja untuk Tuhan dan kemuliaan Nama Yesus. Dari modus ini akan ada banyak sekali orang terkecoh akan hal tersebut, terlebih Alkitab telah menyatakan dalam 2Korintus 11:14, "Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang".

Kedua, harus mengandalkan Roh Kudus. “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (ay. 21) Karena penulis Alkitab adalah Roh Kudus, maka kita harus memakai pendekatan Roh Kudus dalam mempelajari firman Allah. Memahami Alkitab yang benar adalah dengan melihatnya dari kacamata si pembuat Alkitab, yaitu Roh Kudus. Kalau benar pengajaran yang kita terima hari ini berdasar Alkitab, maka seharusnya dimengerti sesuai dengan apa kata Alkitab. Hanya Roh Kudus yang dapat menjelaskan firman-Nya itulah sebabnya perlu memberikan keleluasaan pada Roh Kudus untuk mengartikan firman-Nya. Mungkin ada orang mengartikan satu nas dalam Alkitab, tetapi kalau itu bertentangan dengan nas yang lain, maka sebenarnya pengertian yang didapat itu bukanlah seperti yang dimaksud oleh Alkitab. Jadi, Alkitab harus dimengerti seperti apa kata Alkitab. Dan itu hanya bisa apabila kita dituntun oleh Roh Kudus. Hal ini bukan berarti kita tidak memakai akal lagi dalam mempelajarinya, tetapi biarkan akal Anda dikuasai oleh Roh Kudus agar Anda menemukan artinya seperti yang dimaksud oleh Roh Kudus.   

Karena itu, berhati-hatilah menilai suatu nubuat, terutama "nubuat-nubuat baru" dari hamba-hamba Tuhan yang suka menjual kesaksiannya ditampilkan dalam suatu KKR-KKR. Memahami Alkitab yang benar adalah dengan melihatnya dari kacamata si pembuat Alkitab, yaitu Roh Kudus. (rsnh)

Selamat berkahir pekan dan besok ke Gereja

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...