Selasa, 19 Oktober 2021

Renungan hari ini: “KASIH ALLAH DAN KETABAHAN KRISTUS” (2 Tesalonika 3:5)

 Renungan hari ini:

 

“KASIH ALLAH DAN KETABAHAN KRISTUS”




 

2 Tesalonika 3:5 (TB) "Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus" 

 

2 Thessalonians 3:5 (NET) "Now may the Lord direct your hearts toward the love of God and the endurance of Christ"

 

Dalam nas hari ini kita akan belajar dua hal, yakni: kasih Allah dan ketabahan Kristus. Kedua hal ini harus kita miliki agar iman kita kuat dan tanggung menghadapi pergumulan hidup kita di dunia ini.

 

Pertama, soal kasih Allah. Tentu kita sudah tahu tentang Kasih Allah adalah agape, kasih yang tulus, kasih yang tidak menuntut balas. Perbuatan baik yang ikhlas dan dari ketulusan hati tanpa ada harapan akan ada balas jasanya. Itulah yang dilakukan Allah dalam menyelamatkan manusia. Allah rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal hingga mati di kayu salib demi menyelamatkan kita. Agape adalah pengorbanan, mengorbankan milik yang paling berharga dipersembahkan untuk menyelamatkan orang lain. Satu ayat alkitab menjelaskan kasih agape itu adalah Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

 

Allah adalah kasih, kasihnya menetap dan tanpa menuntut balas. Hal inilah dasar bagi setiap orang percaya melakukan kasih dan perbuatan baik. Perbuatlah kebaikan dengan tulus dan jangan bersungut-sungut karena Allah telah melakukannya untuk kita. Kasih-Nya yang tulus sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita agar tetap melakukan kasih. 

 

Kasih Allah itu tidak berkesudahan. Puncak kasih Allah ada dalam diri Yesus Kristus. Kristus menunjukkan ketabahan-Nya menanggung segala penghinaan dan dosa dunia. Paulus berpesan: kepada jemaat Tesalonika yang sedang mengalami pergumulan. Paulus mengarahkan, mendoakan sekaligus mengingatkan melalui suratnya. Ada Allah yang penuh kasih, ada Kristus yang begitu tabah. Sikap Kristus menjadi teladan kita. Memang tidak mudah menjadi orang yang penuh kasih dan tabah, tapi kita harus tunjukkan. Barangkali kita ingin mengasihi secara tulus ikhlas, namun kita diperhadapkan dengan orang-orang yang ingin mengasihi dengan imbalan. Kita bisa saja menjadi kecewa dan jemu untuk berbuat kasih serta sabar. Namun kita tidak terpanggil untuk terus kecewa sebab Allah mengkehendaki kita tetap hidup dalam kasih dan ketabahan

 

Kedua, soal ketabahan. Ketabahan atau ketekunan adalah sebuah kebajikan Kristiani yang sangat luhur. Alkitab memakai kata hupomone sebanyak 31 kali untuk ketabahan. Hupomone bukan saja berarti “bertahan” namun terlebih “bertahan untuk bertahan”. Namun sikap “bertahan” ini bukanlah sekadar sebuah kesabaran yang pasif sembari menanti persoalan akan usai dengan sendirinya, seiring dengan berjalannya waktu. Ketabahan adalah sebuah sikap aktif yang bersedia berjalan maju dan memperjuangkan apa yang kita yakini sebagai kebenaran.

 

Ketabahan bukanlah keputusan untuk membelakangi badai dan berlindung di balik punggung orang lain, namun keputusan untuk berjalan di dalam dan melawan badai. Ketabahan juga bukan iman pelari sprint jarak 100 meter, yang begitu bertenaga namun cepat pula kehabisan tenaga. Ia adalah iman pelari marathon, yang mungkin tak cepat lajunya namun konstan, lama, dan tak sudi berhenti jika belum sampai pada tujuan.

 

Ketabahan menggambarkan kemampuan menanggung penderitaan dengan tabah sehingga dapat melewati segala bentuk kesulitan dengan tetap menempuh jalan kemenangan. Paulus tetap tabah saat menghadapi berbagai macam penderitaan. Paulus tetap menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa. Semuanya itu ia lewati dengan ketabahan. Kesulitan menjadi guru baginya sehingga dia dapat bersaksi, "sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu". Pengalaman itu menjadi kesaksian bagi semua orang, terutama bagi mereka yang menjalani jalan penderitaan yang sama dengan Rasul Paulus. Dia menguatkan kita agar mampu melewati jalan yang pernah ia lalui. Rahasia Paulus menjalani penderitaan dengan hupomone, bukan bergantung pada kekuatan diri, tetapi pada kekuatan Tuhan yang tak terbatas.

 

Bila kita menghadapi badai kehidupan, jangan mengeluh dan menyerah kepada keadaan. Berdoalah memohon kekuatan Tuhan dan jalanilah hidup ini dengan hupomone. Tuhan akan memampukan kita menjadi pemenang kehidupan, sehingga dapat bersaksi bahwa kekuatan dan ketabahan itu datangnya dari Tuhan. Karena itu, milikilah kasih seperti kasih Allah dan ketabahan seperti ketabahan Kristus. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...