Renungan hari ini:
“BERANI MENGHAMPIRI TAHTA KASIH KARUNIA TUHAN”
Ibrani 4:16 (TB) "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya"
Hebrews 4:16 (NET) "Therefore let us confidently approach the throne of grace to receive mercy and find grace whenever we need help"
Keberanian adalah kunci kesuksesan. Keberanian sangat kita butuhkan untuk menghampiri tahta kasih karunia Allah. Ada banyak hal, yang membuat kita tidak mampu menghampiri tahta kasih karunia TUHAN dengan berani. Mungkin kita ragu bahwa Tuhan mau menolong kita. Atau kita merasa tidak pantas untuk menghampiri tahta kasih karunia Tuhan.
Mari kita melihat kisah Yosua, ketika lima raja orang Amori menggempurnya saat bangsa Israel sedang berdiam di daerah Gibeon. Pasukan yang mereka hadapi saat itu sangat mengenal area pertemuran dan jumlahnya pun lebih banyak dari tentara Israel. Namun, dengan berani Yosua memimpin barisannya maju berperang. Ia percaya bahwa Tuhan menyertai mereka dan sesuai janji-Nya, Dia akan menyerahkan para musuhnya ke dalam tangannya. Tuhan pun mengirim roh kebingungan dan menurunkan hujan batu untuk meluluhlantakkan pasukan Amori. Setelah itu, Yosua bahkan meminta agar matahari dan bulan berhenti. Alkitab mencatat bahwa tidak pernah ada hari seperti itu, sebelum dan sesudahnya, di mana Tuhan mendengarkan seorang manusia dengan cara demikian.
Seperti Yosua, saat berbagai masalah menerpa dan mengepung kita, marilah dengan penuh keberanian kita menghampiri takhta kasih karunia-Nya. Terlebih lagi karena kita telah memiliki Yesus sebagai Imam Besar yang menjadi Pengantara kita dengan Allah (Ibr. 7:25). Percayalah, Tuhan sudah menentukan kita untuk menjadi pemenang atas kehidupan kita di dunia ini. Masalah yang kelihatan besar dapat dipakai oleh Tuhan untuk memperlihatkan kuasa-Nya yang jauh lebih besar. Ia pasti memberikan pertolongan untuk kita tepat pada waktunya. Carilah kehendak-Nya dan berdoalah untuk hal-hal yang besar dan ajaib, maka kita akan melihat bagaimana Roh Allah bergerak dan melakukan hal yang mustahil untuk kita. Nasib kita akan berubah, dan yang terutama adalah nama Tuhan dipermuliakan.
Hanya mereka yang punya keberanian saja yang akan mendapatkan lebih banyak ”kasih karunia.” Semakin mereka berani mendekati ”tahta kasih karunia” semakin banyak anugerah Allah yang akan mengalir dalam kehidupan mereka. Semakin mereka takut dan melihat diri mereka tidak seperti Allah melihat mereka maka semakin sedikit mereka menikmati apa yang ada di ”tahta kasih karunia.” Keberanian adalah lawan dari ketakutan.
Keberanian yang dimaksudkan Alkitab adalah identik dengan iman. Sebab mereka yang memiliki iman pasti memiliki keberanian. Kita bisa melihat dalam keseluruhan pasal 11 dari kitab Ibrani bagaimana para pahlawan-pahlawan iman menghadapi situasi sulit dan mustahil untuk diselesaikan tetapi dengan iman mereka bisa menghadapi dan menang. ”Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6). Jadi hanya dengan imanlah semua yang ada di ”tahta kasih karunia” itu akan mengalir dalam kehidupan kita. Karena itu, hampirilah setiap waktu ”tahta kasih karunia” dengan iman sebab di sana telah duduk Imam Besar Agung kita yang siap membela kita maka kita akan ”menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Iman membuahkan keberanian, ketakutan membuahkan kebimbangan.
Pertanyaannya adalah hal apa yang akan kita alami ketika kita berani menghampiri tahkta kasih karunia?
Pertama, kita dapat bergaul dalam keintiman dengan Bapa Sorgawi. Ibrani 4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Imam besar adalah orang nomor satu di dalam sistem keimaman dalam kepercayaan Yudaisme. Tugas seorang imam besar adalah mewakili bangsa Israel pada hari raya pendamaian. Pada hari itu, ia akan masuk melalui sebuah tirai ke dalam ruang mahakudus untuk mempersembahkan darah domba di atas tahta kasih karunia. Dengan melakukannya, maka dosa umat Israel diperdamaikan. Hal itu dilakukan berulang-ulang setiap tahun sampai imam tersebut meninggal. Begitu terbatas kemampuannya.
Berbeda dengan imam tadi, Yesus sebagai Imam Besar Agung telah mempersembahkan korban, yaitu Diri-Nya sendiri sebagai Anak Domba Allah, untuk sekali dan selamanya sebagai pendamaian atas dosa setiap umat manusia. Ia adalah Pribadi yang tepat untuk mendengarkan doa-doa kita, karena Ia telah memasuki Ruang Mahakudus di Sorga .
Semakin kita dengan penuh keberanian melangkah masuk ke tahta kudus-Nya, maka semakin kita mengenal Diri Pribadi Bapa Sorgawi dan sifat-sifat-Nya. Banyak hal yang sebelumnya tidak diketahui, namun kita akan dibuat semakin mengerti di hadirat-Nya. Pemazmur Asaf baru mengerti tentang kesudahan hidup orang fasik ketika ia memberikan dirinya untuk masuk lebih dalam ke tempat kudus-Nya Tuhan (Mzm. 73: 17-18).
Kedua, kita dapat menerima rahmat dan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Ibrani 4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Mengapa kita diajak masuk dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia Tuhan? Ternyata kata asli untuk “keberanian” di dalam bahasa Yunaninya adalah “parrhesia” yang berarti kebebasan untuk berbicara. Ketika kita datang kepada Tuhan dalam doa, janganlah malu-malu dalam menyatakan isi hati kita. Kita dapat melepaskan beban di hadapan Tuhan saat berani menyatakan apa saja seperti yang kita mau katakan dan keluhkan ke hadapan Tuhan.
Untuk mendapatkan kasih dari raja Ahasyweros demi kepentingan umat Tuhan, Ester dengan sangat berani datang menghadap sang raja. Sesungguhnya pada waktu itu sangat berbahaya menghadap raja jika tidak diundang. Sekalipun Ester adalah permaisuri raja, bila hati raja tidak berkenan bisa saja ia menerima hukuman mati. Ada tertulis: “Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran tanpa dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan hidup.” Ketika Ester datang menghadap raja dan menyatakan keluhan dan isi hatinya, maka ia beroleh kemurahan raja dan mendapatkan pertolongan yang tepat pada waktunya.
Mari umat Tuhan, saat ini berbeda dengan jaman Ester, oleh darah Yesus kita sekarang dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Yesus sendiri telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri” (Ibr. 10:19-20). Dan akhirnya kita dapat menghadap hadirat Allah setiap saat. Karena itu, gunakanlah keberanian yang diberikan-Nya kepada kita untuk menghampiri tahkta kasih karunia-Nya. (rsnh)
Selamat Merayakan Tahun Baru Imlek 2573 bagi yang Merayakannya