Kamis, 17 Maret 2022

Renungan hari ini: “TUHAN ADALAH SUMBER KEKAYAAN DAN KEMULIAAN” (1 Tawarikh 29:12)

 Renungan hari ini:

 

“TUHAN ADALAH SUMBER KEKAYAAN DAN KEMULIAAN”




 

1 Tawarikh 29:12 (TB) "Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya"

 

1 Chronicles 29:12 (NET) "You are the source of wealth and honor; you rule over all. You possess strength and might to magnify and give strength to all"

 

Sumber segala kekayaan dan kemuliaan adalah TUHAN. Tuhan memberikan kita segala sesuatu dengan tujuan untuk kebaikan kita, sebab pemberian yang baik dan sempurna pasti datangnya dari Tuhan.  Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang jahat kepada anak-anak-Nya.  Namun penggunaan dan pemanfaatan harta kekayaan dengan cara yang salahlah yang dapat merusak hidup kita dan sesama, bukan harta kekayaan itu sendiri.  Sering terjadi ketika seseorang diberkati Tuhan secara melimpah ia tidak semakin dekat kepada Tuhan dan mengasihi-Nya, malah makin menjauh dan meninggalkan Tuhan.  Acapkali harta kekayaan juga membuat kita kurang berserah kepada Tuhan. Harta kekayaan begitu memikat hati dan teramat penting, dan akhirnya menjadi  “tuan” yang baru, melebihi Tuhanyang adalah pemberi berkat.  "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon"  (Mat. 6:24).  Inilah yang membawa seseorang kepada kehancuran dan kebinasaan kekal.

 

Siapa yang tidak ingin ”kaya”? Pasti semua ingin ”kaya”. Setelah menjadi kaya banyak kali lupa diri, sombong, tamak, “materialisme”, bahkan melupakan Tuhan sebagai sumber berkat sehingga banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan demi mendapatkannya. 

 

Bagaimana supaya kita tidak dikuasai oleh uang? Kita harus belajar mengelola uang tersebut sebaik mungkin. Ketahuilah bahwa kemampuan seseorang dalam mengelola harta yang dipercayakan Tuhan merupakan kekuatan untuk memperoleh berkat yang melimpah dari TUHAN. Jadi saat kita mampu mengelola uang atau harta dengan baik, berkat Tuhan akan semakin dilimpahkan, sebab besarnya berkat Tuhan itu seiring dengan seberapa besar tanggung jawab kita terhadap harta yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Artinya Tuhan hanya akan mempercayakan harta-Nya sesuai dengan kesetiaan kita dalam mengelola harta tersebut. 

 

Kekayaan, harta atau uang yang banyak bukanlah segala-galanya dalam hidup ini; sebaliknya kemiskinan, atau hidup yang berkekurangan bukanlah akhir dari hidup ini. Kaya atau miskin, tergantung bagaimana kita menggunakan apa yang sudah dianugerahkan Tuhan bagi kita sebagai alat untuk berbuat kebaikan dan kebajikan. 

 

Pertanyaan kita sekarang apakah orang Kristen tidak boleh menjadi kaya atau menikmati kekayaan atau mengejar kekayaan dalam hidup ini? Apakah benar prinsip yang berkata, “Semakin miskin maka akan semakin rohani?” Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu belajar bagaimanakah prinsip kita soal harta dan kekayaan yang kita peroleh.

 

Pertama, kekayaan bukanlah tujuan hidup.  Itu hanyalah “hadiah/bonus” yang diterima ketika tujuan utama diraih, yakni mencari Kerajaan Surga dan kebenarannya (Mat. 6:33). Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah tujuan utama sedangkan “semuanya itu” yang didalamnya termasuk kekayaan hanyalah hadiah/bonus. Tujuan utama adalah hidup dalam kerendahan hati dan takut akan Tuhan sedangkan kekayaan hanyalah hadiah/ganjaran saja (Ams. 22:4).

 

Kedua, kekayaan bisa menjadi penghalang kita menerima hidup yang kekal.  Seorang pemuda yang kaya raya datang menghadap Tuhan Yesus dan bertanya, "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Mat. 19:16). Pemuda kaya raya ini berharap bisa memperoleh jawaban dari Tuhan Yesus tentang hidup yang kekal, tapi ironisnya ternyata kisah ini berakhir dengan kekecewaan yang menyebabkan pemuda tersebut pulang dengan sedih tanpa memperoleh pengharapan akan kehidupan kekal. Mengapa? Ketika Yesus meminta dia menjual hartanya yang sangat banyak untuk memperoleh harta di sorga dan kemudian mengikuti Yesus, pemuda ini tidak dapat merelakan hartanya. Akhirnya dia lebih memilih hartanya daripada mengikuti Yesus. Dalam ayat 24, Tuhan Yesus bahkan menyatakan bahwa lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kekayaan bisa menghalangi terjadinya keselamatan dalam hidup seeorang.

 

Ketiga, Tuhanlah sumber kekayaan yang sejati, bahkan Tuhan yang bisa memberikan kuasa untuk menikmati kekayaan itu bagi orang yang takut akan Dia. “… sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, …” (Ul. 8:17-18). “Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; …” (1 Taw. 29:12). Artinya, segala sesuatu yang kita miliki sekarang adalah berasal dari TUHAN bukan karena usaha kita sendiri. Itu hanyalah titipan TUHAN bagi kita yang harus kita pertanggungjawabkan dengan baik.

 

Kalau kita menyadari kesia-siaan harta kekayaan, kita tidak akan menjadikannya sebagai tujuan hidup, sandaran hidup dan tuan dalam hidup ini.  Sebaliknya kita akan menempatkan Tuhan sebagai segala-galanya bagi kita, karena Dialah harta yang sesungguhnya.  "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi"  (Mzm. 73:25).  Karena itu, mari berkomitmen menggunakan berkat Tuhan tersebut bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk memberkati orang lain dan melayani Tuhan. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu..."  (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...