KOTBAH MINGGU VII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 14 Juli 2024
"BERANI MENYUARAKAN KEBENARAN”
Kotbah: Markus 6:14-29 Bacaan: Amos 7:1-6
Kita telah memasuki Minggu 7 Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Berani Menyuarakan Kebenaran”. Dalam kisah ini, kita belajar dari Yohanes Pembaptis yang dengan tegas dan berani menyuarakan kebenaran, meskipun harus menghadapi konsekuensi yang berat. Yohanes Pembaptis dikenal sebagai nabi yang berani dan tanpa kompromi. Dia dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan menyerukan pertobatan. Namun, keberanian Yohanes untuk menyuarakan kebenaran membawanya berhadapan dengan Herodes dan Herodias. Dalam Markus 6:18, Yohanes secara langsung menegur Herodes karena pernikahannya yang tidak sah dengan Herodias, istri saudaranya. Tindakan ini menunjukkan keberanian Yohanes dalam menyampaikan kebenaran tanpa memandang status atau kekuasaan orang yang ditegur.
Tentu ada konsekuensi dari menyuarakan Kebenaran. Yohanes tidak hanya menyampaikan kebenaran, tetapi juga siap menanggung konsekuensinya. Akibat dari tegurannya, Yohanes dipenjara dan akhirnya dihukum mati. Ini mengajarkan kita bahwa menyuarakan kebenaran sering kali membutuhkan keberanian dan pengorbanan. Dalam kehidupan kita, menyuarakan kebenaran mungkin tidak selalu populer atau mudah. Kita mungkin menghadapi penolakan, penghinaan, atau bahkan bahaya. Namun, seperti Yohanes, kita dipanggil untuk tetap setia kepada kebenaran meskipun harus menghadapi konsekuensi yang sulit.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa saja keberanian Yohanes dalam konteks ini? Keberanian Yohanes menyuarakan Kebenaran berdasarkan Markus 6:14-29 adalah:
Pertama, Yohanes berani konfrontasi dengan Herodes. Yohanes menegur Herodes Antipas karena mengambil Herodias, istri saudaranya, sebagai istrinya sendiri. Tindakan ini adalah pelanggaran hukum dan moralitas, dan Yohanes tidak ragu untuk mengungkapkan kesalahan tersebut.
Kedua, Yohanes berani menghadapi risiko dan konsekuensi. Keberanian Yohanes tidak tanpa konsekuensi. Herodias sangat marah atas teguran Yohanes dan mencari cara untuk membunuhnya. Herodes, meskipun takut dan menghormati Yohanes sebagai orang yang benar dan suci, akhirnya menyerah pada permintaan Herodias dan memenjarakan Yohanes.
Ketiga, Yohanes berani menghadapi kematian yang tragis. Keberanian Yohanes dalam menyuarakan kebenaran mencapai puncaknya dalam kisah ini. Selama pesta ulang tahun Herodes, putri Herodias menari dan menyenangkan Herodes dan tamunya. Herodes, dalam keadaan mabuk dan terpikat, berjanji akan memberikan apa pun yang diminta oleh gadis itu. Atas arahan Herodias, gadis itu meminta kepala Yohanes Pembaptis di atas piring. Meski sangat sedih, Herodes tidak bisa menarik kembali janjinya dan memerintahkan eksekusi Yohanes.
Apa pelajaran yang didapatkan dari perikop ini? Pelajaran dari Keberanian Yohanes:
Pertama, kita harus siap menanggung konsekuensi dalam menyarakan Kebenaran. Yohanes tidak hanya berani menyuarakan kebenaran tetapi juga siap menanggung konsekuensinya. Dia tidak mundur meskipun tahu bahwa tindakannya bisa berujung pada kematian. Ini menunjukkan dedikasi dan keteguhan imannya.
Kedua, milikilah integritas di tengah tekanan. Dalam dunia yang sering kali penuh dengan kompromi dan ketidakadilan, Yohanes menjadi contoh integritas. Dia tetap setia pada prinsipnya dan pada perintah Tuhan, meskipun menghadapi tekanan dari pihak yang berkuasa.
Ketiga, kita harus mampu menginspirasi orang lain. Keberanian Yohanes menginspirasi banyak orang, termasuk kita hari ini, untuk berdiri teguh dalam kebenaran. Tindakannya mengingatkan kita bahwa meskipun menyuarakan kebenaran bisa berisiko, itu adalah panggilan yang mulia dan penting.
RENUNGAN
Apa yang perlu kita renungkan dalam Minggu ketujuh setelah Trinitatis ini? Refleksi dari tema "BERANI MENYUARAKAN KEBENARAN” berdasarkan Markus 6:14-29 melibatkan beberapa aspek penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Berikut adalah beberapa poin refleksi yang dapat kita renungkan:
Pertama, milikilah integritas dalam menyuarakan Kebenaran. Yohanes Pembaptis adalah contoh integritas yang luar biasa. Dia menyuarakan kebenaran tanpa kompromi meskipun menghadapi risiko besar. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, sejauh mana kita berani menyuarakan kebenaran dalam hidup kita? Apakah kita siap untuk tetap setia pada prinsip-prinsip kebenaran, bahkan ketika itu sulit atau berbahaya?
Kedua, milikilah keteguhan dalam iman. Yohanes tidak goyah dalam imannya meskipun dipenjara dan menghadapi ancaman kematian. Kita perlu merenungkan bagaimana kita dapat memperkuat keteguhan iman kita agar tidak mudah tergoyahkan oleh tekanan atau tantangan dalam hidup.
Ketiga, kita harus siap menghadapi konsekuensi. Menyuarakan kebenaran sering kali disertai konsekuensi yang tidak menyenangkan. Yohanes dipenjara dan akhirnya dibunuh karena keberaniannya. Apakah kita siap menghadapi konsekuensi dari tindakan kita yang berdasarkan kebenaran? Bagaimana kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan ini dengan sikap yang benar?
Keempat, jangan sekali-kali takut pada kekuasaan duniawi. Yohanes menegur Herodes, penguasa yang berkuasa pada saat itu, tanpa rasa takut. Ini menunjukkan bahwa takut kepada Tuhan lebih penting daripada takut kepada manusia. Kita perlu merenungkan apakah kita lebih sering takut kepada manusia dan konsekuensinya, daripada kepada Tuhan dan kebenaran-Nya.
Kelima, kita harus berani untuk melawan ketidakadilan. Yohanes berdiri melawan ketidakadilan dan dosa yang dilakukan oleh Herodes. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk melawan ketidakadilan di sekitar kita. Bagaimana kita bisa lebih aktif dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan di masyarakat kita? Karena itu, dengan mengandalkan kekuatan dari Tuhan, kita dipanggil untuk berdiri teguh dalam kebenaran, tidak takut pada kekuasaan duniawi, dan aktif melawan ketidakadilan di sekitar kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!