Minggu, 12 Februari 2023

Renungan hari ini: “HUBUNGAN IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH” (1 Korintus 13:13)

 Renungan hari ini:

 

“HUBUNGAN IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH”


 

1 Korintus 13:13 (TB) "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih"

 

1 Corinthians 13:13 (NET) "And now these three remain: faith, hope, and love. But the greatest of these is love"

 

Ketiga poin iman, pengharapan dan kasih merupakan hal penting dalam kehidupan orang percaya. Namun sering ketiga hal ini seolah terpisah-pisah, dan bahkan lebih mengutamakan satu dari yang lain. Memang penulis surat 1 Korintus ini lebih mengutamakan kasih dari kedua yang lain. Paulus dalam hal ini hendak menekankan bahwa keselamatan itu bukan ditentukan oleh intelektual, kebajikan dan kemampuan kita, melainkan hanya karena iman kita kepada Yesus Kristus.

 

Paulus menulis: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Kor. 13: 13). Tiga serangkai kebajikan Kristiani ini sering disebutkan dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan arti penting mereka bagi kehidupan Kristen (1 Tes. 1: 3; 5: 8; Gal. 5: 5, 6; Ibr. 6: 10—12; 1 Ptr. 1: 21, 22). Di tengah-tengah tiga serangkai itu ada “harapan,” seolah-olah itu memegang dua lainnya bersama-sama, atau setidaknya membentuk jembatan antara “iman” dan “kasih.” Harapan mengarahkan orang Kristen ke masa depan, iman menyediakan isi untuk harapan, dan kasih memberi energi untuk melayani. 

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana hubungan ketiga kebajikan Kristen itu? 

 

Pertama, Iman dan Harapan. Harapan mengarahkan iman ke masa depan dan menantangnya untuk bertahan di tengah-tengah kesengsaraan besar dengan mengingatkan iman bahwa ada lebih banyak yang akan datang daripada apa yang sekarang kita saksikan dan alami. Masa kini bukanlah kenyataan akhir dari realitas kosmik. Sesuatu yang baru dan indah akan datang; karena itu, harapan menginspirasikan iman dengan harapan. Harapan selalu bersedia menunggu, yakin, dan bertahan, menyokong keteguhan iman; harapan itu seperti jangkar (Ibr. 6: 19, 20). Karena harapan terdiri dari memercayai sepenuhnya janji-janji Allah, mengakui kesetiaan-Nya, iman sebagai kepercayaan dan ketergantungan pada Allah tidak dapat dipisahkan dari harapan. Iman memberi tahu harapan bahwa Yesus bukan hanya Dia yang akan datang, tetapi juga Dia yang telah datang, membawa pendamaian bagi kita, dan dalam prosesnya memberikan landasan kuat dan kokoh bagi harapan untuk menunggu. Iman dan harapan bersama mengingatkan orang-orang percaya bahwa mereka adalah peziarah yang sedang menuju ke kota surgawi (Ibr. 11).

 

Kedua, Harapan dan Kasih. Harapan bersifat dinamis, dan karena itu tidak membiarkan kasih menjadi sentimental dan terobsesi dengan tujuan jangka pendek—kebutuhan manusia saat ini—dan melupakan tujuan akhir keselamatan. Tetapi kasih menantang harapan untuk bertindak di masa kini. Ia akan menghadirkan di masa kini ciri-ciri kehidupan masa depan yang bebas dari egoisme dan penderitaan, dalam bentuk pelayanan tanpa pamrih bagi sesama (Ibr. 6: 10, 11). Dengan kata lain, kasih membuat harapan terwujud dalam keberadaan manusia saat ini. Model untuk jenis kehidupan ini adalah Yesus sendiri (Mat. 4: 23). Unsur-unsur harapan masa depan (misalnya, bebas dari penyakit dan kejahatan) dihadirkan dalam pelayanan Yesus sebagai gambaran kualitas kehidupan di kerajaan Allah di masa depan.

 

Ketiga, Iman, Harapan, dan Kasih. Tiga kebajikan teologis ini bukan sifat alami manusia. Itu adalah buah kehadiran Allah dalam kehidupan kita melalui kuasa Roh. Yang terbesar dari ketiganya adalah kasih, karena selama masa penantian, iman dan harapan yang tidak disertai kasih bisa berubah menjadi, kekuatan yang menindas di tangan manusia yang korup.

 

Dalam tiga kebajikan ini, kasih meyakinkan kita bahwa iman dan harapan menemukan sumber mereka di dalam Tuhan, yang adalah kasih dalam hakikat-Nya. Kita bahkan dapat menyatakan bahwa iman, harapan, dan kasih bersama-sama membentuk ciri-ciri dasar orang percaya. Dengan kata lain, mereka yang dipersatukan dengan Allah melalui Kristus menjadikan iman akan karya Kristus sebagai pusat pengalaman religius mereka, dengan harapan akan keselamatan yang teramat agung itu, dan kasih yang mematahkan perbudakan mereka terhadap keegoisan serta mendorong mereka untuk melayani Tuhan dan orang lain.

 

Mengapa Paulus menyebut kasih yang terbesar dari ketiga kebajikan Kristen itu? Karena kasih itu kekal. Kasih itu kita rasakan dan lakukan baik di bumi maupun di surga kelak. Sementara iman dan pengharapan akan selesai jika kita sudah berada di surga. Orang yang sudah di surga tidak memerlukan iman dan pengharapan lagi sebab yang diimani dan yang diharapakan sudah diterima. Itulah sebab kasih lebih besar dari iman dan pengharapan. Baik di bumi dan di surga kita akan menerima dan memberikan kasih kepada semua orang. Karena itu, jagalah ketiga kebajikan Kristen ini selama kita berada di dunia agar kita mendapatkannya kelak di surga kekekalan itu. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...