Renungan hari ini:
UJILAH SEGALA SESUATU
1 Tesalonika 5:21-22 (TB) "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan"
1 Thessalonians 5:21-22 (NRSV) “But test everything; hold fast to what is good; abstain from every form of evil”
Semua yang diciptakan Tuhan adalah sungguh amat baik. Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada. Tetapi manusia mengkreasi yang ada menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia. Dari semua yang baik itu diberi kesempatan kepada kita untuk MENGUJINYA dan dari hasil pengujian itu akan kita tentukan menjadi PEGANGAN hidup kita. Dari semua yang baik itu kita ujian menjadi yang TERBAIK sebagai PEGANGAN hidup kita.
Pengujian adalah sebuah tindakan yang mengarahkan kita kepada keyakinan akan suatu benda atau sifat yang benar-benar berkualitas di dalam hidup kita. Jika benda itu dapat diumpamakan seperti menguji kemurnian emas dibuktikan melalui dipanaskan hingga terlihat kemurniannya. Disana juga kita tau, dia benar-benar asli atau palsu, begitu juga dengan sikap atau sifat dari seseorang yang benar-benar memiliki kasih dapat diuji ketika temannya sedang kesusahan, dan sangat membutuhkan pertolongan. Kemungkinan besar akan terlihat siapa teman yang benar-benar mengasihimu. Bahkan ada juga yang memberitakan bahwa: teman tertawa itu banyak tetapi teman bersedih itu tidak ada, begitu juga dengan teman yang sehat banyak tetapi teman yang sakit tidak begitu banyak. Ini hanya sebagai perbandingan sederhana saja.
Selain yang baik, di dunia ini juga banyak KEJAHATAN. Kejahatan tidak mungkin hilang dari dunia ini. Namun kita harus punya sikap terhadap kejahatan itu. Dalam bahasa Inggris disebutkan "Abstain from every form of evil",artinya tidak memilih dari segala bentuk kejahatan. Bisa saja kita berada di tengah dunia yang jahat namun kita tidak melakukan kejahatan. Sama seperti ikan di laut. Setiap hari berada dalam air asin namun tubuhnya tidak terasa asin. Kita berada di tengah SERIGALA namun sikap kita menjadi DOMBA.
Kata memegang dalam teks Yunaninya katekhete yang berasal dari akar kata katekhoyang bisa berarti hold back (menahan) atau possess (memiliki). Dengan kata lain, setelah menguji segala sesuatu, kita dituntut untuk memegang teguh/erat-erat yang baik. Mengapa setelah menguji, kita perlu memegang teguh/erat-erat apa yang baik? Karena Tuhan ingin kita bukan hanya teliti menguji ajaran, namun kemudian tidak bertindak apa-apa, namun Ia ingin setelah kita teliti menguji, kita kembali memegang apa yang baik sesuai dengan wahyu khusus Allah. Pengujian atas segala sesuatu harus dilanjutkan dengan langkah selanjutnya yaitu berpegang teguh pada apa yang baik. Berpegang teguh pada apa yang baik mengandung beberapa arti, yaitu:
Pertama,ada suatu pendirian teguh. Melalui ayat 21 ini, Paulus memperingatkan jemaat Tesalonika untuk memiliki pendirian teguh. Artinya, di tengah maraknya filsafat Yunani yang beredar di Tesalonika waktu itu, para jemaat Tesalonika ditegur Paulus untuk tidak ikut filsafat tersebut dengan menguji kebenarannya dan juga berpegang teguh pada ajaran firman Tuhan yang jelas. Berarti, Kebenaran membuat kita berdiri teguh di tengah tantangan zaman di sekitar kita. Bagaimana dengan kita? Kita yang hidup di zaman postmodern pun memiliki tantangan serupa. Zaman postmodern dengan segudang racun filsafat dari materialisme, pragmatisme, empirisisme, atheisme (atheisme praktis), dll mencoba meracuni Kekristenan dan tidak menutup kemungkinan kita sebagai orang Kristen di dalamnya. Mampukah kita berdiri teguh dengan keyakinan yang tak tergoyahkan di tengah pluralitas dan relativitas dunia ini? Mampukah kita meneriakkan Kebenaran di dalam zaman yang rusak ini? Biarlah Roh Kudus memakai kita untuk berdiri teguh di dalam Kebenaran Firman (Alkitab) di tengah arus zaman yang melanda dunia kita.
Kedua,harga yang harus dibayar. Kita harus berdiri teguh dan jangan melepaskan kebenaran yang kita percayai meskipun ada perlawanan dan penganiayaan mengancam kita. Dengan kata lain, kebenaran di dalam Kristus bukan hanya perlu kita pegang teguh di tengah zaman ini, kita pun harus rela dilawan dan dianiaya oleh orang-orang dunia demi kebenaran sejati yang kita pegang ini. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus berfirman bahwa barangsiapa yang mengikut-Nya harus menyangkal dirinya dan memikul salib-Nya (Mat. 10:38; 16:24). Tidak ada jalan mulus tatkala kita mengikut Kristus, karena yang sedang kita ikuti, yaitu Kristus, di mana Ia bukanlah Pribadi yang berasal dari dunia dan ajaran-ajaran-Nya pun tidak cocok dengan filsafat dunia. Karena itu, ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja