Jumat, 14 April 2023

Renungan hari ini: “LEBIH MENGUTAMKAKAN ORANG LAIN” (Filipi 2:3)

 Renungan hari ini:

 

“LEBIH MENGUTAMKAKAN ORANG LAIN”


 

Filipi 2:3 (TB2) "Tanpa mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri"

 

Philippians 2:3 (NET) "Instead of being motivated by selfish ambition or vanity, each of you should, in humility, be moved to treat one another as more important than yourself"

 

Nas hari ini mengajak kita untuk lebih mengutamakan orang lain. Hidup lebih mengutamakan orang lain berarti memberi tempat dan kesempatan yang baik kepada sesama daripada diri sendiri. Ada keikhlasan memberi ruang kepada orang lain dan mengutamakannya. Artinya kita siap sedia untuk mengalah. Sikap ini bisa kita lakukan jika kita hidup dalam kerendahan hati. Kerendahan hati disamakan dengan mementingkan keperluan orang lain dengan tidak menganggap diri lebih penting dari pada orang lain. Bahwa kepentingan orang lain sama pentingnya dengan apa yang menjadi keperluan kita. 

 

Perilaku lebih mengutamakan orang lain semakin jarang ditemukan di zaman ini. Salah satu penyebabnya, karena banyak orang memandang bahwa hidup ini adalah perlombaan atau kompetisi yang harus dimenangkan. Mereka menganggap orang lain sebagai musuh atau saingan yang harus disisihkan dan dikalahkan. Segala cara dilakukan untuk menjadikan diri sebagai pemenang. Sehingga mereka bekerja bukan untuk peningkatan kualitas dan membawa hasil baik bagi banyak orang tetapi hanya untuk mencari kesenangan, popularitas demi kepentingan diri sendiri. Itulah kehidupan yang sementara terjadi dalam jemaat dan masyarakat.

 

Kepada jemaat di Filipi rasul Paulus mengajarkan tentang apa yang harus mereka lakukan yaitu tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Bagi Paulus, kerendahan hati harus terwujud dalam pikiran, perasaan, perkataan dan tingkah laku hidup serta menjadi landasan membangun hubungan satu sama lain. Semua anggota jemaat sama di hadapan Tuhan, karena itu tiap anggota berhak atas pelayanan dan penerimaan dari anggota yang lain. Semua anggota jemaat diterima dalam pelayanan karena mereka semua telah menerima kasih karunia dari Kristus. Lebih ditegaskan lagi mereka harus memperhatikan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri. Kepentingan diri sendiri sama sekali tidak boleh menjadi tujuan usaha dari pekerjaan anggota-anggota jemaat.

 

Menjadi orang yang rendah hati itu adalah indah. Tuhan mau kita semua jadi rendah hati. Sejatinya sifat alamiah manusia itu sombong dan egois. Namun perjumpaan dengan Tuhan Yesus membuat hidup kita diperbaharui. Manusia baru kita di dalam Kristus itu bersifat rendah hati. Ciri nyata orang yang lahir kembali dari Roh Kudus adalah perubahan dari seorang egois dan sombong, menjadi rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri. Sebagaimana firman dalam Galatia 2:20 katakan "Hidupku bukannya aku lagi, melainkan Kristus." Isi yang terkandung dalam firman ini adalah ego yang lama mati, dan memiliki identitas diri yang baru yaitu Kristus. Kenyataan baru yang berbeda sekarang: Hidupku sekarang adalah hidup Yesus yang mengalir dalam diriku, menggantikan egoku yang lama, diri manusia alami produk dari nilai dan budaya manusia bumi- mengenakan pikiran Kristus dan mengingini yang di hati Tuhan Yesus, berkembang menjadi serupa dengan Yesus.

 

Kerendahan hati membuat kita terus melangkah dengan setia dalam panggilan Tuhan. Bertekun mengerjakan kehendak Tuhan di tengah tekanan tantangan dan celaan yang bisa membuat mundur dan kabur. Kepercayaan yang Tuhan berikan terselesaikan dengan benar karena dikerjakan dengan rendah hati. Tuhan mudah untuk menuntun dan mengajar orang yang rendah hati. Sebaliknya, kegagalan dan kejatuhan dalam melayani Tuhan (sebagai hamba Tuhan) terjadi akibat kesombongan yang terselip. Kesombongan mendahului kehancuran. Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan (Ams. 16:18).

 

Pelayanan dan bangunan rohani bisa runtuh berkeping ketika kesombongan menyelinap ke dalam hati. Kesombongan bisa memicu perpecahan, perceraian dan konflik yang tak terselesaikan. Keretakan harmoni selalu berkaitan dengan kesombongan. Sebagaimana Iblis terusir dari sorga akibat kesombongan. Sebaliknya kerendahan hati akan menyelamatkan dari bencana.

 

Yusuf menyelamatkan keluarga Israel karena rendah hati. Yusuf adalah contoh seorang yang rendah hati. Ketika dalam kemuliaan dan kekayaan sebagai orang kepercayaan Firaun di Mesir, dia merangkul kakak-kakaknya yang telah berbuat jahat kepadanya saat datang cari gandum di musim kelaparan. Apa yang dari hatinya menghadirkan perdamaian dan kedamaian. Buah yang dihasilkan kerendahan hati adalah pemulihan dan keterhubungan (rekonsiliasi), sedangkan buah kesombongan adalah perpecahan dan keruntuhan.

 

Rendah hati bukanlah rendah diri. Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa kerendahan hati sama dengan memiliki harga diri yang rendah. Kebenarannya: Rendah hati dan rendah diri adalah dua hal yang berbeda, bahkan bertolak belakang. Seseorang menjadi rendah diri ketika membandingkan diri dengan orang lain dan melihat hanya kekurangan-kekurangan dirinya; atau ketika seseorang tahu ada hal-hal memalukan (dosa) dalam hidupnya yang harus disembunyikan dari Tuhan dan orang lain (contoh Adam, Kain).

 

Seorang yang rendah hati menyadari bahwa Tuhan adalah Tuhan yang maha tahu dan maha kuasa, sedangkan saya adalah manusia yang terbatas. Segala sesuatu dalam hidup saya adalah kasih karunia. Tidak ada dari diri saya yang dapat saya banggakan sebagai hasil karya saya sendiri. Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia (Gal. 6:14). Orang yang rendah hati menyadari kelemahan, kekurangan, keterbatasan dan kerentanan dalam hidupnya, sehingga membuatnya hidup bergantung kepada Tuhan dan bukan pada kekuatannya sendiri. Orang yang rendah hati menyadari keterbatasan pengetahuannya, oleh sebab itu ia bergantung kepada Tuhan, dan Tuhan senang menuntun dan menyatakan kehendak-Nya kepada orang yang rendah hati.

 

Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita sebagai keluarga Kristen agar tidak memandang hidup ini sebagai suatu perlombaan atau kompetisi yang saling mengalahkan. Hidup ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk dijalani bersama supaya menjadi berkat bagi orang lain. Sesama kita manusia juga diberi berkat dan kesempatan oleh Tuhan, yang diciptakan, dikasihi dan diselamatkan-Nya. Itulah sebabnya ada ungkapan bijak yang berkata “jika kamu mau menjadi orang besar, besarkanlah dulu orang lain.” Makna dari ungkapan ini yaitu ketika kita berusaha untuk berhasil atau menjadi orang besar tidak harus “mengecilkan” orang lain. Karena itu, mari bangun pewujudan rendah hati itu termanifestasi jadi karakter baru kita. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...