Sabtu, 01 Februari 2020

KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS IV Minggu, 02 Pebruari 2020 “ORANG YANG BERBAHAGIA MENURUT YESUS”

KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS IV
Minggu, 02 Pebruari 2020

“ORANG YANG BERBAHAGIA MENURUT YESUS”
Kotbah: Matius 5:1-12  Bacaan: Mika 6:1-8



Dalam Minggu ini kita memasuki Minggu Epipahnias IV. Tema kotbah yang akan kita renungkan “Orang yang Berbahagia menurut Yesus”. Bahagia itu relative. Karena ukuran kebahagiaan itu berbeda-beda. Bagi seseorang hidup sehat dan panjang umur itu sudah bahagia. Sebagian orang juga berpendapat bahwa hidup pas-pasan itu membahagiakan. Lalu yang lain berkata bahwa bahagia itu harus memiliki pekerjaan, punya harta dan uang yang banyak. 

Bahagia menurut dunia pastilah berbeda dengan bahagia menurut Yesus. Secara umum bahagia menurut dunia adalah sesuatu yang tidak membuat kita menderita, atau hal-hal yang menyenangkan serta kesuksesan hidup. Pokoknya bahagia menurut dunia ini adalah sesuatu yang menyenangkan dan tanpa penderitaan. Apakah bahagia menurut dunia sama dengan bahagia menurut Yesus? Tentu tidak. Karena menurut Yesus bahagia itu diukur dari delapan kategori. Kedelapan kategori ini sangat berbeda dengan kategori dunia.

Apakah kategori dan ukuran kebahagian menurut Yesus?

Pertama, orang yang berbahagia adalah orang yang miskin di hadapan Allah (ay. 3). Miskin di sini bukan miskin secara materi. Alkitab mengatakan bahwa orang kaya itu sulit masuk dalam kerajaan surga (Mat. 19:24). Dalam kisah Lazarus dan orang kaya, orang kaya ini masuk neraka dan Lazarus yang miskin yang penuh dengan penyakit ini masuk surga. Tetapi jangan lupa bahwa dalam cerita itu juga kita tahu bahwa Abraham juga ada di surga, Abraham itu jauh lebih kaya, daripada orang yang kaya yang diceritakan dalam cerita Lazarus dan orang kaya. Miskin di sini bukan kemiskinan secara materi, dalam bahasa Indonesia ketika di terjemahkan miskin di hadapan Allah, dalam bahasa aslinya adalah poor in spirit (miskin spiritual). Ketika Tuhan Yesus berkata berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, ialah orang itu sadar bahwa dia adalah orang yang begitu berdosa. Lukas 18:9-14 menceritakan tentang Farisi dan pemungut cukai berdoa di bait Allah.  Kedua orang ini sama-sama manusia yang berdosa, mereka sama-sama miskin di hadapan Allah, tetapi orang Farisi jauh daripada merasa miskin di hadapan Allah. Orang Farisi ketika berdoa, dia memuji dan membanggakan bahwa dirinya begitu suci, lalu dia membandingkan dirinya dengan sampah-sampah masyarakat, dia tidak seperti pencuri, penjinah, danemungut cukai ini, dia bersyukur kepada Tuhan bahwa dia adalah orang yang begitu suci. Sedangkan pemungut cukai sadar bahwa dia begitu miskin di hadapan Allah, sambil memukul-mukul diri dan bercucuran air mata, dan berkata, ya Allah kasihanilah aku, orang berdosa ini. Pemungut cukai ini adalah orang yang miskin di hadapan Allah tetapi bukan orang Farisi itu. Lalu Tuhan Yesus berkata, pemungut cukai ini pulang sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah. Pemungut cukai bisa sadar bahwa dia manusia yang berdosa, karena ada Roh Kudus di dalam hati dia. Roh Kudus yang membuat kita merasa miskin di hadapan Allah. 

Kedua, orang yang berbahagia adalah orang yang berdukacita.” Di sini kita melihat bahwa perkataan Tuhan Yesus ini melawan arus dunia. Yesus mengatakan bahwa orang yang berdukacita adalah orang yang berbahagia. Apa arti dukacita dalam bacaan kita? Di sini bukan dalam arti natural: kehilangan pekerjaan, putus pacar, atau mengalami musibah. Dukacita ini adala kesedihan yang dipimpin Tuhan. Dukacita adalah dukacita Tuhan. Apa yang kita dukacitakan itu juga yang didukacitakan Tuhan. Hati Tuhan dan kita berpaut jadi satu. Hanya karena Roh Kudus ada dalam hati kita maka kita dapat berdukacita dalam arti ini. Ucapan bahagia 1 dan 2 ini saling terkait erat satu sama lain. Orang yang miskin di hadapan Allah juga adalah orang yang berdukacita. Apa artinya dukacita rohani?
1)    Dukacita rohani adalah ketika berdukacita kita menangisi dosa-dosa kita. Ketika nabi Natan menegur Daud, Daud kemudian menangis. Dia berdukacita atas dosa-dosanya. Dia berkata “saya telah berbuat dosa kepada Tuhan”. Dia memohon pengampunan dari Tuhan. Dasar Daud menangisi dosanya bukan karena takut hukuman Tuhan. Tetapi dia tahu ketika dia berdosa dia sudah melukai hati Tuhan. Pertobatan Daud adalah pertobatan yang sejati karena ketika dia meminta ampun, bukan karena dia dihukum tetapi dalam hatinya Roh Kudus menegur dia. Ketika kita berbuat dosa, ada 2 konsekuensi: pertama, konsekuensi kekal. Kita sudah melukai hati Tuhan. Kedua, ada konsekuensi temporal dimana Tuhan menghukum kita. Dua hal ini terjadi ketika kita berbuat dosa. Ada seorang teolog yang mengatakan bahwa dalam konsekuensi kekal ada godly fear. Kita takut karena sudah melukai hati Tuhan. Dia yang sudah menyelamatkan kita tetapi kita menyia-nyiakan kematian-Nya. Tetapi dalam konsekuensi kedua, memakai istilah worldly fear. Tuhan yang menghukum kita.
2)    Dukacita kita adalah dukacita Tuhan, yaitu dukacita yang menangisi kejahatan manusia, mencoba menghancurkan kemuliaan Tuhan dan mencoba melawan pekerjaan Tuhan. Dalam 2 Pet. 7:8, Tuhan mengatakan bahwa Dia menyelematkan Lot dari Sodom dan dikatakan bahwa Lot adalah orang benar tetapi yang hidup di tengah kejahatan Sodom. Lalu dikatakan saat itu Lot begitu menderita, sebab jiwanya tersiksa. Lot melihat kejahatan di Sodom yang mencoba menghancurkan pekerjaan Tuhan, melawan dan berusaha meredupkan kemuliaan Tuhan yang seharusnya dinyatakan disana. Dukacita kita kepada dunia yang melawan Tuhan, tetapi juga kepada gereja-gereja atau orang-orang Kristen yang membiarkan kejahatan itu terjadi dan tidak memperdulikan sekelilingnya. Ketika kita melihat sesuatu yang jahat tetapi tidak menghalangi atau memperbaikinya, maka kita sudah berdosa. Ketika Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah, Dia mengusir para pedagang. Dia membalikkan meja-meja yang dipakai dalam bisnis. Kenapa? Di dalam Bait Allah, ada satu bagian dimana orang non-Yahudi dapat masuk dan disana memang adalah tempat berjualan. 
3)    Dukacita menangisi mereka yang belum percaya kepada Tuhan; menangisi jiwa yang terhilang. Dalam Keluaran 32:32, kita melihat bahwa Musa berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, “Tuhan ampunilah dosa bangsa Israel. Jikalah tidak, hapuskanlah namaku daripada kitab kehidupan.” Musa begitu berduka ketika melihat Israel yang menolak Tuhan. Dia begitu mengasihi bangsa Israel. Dia rela namanya dihapuskan asal Israel dapat bertobat. Inilah dukacita kepada jiwa yang hilang.

Ketiga, orang yang berbahagia adalah orang yang lemah lembut. Apa artinya kata lemah lembut? Pasti bukan orang yang baik hati, perasaannya halus, bicaranya tenang, atau sabar. Ini semua bukan lemah lembut. Orang yang lemah lembut itu bukan berarti lembek atau lamban. Kita melihat ini semua adalah pekerjaan Roh Kudus, dikatakan ayat sebelumnya, orang yang miskin rohani. Sehingga lemah lembut di sini juga berarti secara rohani. Bicara tentang sembilam macam buah roh, salah satunya adalah lemah lembut. Ini adalah sifat dalam diri Yesus. Dalam Matius 11:29, Tuhan Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. Kita melihat dalam dua ucapan bahagia, miskin rohani, berdukacita, ini artinya hanya relasi kita dengan Allah. Tapi kita juga bicara tentang relasi manusia dengan manusia. Apa artinya orang yang lemah lembut?
1)    Orang yang lemah lembut artinya orang yang rendah hati. Kita lihat miskin di hadapan Allah, adalah orang yang  berdukacita menangisi dosa-dosanya di hadapan Allah. Setelah orang miskin di hadapan Allah, dia menangisi kemiskinannya kemudian menjadi orang yang mengosongkan dirinya. Sehingga pembenaran diri tidak ada lagi. Roh Kudus akan memimpin orang yang lemah lembut ini menjadi orang yang rendah hati. Dua kata lemah lembut dan rendah hati, dipakai tidak terpisahkan dengan Tuhan Yesus. Paulus dalam Efesus 4:2, ketika kita menjalankan pelayanan kepada Tuhan, kita harus menjalankannya dengan rendah hati dan lemah lembut. 
2)    Bisa mengontrol dan menguasai dirinya sendiri. Dalam Galatia 5:23, ada kelemahlembutan dan penguasaan diri. Penguasaan diri itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang menguasai hati dan pikiran kita. Maka ketika kita berpikir, berbicara dan bertindak akan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Ini artinya penguasaan diri. Ketika kita melihat pembuangan di Babel, ada para pemuda bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka bisa mengendalikan diri dan tidak mau menajiskan diri dengan santapan dan minuman raja.
3)    Orang yang lemah lembut bukan hanya memiliki self-control tapi God control. Mempunyai amarah Tuhan. Kita juga melihat Daud dan Goliat. Eliab, kakaknya menghina Daud. Tapi bagi Daud itu masalah kecil. Soal tersinggung dan masalah pribadi lainnya, Daud tidak marah. Tetapi ketika Daud mendengar Goliat melecehkan umat pilihan Tuhan. Daud marah, dia berkata, “Siapa orang Filistin yang tidak bersunat itu, berani menantang Allah!” Daud begitu marah! Kita melihat orang yang lemah lembut itu bisa menguasai diri, sampai ketika dia melihat dosa, maka dia tidak bisa lagi sabar! Kemarahan itu bukan masalah pribadi. Ketika kita melayani, masalah pribadi adalah masalah kedua. Kita harus menjadi orang yang bisa mengendalikan diri. Tetapi ketika marah itu adalah marah kepada dosa, maka di situ kita marah! Jadi lemah lembut di sini artinya menguasai diri, juga bukan hanya self-control tapi God control. 

Keempat, orang yang berbahagia adalah orang yang lapar dan haus akan kebenaran. Ketiga ucapan bahagia yang pertama bersifat pasif, tetapi dalam ucapan yang ke empat, kita belajar bahwa sebagai seorang Kristen kita bersifat aktif. Lapar dan haus adalah sebuah keinginan. Lapar dan haus disini dikaitkan dengan kebenaran. Ketika dikatakan lapar, maka bukan lapar biasa, melainkan sungguh-sungguh membutuhkan, jika tidak makan maka akan mati. Ketika dikatakan haus juga bukanlah haus biasa, yang minum air sedikit sudah lega. Haus yang dimaksud adalah haus yang sudah sampai dehidrasi. Berada dalam suatu situasi yang kekurangan air, sehingga jika tidak dirawat segera maka orang itu akan mati. Apa artinya lapar dan haus akan kebenaran yang dimunculkan Roh Kudus dalam hati setiap orang Kristen?
1)    Orang itu berarti sudah pernah menikmati kelaparan. Orang Kristen sudah pernah menimati kebenaran yang kemudian membuat dia haus akan kebenaran itu. Setiap orang percaya alami proses justification, dibenarkan secara status di hadapan Tuhan. Kita yang semula adalah musuh-musuh Allah tetapi melalui kebenaran Kristus kita dijadikan anak-anak Allah. Kristus menanggung dosa-dosa kita sehingga kita adalah orang yang begitu dikasihi Tuhan. Pembenaran di hadapan Allah, bukanlah upaya kita tetapi semata anugerah Tuhan. 
2)    Haus dan lapar akan kebenaran akan muncul dalam diri orang Kristen ketika berbuat dosa. Pada saat itu, Roh Kudus akan menegur kita dan memimpin kita sehingga menimbulkan rasa lapar dan haus akan kebenaran. 1 Yohanes 1:8 berkata Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Kita sudah dilepaskan dari kurungan dosa tetapi selama masih hidup di dalam dunia, kita tetap masih dapat berbuat dosa. Firman Tuhan mengatakan bahwa ketika kita lapar dan haus akan kebenaran maka kita akan dipuaskan. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Inilah bedanya orang Kristen dan non-Kristen. Dalam diri orang Kristen Roh Kudus menimbulkan lapar dan haus akan kebenaran yang memimpin kita mengakui dosa dan Tuhan akan menyucikan kita. Orang Kristen bukan hanya dipulihkan tetapi juga mengalami pertumbuhan iman. 
3)    Orang yang lapar dan haus akan kebenaran akan mementingkan atau memprioritaskan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Di dalam hidupnya, orang tersbeut akan memprioritaskan kebenaran. Di dalam setiap aktivitasnya dia akan memprioritaskan Allah dan kerajaan-Nya. Tidak ada skala prioritas disini, hanya ada satu yaitu Tuhan dan kebenaran-Nya. Menempatkan Allah dan kebenaran-Nya di dalam setiap aspek kehidupan kita: baik di pekerjaan maupun keluarga.

Kelima, orang yang berbahagia adalah orang yang murah hati. Kata murah hati di sini adalah bukan hal yang natural, ini adalah salah satu karakter daripada murid Kristus. Murah hati adalah hasil pekerjaan daripada Roh Kudus. Di dalam kata aslinya murah hati itu adalah eleeo. Eleeo artinya mercy, belas kasihan. Belas kasihan lebih daripada simpati dan pelaksanaannya harus ada tindakan yang konkrit. Murah hati lebih daripada joyness. Dermawan adalah murah hati. Hosea 6:6 Tuhan berkata kepada bangsa Israel “Aku lebih suka belas kasihan daripada korban sembelihan. 

Keenam, orang yang berbahagia adalah orang yang suci hati. Kesucian adalah sifat Tuhan yang sangat menonjol. Musa ketika dipanggil, dia melihat semak duri tapi tidak terbakar. Ketika ia mendekat terdengar suara, lepaskan kasutmu, sebab tempat yang engkau injak adalah tepat yang kudus. Nabi Yesaya, ketika dia bertemu dengan Tuhan, dia sadar celakalah aku, aku orang yang najis. Dia sadar kesucian Tuhan. Dia melihat serafim dengan enam sayap: dua sayap dipakai menutupi muka, dan dua sayap menutupi kakinya, dan dua sayap digunakan untuk melayang-layang. Mereka berkata suci, suci, suci. Itu adalah untuk Allah Tritunggal. Suci yang pertama untuk Bapa, yang kedua Anak, dan yang ketiga untuk Roh Kudus. Iblis tidak bisa meniru kesucian Tuhan. Agama lain tidak mungkin mengandung kesucian. Tuhan menuntut umat pilihan kudus, sebab Tuhan kudus. Kesucian adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Tuhan Yesus berkata berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Kita melihat bagaimana kita bisa menjadi orang yang suci hatinya. 

Orang yang suci hatinya memiliki pengharapan hidup yang kekal. Ia akan hidup bersama Tuhan di surga. Dalam Mazmur 24:3-4, Tuhan berkata siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus? Hanya mereka yang suci hatinya. Di sini kita melihat bahwa orang yang suci hatinya mendapat jaminan keselamatan dari Tuhan. Setelah kita sudah diperbarui, Tuhan akan menjaga keselamatan kita. Keselamatan itu tidak mungkin bisa hilang. Dalam Ibrani 12:14, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” 

Ketujuh, orang yang berbahagia adalah orang yang membawa damai. Orang yang membawa damai adalah orang yang sudah memiliki damai. Apa artinya? Ketika Yesus mengatkan orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan di sini: 

Kita melihat apa arti membawa damai. Di dalam bahasa Ibrani di pakai kata “shalom”. Shalom didefinisikan sebagai suatu keutuhan, sesuatu yang sudah komplit yang sudah tidak bisa ditambahkan lagi. Shalom ini bukan hanya mempunyai sifat yang negative artinya, harus menjauhkan segala kejahatan tetapi, juga positif , artinya melakukan sesuatu yang terbaik, yang highest good. Jadi,jika orang Kristen berkata “shalom” kepada orang lain dia bukan hanya mengharapkan segala kejahatan lepas dari orang itu tetapi juga kita mengharapkan sesuatu yang terbaik di dalam hidup dia. Kalau kita bicara tentang shalom di dalam pengertian orang Yahudi,  shalom yang sejati itu hanya bisa diberikan oleh Allah. Shalom juga sering kali diartikan sebagai damai sejahtera Allah. Jadi waktu kita mengatakan shalom artinya ”Damai sejahtera Allah menyertai engkau.” Kalau damai sejahtera Allah itu menyertai orang itu bukan hanya lepas dari kejahatanl tetapi mendapatkan yang paling baik dalam hidup dia. Shalom artinya damai, itu damai antara dua pihak: Allah dan manusia. Ketika kita berbicara shalom artinya orang yang bersangkutan sudah didamaikan oleh Allah. Allah bukan lagi musuh dia. Alkitab mengatakan kalau kita menjadi musuh Allah, itu sesuatu yang sangat-sangat menakutkan.Di dalam Mat 10:28, Tuhan Yesus mengatakan “Jangan takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi tidak berkuasa membinasakan jiwa. Takutlah kepada Dia yang dapat membunuh tubuh dan membuang jiwa ke dalam neraka.” Kalau kita menjadi musuh Allah, itu adalah sesuatu yang begitu mengerikan. 

Kedelapan, orang yang berbahagia adalah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran. Ini adalah ucapan bahagia yang terakhir. Ucapan bahagia yang kedelapan ini adalah ucapan bahagia yang klimaks tapi antiklimaks. Apa artinya klimaks tapi antiklimaks? Alkitab melihat dunia ini adalah dunia yang memberontak, melawan Tuhan Allah. Dunia ini tidak netral. Itu sebabnya ketika Tuhan Yesus mengutus orang Kristen ke dunia, Dia mengatakan bahwa Aku mnegutus kamu seperti domba ditengah-tengah serigala. Ini pengutusan paling kejam yang pernah dilakukan di dunia ini, yaitu Tuhan Yesus mengutus orang Kristen ke dunia seperti mengutus domba ke tengah-tengah serigala. Tetapi dalam Yohanes 15 Tuhan Yesus mengatakan “ Ketika dunia menganiaya Aku, maka dunia juga akan menganiaya kamu.” Ketika engkau dan saya dibenci oleh dunia, ingat bahwa Tuhan Yesus juga pernah dibenci oleh dunia. Lalu ada satu kalimat, dalam bacaan itu ”hamba tidak mungkin lebih tinggi dari tuannya.” Kebencian, aniaya yang dialami orang Kristen tidak mungkin melampaui apa yang dialami oleh Tuhan Yesus. Dunia ini tidak bersahabat dengan orang Kristen. Penganiayaan, penderitaan adalah sesuatu yang tidak bisa kita elakan. Dalam Matius 16 ketika Tuhan Yesus mendirikan gereja Dia mengatakan ”Saya mendirikan gereja dan alam maut tidak bisa menguasainya.” Tuhan Yesus mendirikan gereja bukan di daerah yang netral tetapi di daerah musuh. Tapi Dia berjanji satu hal, alam maut itu tidak akan menguasainya. Ketika dalam Matius 5:13-16 tentang garam dan terang dunia, artinya kita menjadi garam di tengah dunia yang sudah semakin busuk ini, kita mengawetkan. Kita lihat dunia ini gelap, kita menjadi terang yang menerangi dunia yang gelap itu. 

Inilah delapan kategori kebahagiaan menurut Yesus yang kemungkinan jauh berbeda dari konsep kebahagiaan dunia ini. Karenanya, marilah kita belajar merebut dan meraih kebahagiaan menurut kategori Yesus ini selama di dunia ini. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...