Minggu, 11 Pebruari 2018
“DIBERKATI UNTUK MENJADI
BERKAT”
Kotbah: Kejadian 12:1-9
Bacaan: Galatia 3:6-14
Hari ini kita memasuki Minggu Estomihi yang artinya “Jadilah bagiku gunung batu tempat
perlindungan (Sai Ho ma gabe Partanobatoan di ahu)” (Mzm. 31:3b).
Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Diberkati untuk menjadi berkat”. Siapa
manusia yang tidak ingin hidupnya diberkati Tuhan? Setiap orang tentu ingin
diberkati dalam hidupnya. Oleh sebab itu hal berkat atau diberkati seringkali
menjadi fokus kehidupan manusia, demikian juga dengan orang Kristen. Bahkan
tidak sedikit orang Kristen yang memberi penekanan lebih kepada hal berkat itu,
sampai-sampai berkat dipakai sebagai tolok ukur kedewasaan rohani seseorang. Tidak
ada yang salah jika kita mengharapkan berkat dan diberkati dalam hidup ini.
Tetapi ketika berkat dan keinginan diberkati itu menjadi satu-satunya fokus
dalam hidup ini, maka kita sedang menyimpang dari apa yang Tuhan telah
rancangkan mengenai berkat itu dalam hidup kita. Kita perlu menempatkan
pemahaman tentang berkat itu ke dalam konteks yang benar.
Diberkati untuk menjadi berkati merupakan suatu
proses panjang. Ketika Allah menjadikan Abram sebagai berkat bagi dunia, maka
ada sebuah proses yang terjadi. Allah
memberkati Abram (=memberikan berkat). Berkat
dalam PL berarti bermacam macam pertambahan kehidupan, pergandaan penghidupan;
barangkali kata berkat yang pertama dalam ayat 2 dapat dipahamkan mengenai
harta benda Abram. Tetapi kata berkat kedua “dan engkau akan menjadi berkat” dengan segera
membatasi pengertian yang pertama itu. Abram bukan hanya menerima apa-apa
(suatu berkat), melainkan Abram dijadikan berkat. Dengan ini pengertian berkat
sebagai harta benda saja dibatalkan: Abram bukan hanya menerima apa-apa,
melainkan Abram diubah menjadi orang baru: pembawa kehidupan, pemikul
keselamatan, pembuat perdamaian, pemberi sejahtera dan keamanan, pembina
kebenaran dan keadilan, pendiri ibadat yang tulen. Dalam kata berkat itu
terkandung keselamatan yang terakhir dan tertinggi, yang diberi Allah kepada
manusia.
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah
caranya agar hidup Abram menjadi berkati bagi orang lain?
Pertama, Abraham pergi seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya (ay.
1, 4-6). Abram meninggalkan kehidupannya
yang nyaman bersama dengan keluarga di tanah leluhurnya. Abraham memilih
mengikuti firman TUHAN. Ini tentunya merupakan pergumulan yang
berat bagi Abram. Perintah Tuhan kepada Abram jelas bahwa dia harus pergi
meninggalkan negeri, sanak saudara, dan rumahnya.
Abraham pergi bersama seluruh keluarga pada
usia 75 tahun. Alkitab mencatat bahwa Abraham pergi membawa semuanya,
tidak setengah-setengah. Abraham pergi tidak mencoba-coba, tetapi
sepenuhnya. Dibutuhkan keberanian untuk menggenapi kehendak Tuhan tanpa
cadangan. Dibutuhkan pengorbanan dan iman yang kuat untuk menjalani
panggilan Tuhan. Menjalani kehendak Tuhan tidak dapat setengah hati,
sebab itu akan merusakkan apa yang seharusnya dapat dicapai seturut rencana
Allah.
Kata “pergi”
dalam ayat 1 ini merupakan gambaran bahwa Abram akan meninggalkan penyembahan keluarga Terah kepada berhala (bnd. Yos 24:2) dan ketaatan harus taat
kepada Yahweh. Pada bagian ini merupakan salah satu perintah kepada Abram untuk
menjalankan misi Allah. Pergilah dari negerimu, dan dari sanak
saudaramu, dan dari rumah bapamu.
Panggilan Allah juga berarti kita meninggalkan, memisahkan diri,
menceraikan diri, mengasingkan diri, menyangkal ikatan-ikatan yang tertinggi
dan agung bagi setiap manusia karena kelahiran. Kehidupan Abram selanjutnya
tidaklah lagi ditemukan dan dibentuk dan ditetapkan oleh asal-usulnya dan oleh
suasana masyarakat dan marganya, oleh sekitarnya dan latarbelakangnya, oleh
lingkungan dan golongannya, melainkan semata-mata oleh firman dan panggilan
Allahnya, Tuhan semesta alam.
Abraham meninggalkan negerinya berarti Abraham
meninggalkan segala pengaruh dan kepentingan daya dan kuasa negeri asal, tanah air, tanah
tumpah darah. Tiap-tiap negeri, tiap-tiap tanah, tiap-tiap daerah mempunyai
dewa-dewa, cita-cita, adat-istiadat, filsafat dan ekonomi, yaitu sifat alamiah,
watak dan kecenderungannya sendiri. Negerimu mewakili
pengaruh-pengaruh dunia sekitar, tetapi dari sanak saudaramu menguraikan
lingkungan manusia yang sedarah-sedaging, semarga, semoyang, sekerabat, sekaum
keluarga, sesanak saudara. Tiap-tiap orang mengetahui bagaimana kuatnya
pertalian darah. Tetapi itulah juga banyak perselihan dan peperangan oleh
karena setiap manusia memprokalmir mempunyai bermacam-macam keturunan dan
asal-usul. Abram dipanggil meningalkan sanaknya, yaitu menyangkal, tidak
mendengarkan, dan tidak mematuhi saudara darah dan hanya mematuhi suara
Allah. Dari dari rumah bapamu adalah sebagian dari “sanak
saudara”. Dengan ini Abram dilepaskan (diluputkan, dibebaskan) dari segala hak
(perlindungan, pemeliharaan) dan dari segala kewajiban baik secara tanah maupun
secara dara dan semata-mata diserahkan serta dipautkan kepada panggilan Allah.
Kedua, Abraham setia pada janji
TUHAN (ay. 1b). Abraham
belum tahu mau ke mana dia dibawa pergi oleh TUHAN. Namun dengan iman yang
teguh dan setia pada janji TUHAN, Abraham pun pergi meninggalkan Ur-Kasdim.
Perkataan “Ke negeri yang akan Kutunjukan kepadamu” sebagai kata pengganti
dari negeri asal yang harus ditinggalkan Abram maka Allah menjanjikan suatu
negeri yang baru dengan ini kurban yang dituntut oleh Allah bukan hanya
penyangkalan dan peniadaan hidup saja melainkan kehidupan dan tujuan kepada
kehidupan dan tanah yang baru. Namun belum diketahui negeri yang ditunjukan oleh
Allah. Yang akan Kutunjukan kepadamu tujuan dan akhir
perjalanan itu tersembunyi dalam akhir perjanjian atau janji Allah. Abram tidak
diberitahu tujuannya sehingga ia dapat mengambil keputusan baik jeleknya negeri
yang baru itu. Kapan, dimana dan dengan apa Abram akan sampai di sana tetap
dirahasiakan Allah. Abram diikat dengan kesetiaan kepada Allah yang tidak
kelihatan. Dan ia terikat oleh kepatuhan Firman Allah.
Ketiga, Abraham mendirikan mezbah bagi TUHAN yang telah
menampakkan diri kepadanya (ay. 7). Abraham menyembah TUHAN yang telah
menampakkan diri kepadanya. Abraham mendirikan mezbah Allah sewaktu di
dekat Sikhem maupun pada saat pindah ke dekat Bethel. Mezbah waktu itu
sangat sederhana, terbuat dari batu di susun sedemikian rupa untuk menjadi
peringatan apa yang Tuhan sudah dan tengah kerjakan dalam hidup Abraham.
Mezbah ini sangat bermakna dalam kehidupan Abraham menjalani panggilan
Tuhan. Dalm benak Abraham berkata, “ke mana kaki menginjak, di situ nama
Tuhan disanjung tinggi!”
Hari ini banyak keluarga Kristen memiliki
mezbah keluarga. Hal ini sangat baik karena akan mengingatkan seisi rumah
tangga bahwa Kristus yang menjadi nahkoda atas bahtera kehidupan mereka.
Dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, kita diingatkan akan keberadaan
dan panggilan Tuhan. Altar Allah adalah suatu peringatan, pengingatan dan
sekaligus penguatan bagi diri orang percaya.
Bagaimanakah cara Allah menjadikan Abraham menjadi berkat bagi orang lain?
Pertama, Allah membuat nama Abram menjadi masyhur (ay. 2). Abraham menjadi seorang yang kenamaan, seorang yang ternama, seorang yang
berpengaruh pada banyak orang. Abram akan menjadi seorang tokoh yang ditiru
oleh banyak orang dan yang mempengaruhi banyak bangsa. Ketiga karunia itulah
yang akan memenuhi negeri baru yang akan ditunjukan Allah kepada Abram.
Semuanya memenuhi hidupnya diwaktu perjalanannya. Tetapi berkat (keselamatan)
itu tidak terbatas pada dirinya dan golongannya sendiri. Sebab itu Abram harus
berjalan, harus keluar dari negerinya, supaya ia membawa berkat Allah kepada
semua negeri dan tanah yang dilewatinya dan kepada segala kaum dan bangsa yang
dijumpainya.
Kedua, Allah akan memberkati orang
yang memberkati Abram (ay. 3). Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau : Didalam Abram segala
macam manusia akan mengenali dan mengakui berkat dan keselamatan dari Allah,
Tuhan semesta alam. Dan banyak orang akan menerima baik dan menyambut Abram
sebagai pembawa berkat (keselamatan). Mereka semuanya akan menerima bagian dan
warisan berkat yang sama dengan yang dipunyai Abram. Keselamatan yang dari
Allah tidaklah terbatas, adalah universal, ditunjukan kepada seluruh manusia,
kepada seisi dunia, tetapi dengan perantaraan Abram dan bukan tanpa keputusan
yang harus diambil di waktu berhadapan dengan Abram.
Ketiga, Allah akan mengutuk orang yang
mengutuk Abram (ay. 3). Orang yang mengutuk Abram akan dikenai hukuman
Allah, mereka akan terkutuk. Setiap orang yang mengutuk, menghina setiap hamba
TUHAN maka pada saat yang sama TUHAN pun akan mengutuk orang tersebut. Karena
itu, janganlah kita mengutuk dan menghina hamba TUHAN. Jauh lebih berguna
menopang dan mendukung hamba TUHAN dalam rangka mewujudkan tugas panggilannya
di dunia ini.
Apa yang mau kita renungkan dari nas kotbah Minggu ini?
Pertama, jangan genggam erat berkat itu.
Kejadian 12:1 “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu
dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu”.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa ada orang-orang yang menggenggam terlalu erat berkat itu bagi diri mereka. Dan orang-orang yang hidup dengan cara demikian, akhir hidupnya sangat tragis.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa ada orang-orang yang menggenggam terlalu erat berkat itu bagi diri mereka. Dan orang-orang yang hidup dengan cara demikian, akhir hidupnya sangat tragis.
Kedua, jangan setengah hati.
Kejadian 12:4 “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN
kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh
lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran”.
a. Dalam rangka untuk menjadi berkat, TUHAN
Allah tidak menghendaki kita melakukannya dengan setengah hati.
b. Mengasihi
dengan setengah hati, berdoa dengan setengah hati, memberi dengan setengah
hati, dll. Hal semacam ini tidak layak menjadi berkat bagi orang lain.
c. Kadang-kadang
masa lalu kita menjadi penghalang untuk menjadi berkat.
d. TUHAN
Allah menuntut totalitas kita dalam rangka untuk menjadi berkat.
e. TUHAN
Allah menuntut perhatian menyeluruh dan konsentrasi penuh dari Abram.
f. Untuk
kepentingan Kerajaan Allah, kita harus total melakukan segala sesuatu.
Ketiga, jangan takut
menanggung resiko. Kejadian
12:3 “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk
orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat”.
a. Dalam rangka untuk menjadi berkat, ada harga
yang harus dibayar.
b. Di
jalan menjadi berkat, tidak semua orang akan mendukung kita. Akan ada
orang-orang yang tidak senang ketika kita menjadi berkat.
c. Ada
yang memberkati tetapi juga ada yang mengutuk.
d. Tapi
TUHAN Allah adalah Pembela yang Agung. Dia pasti membela kita dari semua orang
yang menentang jalan kita menjadi berkat.
Pada waktu TUHAN Allah memberi berkat kepada kita, tentu Dia punya misi melalui kita. Misi-Nya ialah supaya kita menjadi alat berkat bagi sesama. Dan untuk menjadi alat berkat bagi sesama, maka sikap yang benar ialah: pertama, jangan genggam erat berkat itu; kedua, jangan setengah hati; ketiga, jangan takut menanggung resiko. Kiranya TUHAN Allah menolong kita untuk mewujudkannya. (rsnh)