Sabtu, 10 Februari 2018

KOTBAH MINGGU ESTOMIHI Minggu, 11 Pebruari 2018

Minggu, 11 Pebruari 2018

“DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT”
Kotbah: Kejadian 12:1-9 Bacaan: Galatia 3:6-14


Hari ini kita memasuki Minggu Estomihi yang artinya “Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan (Sai Ho ma gabe Partanobatoan di ahu)” (Mzm. 31:3b).

Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Diberkati untuk menjadi berkat”. Siapa manusia yang tidak ingin hidupnya diberkati Tuhan? Setiap orang tentu ingin diberkati dalam hidupnya. Oleh sebab itu hal berkat atau diberkati seringkali menjadi fokus kehidupan manusia, demikian juga dengan orang Kristen. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang memberi penekanan lebih kepada hal berkat itu, sampai-sampai berkat dipakai sebagai tolok ukur kedewasaan rohani seseorang. Tidak ada yang salah jika kita mengharapkan berkat dan diberkati dalam hidup ini. Tetapi ketika berkat dan keinginan diberkati itu menjadi satu-satunya fokus dalam hidup ini, maka kita sedang menyimpang dari apa yang Tuhan telah rancangkan mengenai berkat itu dalam hidup kita. Kita perlu menempatkan pemahaman tentang berkat itu ke dalam konteks yang benar.

Diberkati untuk menjadi berkati merupakan suatu proses panjang. Ketika Allah menjadikan Abram sebagai berkat bagi dunia, maka ada sebuah proses yang terjadi. Allah memberkati Abram (=memberikan berkat). Berkat dalam PL berarti bermacam macam pertambahan kehidupan, pergandaan penghidupan; barangkali kata berkat yang pertama dalam ayat 2 dapat dipahamkan mengenai harta benda Abram. Tetapi kata berkat kedua dan engkau akan menjadi berkat” dengan segera membatasi pengertian yang pertama itu. Abram bukan hanya menerima apa-apa (suatu berkat), melainkan Abram dijadikan berkat. Dengan ini pengertian berkat sebagai harta benda saja dibatalkan: Abram bukan hanya menerima apa-apa, melainkan Abram diubah menjadi orang baru: pembawa kehidupan, pemikul keselamatan, pembuat perdamaian, pemberi sejahtera dan keamanan, pembina kebenaran dan keadilan, pendiri ibadat yang tulen. Dalam kata berkat itu terkandung keselamatan yang terakhir dan tertinggi, yang diberi Allah kepada manusia. 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah caranya agar hidup Abram menjadi berkati bagi orang lain?

Pertama, Abraham pergi seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya (ay. 1, 4-6). Abram meninggalkan kehidupannya yang nyaman bersama dengan keluarga di tanah leluhurnya. Abraham memilih mengikuti firman TUHAN. Ini tentunya merupakan pergumulan yang berat bagi Abram. Perintah Tuhan kepada Abram jelas bahwa dia harus pergi meninggalkan negeri, sanak saudara, dan rumahnya.

Abraham pergi bersama seluruh keluarga pada usia 75 tahun.  Alkitab mencatat bahwa Abraham pergi membawa semuanya, tidak setengah-setengah.  Abraham pergi tidak mencoba-coba, tetapi sepenuhnya.  Dibutuhkan keberanian untuk menggenapi kehendak Tuhan tanpa cadangan.  Dibutuhkan pengorbanan dan iman yang kuat untuk menjalani panggilan Tuhan.  Menjalani kehendak Tuhan tidak dapat setengah hati, sebab itu akan merusakkan apa yang seharusnya dapat dicapai seturut rencana Allah.

Kata “pergi” dalam ayat 1 ini merupakan gambaran bahwa Abram akan meninggalkan penyembahan keluarga Terah kepada berhala (bnd. Yos 24:2) dan ketaatan harus taat kepada Yahweh. Pada bagian ini merupakan salah satu perintah kepada Abram untuk menjalankan misi Allah. Pergilah dari negerimu, dan dari sanak saudaramu, dan dari rumah bapamu.

Panggilan Allah juga berarti kita meninggalkan, memisahkan diri, menceraikan diri, mengasingkan diri, menyangkal ikatan-ikatan yang tertinggi dan agung bagi setiap manusia karena kelahiran. Kehidupan Abram selanjutnya tidaklah lagi ditemukan dan dibentuk dan ditetapkan oleh asal-usulnya dan oleh suasana masyarakat dan marganya, oleh sekitarnya dan latarbelakangnya, oleh lingkungan dan golongannya, melainkan semata-mata oleh firman dan panggilan Allahnya, Tuhan semesta alam.

Abraham meninggalkan negerinya berarti Abraham meninggalkan segala pengaruh dan kepentingan daya dan kuasa negeri asal, tanah air, tanah tumpah darah. Tiap-tiap negeri, tiap-tiap tanah, tiap-tiap daerah mempunyai dewa-dewa, cita-cita, adat-istiadat, filsafat dan ekonomi, yaitu sifat alamiah, watak dan kecenderungannya sendiri. Negerimu mewakili pengaruh-pengaruh dunia sekitar, tetapi dari sanak saudaramu menguraikan lingkungan manusia yang sedarah-sedaging, semarga, semoyang, sekerabat, sekaum keluarga, sesanak saudara. Tiap-tiap orang mengetahui bagaimana kuatnya pertalian darah. Tetapi itulah juga banyak perselihan dan peperangan oleh karena setiap manusia memprokalmir mempunyai bermacam-macam keturunan dan asal-usul. Abram dipanggil meningalkan sanaknya, yaitu menyangkal, tidak mendengarkan, dan tidak mematuhi saudara darah dan hanya mematuhi suara Allah.  Dari dari rumah bapamu adalah sebagian dari “sanak saudara”. Dengan ini Abram dilepaskan (diluputkan, dibebaskan) dari segala hak (perlindungan, pemeliharaan) dan dari segala kewajiban baik secara tanah maupun secara dara dan semata-mata diserahkan serta dipautkan kepada panggilan Allah.
            
Kedua, Abraham setia pada janji TUHAN (ay. 1b). Abraham belum tahu mau ke mana dia dibawa pergi oleh TUHAN. Namun dengan iman yang teguh dan setia pada janji TUHAN, Abraham pun pergi meninggalkan Ur-Kasdim. Perkataan “Ke negeri yang akan Kutunjukan kepadamu” sebagai kata pengganti dari negeri asal yang harus ditinggalkan Abram maka Allah menjanjikan suatu negeri yang baru dengan ini kurban yang dituntut oleh Allah bukan hanya penyangkalan dan peniadaan hidup saja melainkan kehidupan dan tujuan kepada kehidupan dan tanah yang baru. Namun belum diketahui negeri yang ditunjukan oleh Allah. Yang akan Kutunjukan kepadamu tujuan dan akhir perjalanan itu tersembunyi dalam akhir perjanjian atau janji Allah. Abram tidak diberitahu tujuannya sehingga ia dapat mengambil keputusan baik jeleknya negeri yang baru itu. Kapan, dimana dan dengan apa Abram akan sampai di sana tetap dirahasiakan Allah. Abram diikat dengan kesetiaan kepada Allah yang tidak kelihatan. Dan ia terikat oleh kepatuhan Firman Allah.

Ketiga, Abraham mendirikan mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya (ay. 7). Abraham menyembah TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Abraham mendirikan mezbah Allah sewaktu di dekat Sikhem maupun pada saat pindah ke dekat Bethel.  Mezbah waktu itu sangat sederhana, terbuat dari batu di susun sedemikian rupa untuk menjadi peringatan apa yang Tuhan sudah dan tengah kerjakan dalam hidup Abraham.  Mezbah ini sangat bermakna dalam kehidupan Abraham menjalani panggilan Tuhan.  Dalm benak Abraham berkata, “ke mana kaki menginjak, di situ nama Tuhan disanjung tinggi!”

Hari ini banyak keluarga Kristen memiliki mezbah keluarga.  Hal ini sangat baik karena akan mengingatkan seisi rumah tangga bahwa Kristus yang menjadi nahkoda atas bahtera kehidupan mereka.  Dengan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan, kita diingatkan akan keberadaan dan panggilan Tuhan.  Altar Allah adalah suatu peringatan, pengingatan dan sekaligus penguatan bagi diri orang percaya.

Bagaimanakah cara Allah menjadikan Abraham menjadi berkat bagi orang lain?

Pertama, Allah membuat nama Abram menjadi masyhur (ay. 2). Abraham menjadi seorang yang kenamaan, seorang yang ternama, seorang yang berpengaruh pada banyak orang. Abram akan menjadi seorang tokoh yang ditiru oleh banyak orang dan yang mempengaruhi banyak bangsa. Ketiga karunia itulah yang akan memenuhi negeri baru  yang akan ditunjukan Allah kepada Abram. Semuanya memenuhi hidupnya diwaktu perjalanannya. Tetapi berkat (keselamatan) itu tidak terbatas pada dirinya dan golongannya sendiri. Sebab itu Abram harus berjalan, harus keluar dari negerinya, supaya ia membawa berkat Allah kepada semua negeri dan tanah yang dilewatinya dan kepada segala kaum dan bangsa yang dijumpainya.

Kedua, Allah akan memberkati orang yang memberkati Abram (ay. 3). Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau : Didalam Abram segala macam manusia akan mengenali dan mengakui berkat dan keselamatan dari Allah, Tuhan semesta alam. Dan banyak orang akan menerima baik dan menyambut Abram sebagai pembawa berkat (keselamatan). Mereka semuanya akan menerima bagian dan warisan berkat yang sama dengan yang dipunyai Abram. Keselamatan yang dari Allah tidaklah terbatas, adalah universal, ditunjukan kepada seluruh manusia, kepada seisi dunia, tetapi dengan perantaraan Abram dan bukan tanpa keputusan yang harus diambil di waktu berhadapan dengan Abram. 

Ketiga, Allah akan mengutuk orang yang mengutuk Abram (ay. 3). Orang yang mengutuk Abram akan dikenai hukuman Allah, mereka akan terkutuk. Setiap orang yang mengutuk, menghina setiap hamba TUHAN maka pada saat yang sama TUHAN pun akan mengutuk orang tersebut. Karena itu, janganlah kita mengutuk dan menghina hamba TUHAN. Jauh lebih berguna menopang dan mendukung hamba TUHAN dalam rangka mewujudkan tugas panggilannya di dunia ini.

Apa yang mau kita renungkan dari nas kotbah Minggu ini?

Pertama, jangan genggam erat berkat itu. Kejadian 12:1 “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”.
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa ada orang-orang yang menggenggam terlalu erat berkat itu bagi diri mereka. Dan orang-orang yang hidup dengan cara demikian, akhir hidupnya sangat tragis.

Kedua, jangan setengah hati Kejadian 12:4 “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran”.

a. Dalam rangka untuk menjadi berkat, TUHAN Allah tidak menghendaki kita melakukannya dengan setengah hati.
b.  Mengasihi dengan setengah hati, berdoa dengan setengah hati, memberi dengan setengah hati, dll. Hal semacam ini tidak layak menjadi berkat bagi orang lain.
c.  Kadang-kadang masa lalu kita menjadi penghalang untuk menjadi berkat.
d.  TUHAN Allah menuntut totalitas kita dalam rangka untuk menjadi berkat.
e.  TUHAN Allah menuntut perhatian menyeluruh dan konsentrasi penuh dari Abram.
f.  Untuk kepentingan Kerajaan Allah, kita harus total melakukan segala sesuatu.

Ketiga, jangan takut menanggung resiko. Kejadian 12:3 “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”.
a. Dalam rangka untuk menjadi berkat, ada harga yang harus dibayar.
b.  Di jalan menjadi berkat, tidak semua orang akan mendukung kita. Akan ada orang-orang yang tidak senang ketika kita menjadi berkat.
c.  Ada yang memberkati tetapi juga ada yang mengutuk.
d.  Tapi TUHAN Allah adalah Pembela yang Agung. Dia pasti membela kita dari semua orang yang menentang jalan kita menjadi berkat.

Pada waktu TUHAN Allah memberi berkat kepada kita, tentu Dia punya misi melalui kita. Misi-Nya ialah supaya kita menjadi alat berkat bagi sesama. Dan untuk menjadi alat berkat bagi sesama, maka sikap yang benar ialah: pertama, jangan genggam erat berkat itu; kedua, jangan setengah hati; ketiga, jangan takut menanggung resiko. Kiranya TUHAN Allah menolong kita untuk mewujudkannya. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...