Sabtu, 29 Desember 2018

KOTBAH SETELAH NATAL Minggu, 30 Desember 2018 “PUJIAN KEMENANGAN”

Minggu, 30 Desember 2018

PUJIAN KEMENANGAN
Kotbah: Mazmur 149:1-9       Bacaan: Lukas 2:25-35



Hari ini kita memasuki Minggu terakhir 2018. Minggu ini akan membahas tema “Pujian Kemenangan”. Kita sudah tiba di ujung 2018 ini. Kita telah menang menjalani semua dinamika perjalanan kita sejak 1 Januari hingga 30 Desember 2018 hari ini. Inilah Minggu ke 52 dalam kalender Gerejawi kita. Kita telah diberikan TUHAN kesempatan melampaui semuanya atas kasih dan karunia TUHAN semata. Kita menang karena ada TUHAN yang setia menyertai perjalanan hidup kita sepanjang tahun ini. Kita mengalami kemenangan bukan karena kuat dan gagah kita, bukan karena kepandaian dan kehebatan kita, tetapi hanya karena anugerah TUHAN Yesus yang memampukan kita menang atas segala pencobaan dan pergumulan hidup kita baik suka maupun duka.

Pemazmur juga mengalami hal yang sama. Pemazmur mengalami kemenangan atas musuh-musuh yang dia hadapi. Dengan kemenangan itu, dia memuji dan memuliakan TUHAN. Artinya, pemazmur memberikan pujian kemenangan bagi TUHAN. Alasan utama memuji Tuhan di sini ialah karena kemenangan yang TUHAN
telah berikan kepada umat-Nya atas musuh-musuh mereka. Dengan  memuji Tuhan, mereka mengakui bahwa Tuhanlah sumber kemenangan mereka, bukan jasa atau kekuatan mereka (ay. 4). Oleh karena itu,  mereka bisa berbaring dengan damai bahkan tetap bersorak sorai
(ay. 5). Pujian di sini bisa berlatar belakang dalam sejarah Israel, entah pada masa permulaan ketika Tuhan memerdekakan secara tuntas dari perbudakan Mesir (Kel. 14-15), ataupun momen-momen penyelamatan penting lainnya.

Kemenangan yang Allah berikan kepada Israel berarti kekalahan dari para musuh. Oleh karena itu, bagian kedua mazmur ini berisikan seruan pembalasan terhadap bangsa-bangsa yang dahulu telah memusuhi dan menganiaya mereka. Pembalasan ini tidak bersifat pribadi, melainkan dalam rangka menegakkan keadilan Allah. "Pedang
bermata dua" menjadi alat penghukuman Allah atas mereka. Pertama, membalas kejahatan setimpal (ay. 7). Kedua, membelenggu kuasa kejahatan (ay. 8). Ketiga, melaksanakan penghukuman sesuai dengan  firman Tuhan (ay. 9). Ketiganya bisa juga ditimpakan kepada Israel  kalau mereka berubah setia kepada Allah. 

Buat kita, umat Kristen, mazmur ini bisa dipakai untuk memuji Allah karena Dia sudah memberikan kemenangan kepada kita atas kuasa dosa, dan bahwa pelaku dosa akan menerima pembalasan setimpal. Namun, kita bisa selangkah lebih maju karena Kristus sudah mati
buat pelaku dosa yang bertobat. Pembalasan setimpal untuk mereka sudah ditimpakan kepada Kristus. Maka, berdoalah untuk pertobatan mereka. 

Sebagai orang yang sudah dimenangkan atas segala dosa kita, maka pemazmur mengajak kita untuk menyanyikan nyanyian baru (canticum novum)bagi Tuhan. Ia meminta agar nyanyian baru itu dilambungkan sebagai pujian bagi Tuhan dan hal itu harus dilakukan di tengah jemaat (ay. 1). Nyanyian dan aktifitas bernyanyi adalah ungkapan hati yang bersuka-cita dan bersorak-sorai. Pemazmur menghendaki agar Israel bersukacita atas Pencipta mereka, agar Israel bersorak-sorai atas Tuhan Raja mereka (ay 2). Pujian dan rasa sukacita itu tidak hanya diungkapkan dengan nyanyian, melainkan juga dengan tari-tarian. Jadi, gerak tarian adalah sesuatu yang sah juga dalam pujian kepada Tuhan. Tidak perlu ada sikap alergi terhadap gerak tarian karena ada tendensi kuat untuk memandang doa sebagai sikap hening dan diam. Para pemuja juga dianjurkan memakai alat musik tertentu untuk mengiringi nyanyian dan tarian mereka. Di sana disebutkan secara eksplisit alat musik seperti rebana dan kecapi (ay. 3). Dalam ayat 4 diajukan alasan bagi pujian tersebut. Alasannya ialah karena Tuhan berkenan kepada umat-Nya. Tuhan memuliakan (memahkotai) orang yang rendah hati dengan shalom. Tuhan menampakkan perkenanan-Nya di tengah umat dan hal itu mendatangkan sukacita dan sorak-sorai bagi jemaat. Bahkan dalam tidur pun mereka tetap bersukacita dan bersorak-sorai (ay 5). Pemazmur menghendaki agar pujian bagi Tuhan senantiasa diucapkan umat (ay 6: ada dalam kerongkongan mereka, dan karena itu siap untuk diucapkan dengan lantang). Sampai di sini kita tidak merasa ada masalah dengan mazmur ini. Sebab ia mengajak umat melambungkan pujian bagi Tuhan pencipta dan penyelamat. 

Lewat ayat-ayat yang ditulis pemazmur ini, umat Israel diajak untuk bernyanyi, bermazmur, dan bersukacita bagi Tuhan di tengah-tengah kumpulan jemaah atas kemenangan yang mereka raih. Ada masa-masa ketakutan sebelumnya yang mereka alami ketika musuh yang terlihat begitu kuat dan besar mendatangi dan mengepung mereka. Namun satu hal, sebesar apa pun musuh yang dihadapi, mereka menyadari bahwa selalu ada tangan Tuhan yang memberikan kemenangan atas mereka. Itulah sebabnya tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak memuji-muji Tuhan, karena tangan Tuhanlah yang berperang bagi mereka.

Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang bisa kita pelajari dari Pujian Kemenangan ini dalam kehidupan kita saat ini?

Pertama,bersukacitalah atas kemenangan yang Tuhan telah berikan kepada kita (ay. 1). Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh.Umat Israel diperintahkan Tuhan untuk merayakan kemenangan (celebration)dengan dengan cara menyanyikan nyanyian baru di tengah jemaah yang besar. Mengapa mereka harus menyanyikan nyanyian yang baru? Alasan dibalik nyanyian baru adalah karena adanya situasi yang baru. Suasana yang sebelumnya mencekam karena kepungan musuh yang mungkin begitu besar jumlahnya. Suasana ketakutan yang tadinya menyelimuti umat Israel membuat nyanyian yang keluar dari mulut mereka pun adalah nyanyian ratapan dan erangan. Namun ketika datang pertolongan dari Tuhan, dimana musuh-musuh diserakkan dengan cara Tuhan yang ajaib, maka muncullah suatu suasana yang baru.

Lahirnya kondisi yang baru atas kemenangan yang Tuhan berikan, membuat nyanyian yang mereka miliki sebelumnya menjadi tidak sesuai (relevan) lagi. Itulah sebabnya, lewat pemazmur, Tuhan perintahkan agar seluruh umat-Nya menaikkan nyanyian yang baru, yang menyatakan kebesaran dan karya Tuhan yang dahsyat. Mereka sudah menjalani kehidupan yang baru, maka lagu yang baru pun timbul karenanya.

Itulah gambaran yang tepat bagi kita yang hidup di masa sekarang. Dahulu memang kita hidup dalam kegelapan, dalam tawanan dan belenggu musuh. Namun lewat karya penebusan Yesus di atas kayu salib, membuat hidup kita saat ini menjadi sama sekali berubah. Musuh sudah dikalahkan dan kemenangan adalah menjadi bagian kita. 

Oleh sebab itu, hidup baru yang kita jalani sekarang pun harus diekspresikan dengan menaikkan nyanyian yang baru pula. Namun pengekspresian nyanyian baru tersebut bukan hanya selalu berupa nyanyian-nyanyian rohani di rumah Tuhan saja, namun otomatis diwujudkan pula dalam gaya hidup kita yang baru. Ada perkatan-perkataan kemenangan yang keluar dari mulut kita yang memberitakan kabar keselamatan. Ada suasana sukacita yang mengalir dan terimpartasi dari dalam diri kita yang mempengaruhi siapa pun yang ada bersama-sama dengan kita. Itulah nyanyian baru yang Tuhan maksud. Tidak ada lagi umat Tuhan yang berjalan dengan tertunduk malu, hanya karena problema yang dihadapi.

Apa maksud "Nyanyian Baru" ini? Apakah bermakna suatu nyanyian yang baru selesai diciptakan? Saya yakin bukan ini yang dimaksud oleh Alkitab. Nyanyian Baru adalah Nyanyian yang dinyanyikan dengan hati yang baru dan sikap yang baru (karena pertobatan), yang dinyanyikan oleh "manusia-manusia yang baru" yang hari demi hari nya diperbaharui secara terus menerus oleh Roh Kudus.

Nyanyian baru adalah ekspresi dari orang-orang yang mempunyai pengalaman baru dengan Allah atas berkat dan perlindungan yang diterima sehari-hari. Setiap pagi dalam menyongsong hari baru orang yang di dalam perlindungan Tuhan merasakan berkat yang baru, maka pujian yang kita naikkan ini dapat dikatakan sebagai "nyanyian baru" walaupun mungkin lagu yang dinyanyikan itu telah diciptakan berabad-abad yang lalu. Bagi umat yang sudah mengalami perbuatan-perbuatanNya yang ajaib, maka mereka akan dapat menyanyikan nyanyian nyanyian baru yang timbul dari hati yang baru, sikap yang baru, keadaan yang baru. Allah menyukai pembaharuan dalam keadaan diri manusia, Dia membuat hal-hal yang baru, yaitu pemulihan-pemulihan yang membawa kepada perkara-perkara yang indah, pengalaman-pengalaman baru dengan Allah. 

Kedua,keintiman adalah buah yang lahir dari kemenangan (ay. 5). “Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!”Satu hal yang membuat pemazmur dapat menikmati hubungannya yang begitu akrab dengan Tuhan, sehingga dimana pun ia berada, pujian dan penyembahanlah yang meluap dari dalam dirinya, bahkan di atas tempat tidur sekalipun pujian itu mengalir (terj.lain: sepanjang malam berlangsung, ketika tidur sekalipun) adalah karena sukacita keselamatan yang telah ia terima dari Tuhan (ay. 4). Sukacita yang bukan semata-mata dari kemenangan atas masalah, tetapi karena adanya karya penebusan Tuhan bagi dirinya.

Sudah sejak beberapa waktu terakhir ini kita terus menerima pesan Tuhan tentang bagaimana menjalin hubungan yang akrab dan intim dengan Tuhan, karena dikatakan bahwa ada kuasa dibalik keintiman (power of intimacy). Namun masih ada yang meragukan tentang bagaimana seseorang dapat intim dengan Tuhan dan menyangka bahwa keintiman adalah bagian yang hanya dilakukan oleh hamba-hamba Tuhan saja. Namun tidaklah demikian, dahulu ketika kita masih belum di dalam Kristus memang kita tidak dapat datang mendekat begitu saja karena masih adanya dosa yang menjadi penghalang, akibatnya segala sesuatu menjadi begitu jauh. Namun lewat karya penebusan Yesus di atas kayu salib, oleh Darah Kristus yang dicurahkan bagi kita, maka sejak saat itu kita memiliki akses untuk datang mendekat kepada-Nya. Efesus 2: 13, Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Hal itulah yang menjadi keuntungan bagi setiap kita sebagai umat yang sudah ditebus yaitu dapat datang mendekat dan langsung menjalin keintiman bersama-Nya. Itulah ekspresi dari sebuah karya penebusan.

Ketiga, sorak sorai membungkam kuasa musuh (ay. 6-9). “Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka,dan pedang bermata dua di tangan mereka”Betapa luar biasanya deklarasi kemenangan yang umat Israel kumandangkan lewat pujian dan sorak sorai, bagaikan pedang bermata dua yang salah satunya digunakan untuk membungkam sekaligus mengalahkan kuasa musuh yang mencoba melemahkan. Kita tahu, bahwa kuasa yang lahir dari sebuah keintiman adalah pembelaan Tuhan atas umat-Nya. Daud ketika bersembunyi dari kejaran musuh yang berusaha untuk membunuhnya, menemukan bahwa musuhnya sudah disingkirkan Tuhan ketika ia keluar dari gua persembunyiannya. Apa yang Tuhan lakukan ketika Daud memuji-muji Tuhan? Ada pedang Tuhan yang bergerak melawan musuh-musuhnya (Mzm. 57).

Peran kita, gereja Tuhan, sebagai umat yang sudah diselamatkan oleh karya Kristus bukan hanya sekedar bernyanyi dan bersorak sorai di bait-Nya, dimana hal itu memang bisa membungkam kekuatan lawan. Namun ada “sorak sorai” yang dapat kita nyatakan lewat kehidupan sehari-hari denganberani menyatakan kebenaran Tuhan. Gereja hari-hari ini harus berani mengumandangkan apa yang benar dan menolak apa yang tidak benar. Ketika dunia sedang menuju kebinasaan, ada “nyanyian baru” yang harus berani kita ungkapkan untuk membungkam kekuatan musuh, yang sesungguhnya sudah dikalahkan.

Mari umat Tuhan, kita tidak lagi melakukan suatu perbuatan baik agar kita diselamatkan, namun sebaliknya, karena kita sudah menerima keselamatan maka kita tidak bisa menjadi umat yang tinggal diam dan menyaksikan kebinasaan umat manusia. Ada nyanyian dan sorak sorai yang harus kita nyatakan bahwa dalam Kristus ada kemenangan.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah yang TUHAN berikan kepada kita jika kita mampu menyanyikan Pujian Kemenangan bagi-Nya?

Pertama,Tuhan menyelamatkan kita umat-Nya (ay. 4). Pemazmur dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan Tuhan menyelamatkan umat-Nya menulis demikian: "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan" (ay. 4). Ketika Tuhan berkenan kepada umat-Nya, maka yang terjadi atas umat-Nya ialah bahwa ada keselamatan dari Tuhan bagi umat-Nya. Dan keselamatan dari Tuhan bagi umat-Nya itu adalah keselamatan yang sempurna dan total. Baik jasmani, ekonomi dan terlebih keselamatan secara rohani. Itulah yang kita akan alami ketika Tuhan berkenan kepada kita. Jadi, keselamatan itu bukan hasil usaha kita tetapi pemberian anugerah Allah bagi kita.

Kedua,Tuhan mengaruniakan sukacita bagi umat-Nya (ay. 5-6a). Pemazmur dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan Tuhan mengaruniakan sukacita bagi umat-Nya menulis demikian: "Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka! Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, ..." (ay. 5-6a).

Ketika Tuhan berkenan kepada umat-Nya, maka yang terjadi atas umat-Nya ialah bahwa ada sukacita yang dilimpahkan oleh Tuhan dalam hidup umat-Nya. Kita bisa memuji, menyembah dan bersorak-sorai bukan karena kita bisa dan mampu, tetapi Tuhanlah yang berkarya di dalam kita sehingga kita bisa bersukacita. Sukacita yang kita miliki tidak ditentukan oleh situasi dan kondisi di dalam dan di luar diri kita. Tetapi sukacita itu lahir dari suatu persekutuan harmonis dengan Tuhan.

Jadi, ketika Tuhan berkenan kepada umat-Nya, maka pasti Tuhan mengaruniakan keselamatan bagi umat-Nya. Tuhan pasti mengaruniakan sukacita bagi umat-Nya. Itulah sebabnya, kita harus senantiasa bersyukur atas perkenanan Tuhan di dalam hidup kita. Karena itu, marilah kita terus berusaha untuk hidup menyenangkan hati Tuhan dalam segala hal di kehidupan kita. (rsnh)


Selamat Mengakhiri 2018 dan Selamat Menyongsong Tahun 2019

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...