Minggu, 11 Maret 2018

KOTBAH MINGGU LETARE Minggu, 11 Maret 2018 “ALLAH MENGASIHI DAN MEMBERKATI KITA”

KOTBAH MINGGU LETARE
Minggu, 11 Maret 2018
 
“ALLAH MENGASIHI DAN MEMBERKATI KITA”
Kotbah: Yohanes 15:9-17  Bacaan: Yesaya 54:11-17

 
Minggu ini kita memasuki Minggu Letare (bersukacitalah senantiasa bersama-sama Yerusalem – Yes. 60:10a). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Allah mengasihi dan memberkati kita”. Kasih adalah salah satu karakter Allah yang paling menonjol. Karena kasih-Nya yang begitu besar bagi kita maka Dia mengaruniakan anak-Nya yang Tunggal untuk kita agar kita tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.
 
Perikop kotbah hari ini intinya adalah kasih Allah bagi kita. Dengan kasih Allah itu pulalah menjadi landasan yang mendalam bagi kita untuk mengasihi sesama kita.
 
Melalui teks ini ada beberapa pelajaran yang bisa kita pelajari, yakni:
 
Pertama, Allah adalah kasih (ay. 9). Dalam ayat 9, kita mengenal apa itu kasih melalui Yesus, sehingga kita disuruh untuk tinggal di dalam kasih Yesus itu. Maksudnya bahwa kita menjadi penerima kasih Yesus sebelum kita menjadi pelakunya. Namun, kasih yang kita terima dari Yesus adalah sama dengan kasih Bapa kepada Yesus. Seperti biasa dalam Injil Yohanes, Kristus mencerminkan (membawa, meneruskan) sifat Allah Bapa, dalam hal ini sifat kasih. Hal itu sesuai dengan Yoh 1:1, bahwa Kristus adalah Firman Allah, atau dalam kata lain, Yoh 1:18, bahwa Kristus adalah Anak Tunggal Allah yang menyatakan Bapa-Nya. Saling mengasihi bukan soal berbagi dalam kasih manusia, melainkan berbagi dalam kasih Allah.
 
Kedua, keteladanan Yesus (ay. 10). Jika dalam ayat 9 Yesus adalah Anak yang menyatakan Allah, dalam ayat 10, Yesus adalah manusia yang menjadi teladan kita dalam hal ketaatan. Cara untuk tinggal dalam kasih Yesus atau Bapa adalah menuruti perintah-perintah-Nya (bentuknya jamak dalam bahasa aslinya). Yesus menjadi teladan menaati Bapa, yang kita ikuti dengan menaati Yesus. Ketaatan itu menggenapkan aliran kasih. Kasih mengalir dari Bapa kepada Yesus kepada kita, dan mengalir balik dengan kita menuruti perintah Yesus yang menuruti perintah-perintah Bapa. Menurut ayat 11, lingkaran kasih dan ketaatan itu membawa sukacita untuk Yesus, dan tujuan dari ajaran ini ialah supaya kita juga berbagian dalam sukacita itu. Jika kita tidak menerima kasih Yesus, dan / atau tidak menuruti perintah-perintah-Nya, kita memutuskan lingkaran itu dan kehilangan sukacita.
 
Ketiga, kita menjadi pelaku kasih Yesus (ay. 12). Jika dalam ayat 9 kita tinggal di dalam kasih Yesus, dalam ayat 12 baru kita menjadi pelaku kasih Yesus. Perintah dalam ayat 12 berbentuk tunggal, sehingga kasih merupakan bentuk tunggal dari perintah-perintah dalam ayat 10. Ketaatan supaya tinggal di dalam kasih Kristus ternyata berbentuk kasih. Aliran kasih (Bapa kepada Yesus kepada kita) diteruskan kepada sesama, dan penerusan itu sekaligus merupakan ketaatan yang menggenapkan lingkaran kasih / ketaatan tadi.
Adakah perbedaan antara berbicara tentang kasih Allah (seperti banyak agama dan filsafat) dan berbicara tentang kasih Yesus? Dalam ayat 13 ada. Besoknya Yesus akan memberikan nyawa-Nya bagi murid-murid-Nya. Hal itu memberikan gambaran yang sangat tajam tentang kasih, baik kasih Allah kepada kita maupun kasih kita kepada sesama. Kasih itu bukan basa-basi saja.
 
Keempat, Yesus adalah sahabat kita (ay. 13). Dengan menggunakan kata “sahabat” pada akhir ayat 13, Yesus masuk ke dalam penjelasan tentang sifat relasi-Nya dengan murid-murid-Nya. Yang sudah disampaikan luar biasa implikasinya, bahwa murid-murid Yesus akan berbuah demi kemuliaan Allah, bahwa tujuan itu akan tercapai dengan lingkaran kasih ilahi antara Allah Bapa dan Anak diperbesar untuk mencakup manusia. Mengapa kita diberitahu semuanya itu? Yesus menjawab dengan istilah sahabat itu. Ayat 14 menegaskan bahwa istilah ini tidak membuat kita setara dengan Dia. Kaum sahabat Yesus adalah sama dengan kaum penerima kasih-Nya, yaitu yang menuruti perintah-Nya. Tetapi penyampaian Yesus membuktikan bahwa kita bukan sekadar pesuruh, melainkan mitra dalam rencana Bapa (ay.15).
 
Kelima, kita dipilih untuk pergi menghasihlah buah yang tetap (ay. 16-17). Kita dipilih oleh Yesus, artinya bahwa Yesus yang menentukan agenda kita. Seandainya kita memilih Yesus, artinya bahwa Yesus menjadi bagian dari agenda kita. Sebaliknya, Yesus memilih kita untuk agenda Dia, yaitu berbuah. Sekali lagi, agenda itu akan digenapi melalui doa. Dalam ayat 17 ujungnya diulang: semuanya akan terwujud dalam kasih kepada sesama.
Saling mengasihi atas dasar menerima kasih Kristus adalah mengalami kehidupan ilahi. Saling mengasihi adalah berbuah. Jika kita adalah sahabat Yesus yang dipilih-Nya, mari kita memenuhi kedua kerinduan itu sesuai dengan ajaran-Nya, sehingga sukacita kita penuh dan Allah Bapa dimuliakan. (rsnh)
 
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: KASIH YANG KEKAL

Renungan hari ini:
 
KASIH YANG KEKAL

 
Yeremia 31:3 (TB) "Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu"
 
Jeremiah 31:3 (NRSV)  “The LORD appeared to him from far away. I have loved you with an everlasting love; therefore I have continued my faithfulness to you”
 
Kasih ALLAH beberbeda dengan manusia. Kasih Allah itu kekal, sementara kasih manusia berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi. TUHAN mengasihi kita dengan kasih kekal. Apa yang dimaksud kasih kekal? Sederhana, kasih-Nya tidak bertambah, tidak berkurang, tidak berubah, dan tidak berkesudahan.
 
“Kenapa kasih TUHAN tidak bertambah dan tidak berkurang?” Karena Dia sudah mengasihi kita dengan kasih yang sempurna yang Dia tunjukkan dengan cara memberikan Yesus bagi kita. Tidak ada yang dapat kita lakukan yang dapat membuat kasih-Nya bertambah, sebaliknya tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk membuat kasih-Nya berkurang.
 
TUHAN bukan hanya mengasihi kita dengan sempurna, kasih-Nya juga tidak pernah berubah dan tidak pernah berkesudahan. Sama seperti Pribadinya yang tidak pernah berubah, dulu, sekarang, sampai selamanya. Kalau dulu Dia mengasihi kita, sekarang Dia pun mengasihi, begitu juga dengan nanti, Dia akan tetap mengasihi kita.
 
Sadarilah dan tidak cuma mengetahui bahwa Allah mengasihi dan mengubah kita dengan kasih-Nya yang kekal. Apa yang kita ketahui tidak mengubah kita. Namun apa yang kita sadari, dapat mengubah hidup kita. Kasih yang kekal adalah Kasih Bapa Sorgawi.
 
Mengapa Tuhan Yesus datang dengan cara seperti itu ke dunia? Karena Dia ingin menunjukkan kasih Bapa Sorgawi. Oleh sebab itu, selama di dunia dia menyebut diri-Nya Anak Allah dan memanggil Bapa. Suatu hari, beberapa anak-anak disuruh untuk menggambarkan Tuhan menurut mereka. Ada yang menggambarkan orang yang memegang remote control yang dapat mengontrol apapun. Ada juga yang menggambarkan Tuhan dengan sesuatu yang besar, yang megah atau malah menakutkan. Ada beberapa orang yang menggambarkan Tuhan dengan matahari, gunung atau bahkan hakim yang menakutkan. Begitu banyak gambaran tentang Tuhan dalam pikiran manusia dan kebanyakan adalah sesuatu yang besar, jauh bahkan menakutkan. Betul, Tuhan tidak beranak dan diperanakkan. Tidak semua anak itu diperanakkan, contohnya anak kunci, anak sungai. Mengapa Yesus menyebut diri-Nya anak? Karena Dia ingin menunjukkan gambaran Allah kepada kita yaitu Bapa. Dia ingin mengubah persepsi manusia tentang Allah yang sebelumnya adalah sesuatu yang besar, jauh dan menakutkan menjadi Bapa, sosok yang memiliki kasih yang tak terbatas, kasih yang kekal. Karena kita tidak memiliki gambaran kasih di dunia, sehingga Yesus datang ke dunia untuk menunjukkan kasih itu. Kasih Allah tiada taranya bagi kita. Karena itu, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal, pikiranmu selama kita hidup di dunia ini. (rsnh)
 
Selamat memulai karya dalam Minggu ini

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...