Renungan hari ini:
“TIDAK MENGHIRAUKAN NYAWA”
Kisah Para Rasul 20:24 (TB) "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah"
Acts 20:24 (NET) "But I do not consider my life worth anything to myself, so that I may finish my task and the ministry that I received from the Lord Jesus, to testify to the good news of God’s grace"
Jika kita sudah sampai pada keputusan tidak menghiraukan nyawa itu berarti kita sudah berada pada tahap keputusan final dalam hidup. Sekali melangkah tidak akan mundur lagi. Sekali mengikut Yesus tetap mengikut Yesus walau nyawa taruhannya. Itulah yang terjadi dalam hidup Paulus.
Seluruh hidup Paulus merupakan pengalaman dari satu resiko yang penuh tekanan ke resiko lainnya. Ia berkata dalam Kisah 20:23, “Roh kudus bersaksi kepadaku dalam setiap kota bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.” Tetapi ia tidak pernah tahu dalam bentuk apakah semuanya itu akan terjadi, atau kapan semuanya terjadi, atau oleh siapakah itu semua terjadi. Paulus telah memutuskan untuk mempertaruhkan nyawanya di Yerusalem dengan pemahaman penuh tentang apa yang mungkin terjadi. Apa yang telah di tanggungnya membuat ia tidak ragu tentang apa yang akan terjadi di Yerusalem.
Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat (2Kor.11:24-28).
Apa artinya ayat ini? Artinya adalah Paulus tidak pernah tahu dari mana asalnya pukulan berikutnya. Setiap hari ia mempertaruhkan nyawanya untuk kepentingan Allah. Jalan-jalan darat tidak aman. Sungai-sungai tidak aman. Bangsanya sendiri, orang Yahudi, tidak aman. Bangsa-bangsa lain tidak aman. Kota-kota tidak aman. Padang gurun tidak aman. Laut tidak aman. Bahkan orang-orang yang disebut Kristen tidak aman.
Ia mempunyai dua pilihan: menyia-nyiakan hidupnya atau hidup dengan resiko. Dan ia menjawab pilihan itu dengan jelas “Tetapi akau tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang injil kasih karunia Allah (Kis. 20:21). Ia tidak perah tahu akan apa yang terjadi setiap hari. Tetapi jalan Kalvari memanggil dan ia mempertahankan hidupnya setiap hari. Dan itu tepat!
Rasul Paulus bukan hanya memahami dengan jelas panggilan Allah terhadap dirinya, tetapi dia juga memiliki komitmen (tekad) untuk melaksanakan panggilan tersebut dan bersedia menanggung risiko apa pun. Oleh karena itu, dia bersedia melayani secara total. Dia bukan hanya menyerahkan waktunya, pikirannya, tenaganya, masa depannya, bahkan dia bersedia mengorbankan nyawanya sendiri agar panggilan Allah terhadap dirinya itu terlaksana (Kis. 20:18-27). Rasul Paulus tidak mengkhawatirkan keamanan atau keselamatan dirinya, melainkan dia mengkhawatirkan jemaat yang terancam oleh ajaran palsu yang akan merajalela sesudah ia pergi (Kis. 20:28-32).
Ketaatan Rasul Paulus terhadap kehendak Allah dan kasih Rasul Paulus terhadap jemaat yang dilayaninya membuat dia sanggup melayani secara total dan sanggup menghadapi semua tantangan yang menghadang. Adanya orang-orang Yahudi yang bersikap sebagai oposisi dan selalu berusaha menghalangi pelayanannya, bahkan berusaha membunuh dia, tidak pernah meruntuhkan semangatnya untuk terus melayani jemaat. Bila kita menghendaki agar Amanat Agung Tuhan Yesus bisa terlaksana, kita memerlukan adanya orang-orang yang melayani secara total seperti Rasul Paulus. Untuk bisa melakukan terobosan dan melayani orang-orang yang menentang kekristenan, kita memerlukan orang-orang yang tidak memikirkan kepentingannya sendiri.
Apakah kita telah mengikuti jejak Rasul Paulus dengan melayani secera total dan bersedia menanggung risiko apa pun agar kehendak Allah terlaksana? Bila gereja selalu mencari aman dan mundur saat menghadapi masalah berat, Amanat Agung Kristus tak akan pernah terselesaikan? Karena itu, beranilah bertaruh nyawa kita demi pengembangan Injil Kerajaan Allah di bumi ini. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN