Sabtu, 31 Juli 2021

Kotbah Minggu 9 Setelah Trinitatis Minggu, 01 Agustus 2021 “BERUSAHA MEMELIHARA KESATUAN ROH” (Efesus 4:1-7)

 Kotbah Minggu 9 Setelah Trinitatis

Minggu, 01 Agustus 2021

 

“BERUSAHA MEMELIHARA KESATUAN ROH”

Kotbah: Efesus 4:1-7   Bacaan: Keluaran 16:11-18




 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu kesembilan setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema BERUSAHA MEMELIHARA KESATUAN ROH”.  Ada tiga kata penting dalam tema kita Minggu ini, yakni: pertama kata “berusahalah”. Kata ini ditujukan pada pribadi yang sedang berkumpul dalam nama Tuhan Yesus, memuji dan menyembah-Nya. Masing-masing akan beribadah dalam satu kegiatan ibadah dan harus ada kesatuan Roh. Roh Kudus bekerja tidak dengan cara merasuk pribadi seseorang, pribadi itu sadar, oleh karena sadar maka tentunya faktor jiwaninyapun bekerja sehingga di setiap karunia-karunia yang bekerja pada pribadi orang percaya yang Roh Kudus sedang pakai, harus menyadari bahwa apabila melibatkan unsur jiwaninya sesuatu yang lain bisa terjadi yaitu emosionalnya, pikirannya, kehendaknya, itu bisa tersalur di karunia tersebut sehingga dapat membuat karunia tersebut tercemar.

 

Kedua, kata “memelihara”. Kata ini berarti menjaga, melindungi, memperhatikan dan peduli. Memelihara juga mengandung arti ADA PERTUMBUHAN, contoh tanaman jika dipelihara dengan baik diberi pupuk dan disiram, maka akan bertumbuh, berbunga atau berbuah. Demikianpun manusia rohani kita harus dipelihara supaya bertumbuh dan berbuah. Itu sebabnya, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita (masing-masing pribadi) untuk memelihara kesatuan Roh.

 

Ketiga, kata “kesatuan Roh”. Kesatuan Roh harus dipelihara dalam pertemuan ibadah, jika tidak ibadah hanyalah sebuah kegiatan agamawi. Kita tidak berbicara mengenai pribadi tunggal, dimana setiap orang yang berdoa dalam nama Tuhan Yesus Kristus kepadanya akan diberi hak iman yaitu apa yang diikat di dunia akan terikat di sorga dan apa yang dilepas di dunia akan terlepas di sorga. Artinya, jika kita berdoa secara pribadi tidak ada urusannya dengan orang lain dan tidak ada urusan dengan kata “sehati”, “sepakat”, atau “kesatuan Roh”, hanya urusan pribadi dengan Tuhan saja. Ketika sudah ada dua orang yang berdoa itu berarti sudah menjadi dua masalah, apalagi tiga orang, empat orang, bahkan dalam jemaat yang beragam pribadinya.

 

“Kesatuan Roh” adalah kesatuan yang berasal dari Roh Kudus, dan bukan kesatuan karena kepentingan bersama, nyaman bersama, atau untuk mendapat keuntungan. Artinya kesatuan Roh bisa terlaksana karena ada Roh Kudus. Roh Kuduslah yang menghasilkan kesatuan Roh, dan setiap orang mengusahakan kesatuan itu.

 

Mengapa kita membutuhkan kesatuan? Jawabannya tentunya karena manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia memerlukan orang lain. Dengan adanya kesatuan Roh, maka jemaat satu dengan yang lain bisa saling mengingatkan dan saling menopang. Hal itu akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Kenapa Tuhan Yesus pada waktu hendak di Salib Ia berdoa kepada Bapa yang di Sorga? Karena Bapa memiliki kesatuan yang sangat kuat dengan Tuhan Yesus. Kesatuan yang sangat kuat ini sangat dibutuhkan apalagi dalam menghadapi saat-saat yang sulit. Dalam keberadaan-Nya sebagai manusia Tuhan Yesus sangat gentar menghadapi salib itu. Tetapi setelah Tuhan Yesus selesai berdoa untuk yang ketiga kalinya Dia mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Dia sekarang dengan tegar siap menghadapi salib itu. Kalau Tuhan Yesus adalah Allah yang sempurna membutuhkan kesatuan, apalagi kita. Kita sangat serius membutuhkan kesatuan Roh satu dengan yang lainnya.

 

 

Menurut Paulus kesatuan Roh ini adalah bagian dari tugas orang-orang yang telah dipanggil TUHAN. Jika kita dalami teks ini maka kita akan melihat ada lima hal yang harus dimiliki oleh orang yang dipanggil TUHAN untuk melayani-Nya, yakni: rendah hati, lemah lembut, sabar, kasih dan kesatuan Roh. Kesatuan itu diletakkan dalam satu tubuh, satu roh dan satu iman, satu baptisan dan satu Allah. Perbedaan akan menjadi masalah ketika pondasi persatuannya tidak ada dan keempat keutamaan itu tidak dihidupi. Bukan perbedaan yang membuat kita berkonfilik tetapi perbedaan pijakan dan respon sikap kitalah yang membuat kita berkonflik.

 

Dalam tema Minggu ini yang harus kita dalami adalah kesatuan Roh. Kesatuan itu, yaitu kesatuan dalam tubuh Kristus, bukanlah hasil usaha mereka: ia adalah satu pemberian, suatu pemberian Roh. Kesatuan inilah yang mereka harus jaga (pelihara, lindungi). Itu tugas dan panggilan mereka. Bilamana hal itu tidak mereka lakukan, maka mereka tidak setia kepada tugas dan panggilan mereka. Dengan perkataan lain, pada mereka tidak ada kerendahan hati, tidak ada kelemah-lembutan, tidak ada kesabaran, tidak ada kelakukan dalam kasih. Kesatuan itu diberikan oleh Allah, tetapi diberikan untuk dijaga, dipelihara. Dalam jemaat tidak terdapat banyak roh dan banyak mazhab-roh, Yang ada di situ ialah banyak (rupa-rupa) karunia Roh, tetapi hanya ada satu Roh saja. Ke sanalah usaha jemaat harus diarahkan.


Alat untuk tugas menjaga kesatuan Roh ialah: ikatan damai sejahtera. Yang Paulus maksudkan di sini dengan ikatan ialah "tali" yang mengikat dan menghubungkan mereka (bnd. Kol. 3:14).  Dalam Kristus, damai sejahtera itu menghubungkan (mempersatukan) kita dengan Dia dan kita dengan kita. Tugas kita ialah: menjaga (memelihara, melindungi) hubungan (kesatuan) itu. Bilamana hal itu tidak kita buat, dengan perkataan lain, bilamana hubungan damai sejahtera Allah, yaitu Kristus, tidak kita jaga (pelihara, lindungi), maka akan rusaklah kesatuan kita dalam Dia. Dan sebaliknya, bilamana sudah rusak kesatuan kita itu, maka akan rusak juga hubungan damai sejahtera yang menatang dan menopangnya. 

Timbul pertanyaan kita sekarang, apakah makna kesatuan Roh dalam kehidupan kita? Ada beberapa makan dari kesatuan Roh itu dalam kehidupan kita, yakni:

 

Pertama, kesatuan Roh akan menghasilkan Kristosentris. Persekutuan yang seperti ini akan menghasilkan pribadi yang hidup sehari-harinya berpusat kepada Kristus, sebab mereka sudah terlatih dalam berusaha menjaga kesatuan Roh, dengan jalan satu dengan yang lain akan saling menaklukan diri di hadapan Tuhan dengan tidak saling mendahului. 

 

Kedua, Kesatuan Roh harus membangun Tubuh Kristus. Perbedaan karunia yang kita miliki harus kita gunakan untuk membangun tubuh Kristus mencapai kedewasaan penuh. Efesus 4:12,13 menulis, “Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”

 

Ingatlah baik peran, karunia maupun jawatan kita dalam keutuhan tubuh Kristus bersumber dari Roh yang sama yaitu Roh Kudus. Apapun peran, karunia maupun jawatan kita dalam pembangunan tubuh Kristus, tidaklah menjadikan kita lebih penting atau lebih tinggi posisinya dibandingkan yang lain. Allah lewat Roh Kudus tidak pernah membangun kasta ataupun tingkatan dalam pelayanan.

 

Tidaklah baik bila ada yang menganggap karunia bernubuat lebih hebat dari karunia melayani. Atau jawatan Gembala lebih baik daripada jawatan guru. Semua sama pentingnya di mata Allah. Jadi janganlah kita mengkultuskan karunia atau jawatan tertentu. Kita harus saling menghargai dan menghormati jawatan atau karunia masing -masing yang berbeda bagi terciptanya kesatuan Roh.

 

Ketiga, kesatuan Roh menghasilkan kekuatan dan keindahan yang luar biasa. Rasul Paulus mengatakan dalam ayat 16 bahwa anggota tubuh yang terikat dalam kesatuan itu akan “tersusun rapi”. Sesuatu tersusun rapi itu akan tampak indah. Keindahan inilah yang menjadi daya tarik jemaat mula-mula, sehingga orang-orang yang ada di sekitar mereka menjadi tertarik untuk bergabung dengan mereka (Kis. 2:47).Keindahan dari kesatuan umat itu juga di akui oleh pemazmur (lih. Mzm. 133:1). De-ngan kesatuan Roh maka Yang besar menopang yang kecil sehingga bisa berdiri bersama. Yang kecilpun ternyata bisa mempunyai peranan yang besar dalam menjaga keseimbangan.

 

Keempat, kesatuan Roh itu perlu dipelihara atau dirawat. Kesatuan itu dikerjakan oleh Roh Kudus. Kita yang berasal dari berbagai latar belakang, dengan kebiasaan, kesukaan dan kepentingan yang bermacam-macam, telah dipersatukan menjadi satu Tubuh Kristus. Kita yang tidak ada hubungan kekeluargaan dan kekerabatan telah dipersatukan dalam keluarga Allah. Kita yang berasal dari suku yang berbeda-beda telah dipersatukan menjadi satu umat yang baru, dengan identitas yang baru yaitu bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, umat kepunyaan Allah. Kesatuan rohani itu bukan kita yang menciptakan tetapi pekerjaan Allah sendiri.

Oleh karena itu kita harus memelihara kesatuan yang telah dikerjakan Allah itu dengan rasa takut dan hormat. Jangan merusak kesatuan Tubuh Kristus itu hanya demi kepentingan kita sendiri. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...