Sabtu, 24 September 2022

KOTBAH MINGGU XV SETELAH TRINITATIS Minggu, 25 September 2022 (1 Timotius 6:6-10)

 KOTBAH MINGGU XV SETELAH TRINITATIS

Minggu, 25 September 2022

 

“IBADAH DISERTAI RASA CUKUP”

Kotbah: 1 Timotius 6:6-10    Bacaan: Mazmur 146:1-10




 

Minggu ini kita memasuki Minggu Kelimabelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Ibadah Disertai Rasa Cukup”. Tema ini menarik untuk kita ulas sebab ibadah disertai rasa cukup adalah ibadah dengan hati yang puas dengan Tuhan Yesus, tidak membutuhkan tambahan lain. Datang ibadah tidak mengharap berkat, tetapi mengangkat ucapan syukur kepada Tuhan. Ibadah (Ibr. “abodah”) adalah berkarya abdi untuk kemuliaan Tuhan di setiap ruang hidup orang percaya; baik di ruang privat (pribadi, keluarga), maupun di ruang publik (dijemaat, masyarakat, tempat kerja, usaha, sekolah, pergaulan, pasar). Mereka yang cukup dengan Yesus, akan melihat kekayaan bukan lagi sebagai tujuan hidup, tetapi sebagai sarana untuk dipakai menjadi berkat. Kekayaan adalah berkat tambahan (bonus) bagi mereka yang memiliki rasa cukup dengan Tuhan.

 

Sebagian kutipan lagu Hillsong di bawah menggambarkan jelas ayat di atas. “Now there’s nothing in this world ever satisfy” (Apa yang ada di dunia ini, kekayaan, hormat, kekuasaan tidak lagi akan memuaskan kita).  Sekalipun Tuhan anugerahkan kekayaan, kekuasaan dan kehormatan itu tidak akan menggantikan kepuasan sejati yang berasal dari Tuhan Yesus. Semua itu akan semakin mendorong kita untuk lebih mencintai Dia, melayani Dia dan hidup hanya bagi Dia.

“Rasa cukup” kata ini penting untuk kita bedah, sehingga kita punya pengertian yg benar terhadap ibadah yang sejati. Kata ini menggunakan kata "autarkeia" diartikan: a perfect condition of life in which no aid or support is needed (kondisi kehidupan yang sempurna di mana kita sudah tidak mengharapkan hal-hal yang lain kecuali kepada siapa kita beribadah). Ibadah adalah sebuah perjumpaan antara Allah dan manusia dalam sebuah rangkaian kebersamaan.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang dimaksud dengan ibadah yang disertai rasa cukup itu? Ada beberapa pengertian ibadah yang disertai rasa cukup, yakni:

 

Pertama, ibadah itu haruslah gambaran ucapan syukur kita kepada TUHAN. Ibadah disertai rasa cukup adalah sebuah makna ucapan syukur kita, selama kita mendapatkan apapun dari Allah, tanpa menuntut dari Allah dan membandingkan dengan sesama. Maka ibadah yang demikian akan mendapatkan sebuah keuntungan yang besar. 

 

Kedua, ibadah itu tanpa menuntut sesuatu dari Allah. Ibadah yang tidak menuntut sesuatu dari Allah artinya, ibadah itu tidak hanya dimuati oleh keinginan-keingian pribadi yang memuaskan diri kita. Ibadah tidak hanya diselumuti oleh permohon-permohonan tanpa pernah melihat kebaikan dari Tuhan yang selama ini Allah kerjakan dalam hidup kita. 

 

Ketiga, ibadah itu bukan memperbandingkan dirikita dengan warga jemaat lainnya. Ibadah yang disertai dengan perbandingan antar anggota jemaat tidak akan pernah membawa keuntungan dalam ibadah itu sendiri. Itu sebabnya Paulus menuliskan agar jemaat yang datang ke ibadah untuk tidak membawa perhiasan secara berlebihan - bagaimana berdandan dan bagaimana harus bersikap dengan demikian ibadah itu akan mendatangkan keuntungan dan berkat serta hanya nama Tuhan dipermuliakan.

 

Keempat, ibadah itu bukan hanya di dalam Gereja melainkan di seluruh kehidupan kita. Ibadah yang dimaksud Paulus bukan hanya di saat kita datang ke gedung gereja untuk mengikuti ibadah. Ibadah yang diinginkan Tuhan adalah ibadah yang melibatkan keseluruhan hidup kita setiap hari dan bukan hanya di akhir pekan. Ibadah adalah cara hidup yang dicocokkan dengan kehendak Allah dan hal itu harus meliputi segenap aspek hidup kita.

 

Jika kita beribadah disertai dengan rasa cukup, maka kita akan memeroleh keuntungan besar. Apakah keuntungan besar yang akan kita peroleh itu?

 

Pertama, kita memiliki persepsi yang positif terhadap keadaan. Banyak orang di dalam gereja selalu memandang dirinya negatif, menyalahkan diri sendiri bahkan sering tidak berdamai dengan diri sendiri. Bisa dipastikan bahwa pribadi yang demikian ini sulit mengalami pertumbuhan iman, juga sulit untuk menemukan diri yang sesungguhnya. 

 

Kedua, kita mampu menghitung karya Tuhan dalam hidup kita. Kebiasaan orang yang tidak pernah bersyukur karena mereka merasa tidak cukup, dan gaya hidup yang seperti ini membutakan mata kita terhadap apa yang Tuhan telah lakukan dalam hidup ini. Terkadang yang sering terjadi  dalam diri mereka yang selalu merasa kurang alias tidak cukup, mengukur diri dengan membandingkan dengan orang lain. 

 

Ketiga, kita bisa bertumbuh menjadi lebih dewasa. Kedewasaan salah satunya dicirikan oleh bagaimana kita mengembangkan rasa cukup, dengan bersyukur atas berkat Tuhan. Rasa cukup di sini bukan berarti kita tidak mau melakukan sesuatu yang lebih lagi. Juga bukan berarti kita passif, lalu hanya menerima keadaan apa adanya, melainkan mampu menempatkan diri kita dengan baik atas semua kondisi dan situasi kita.

 

Bagaimana carakita memiliki ibadah yang disertai rasa cukup itu?

 

Pertama, hiduplah dalam kesalehan. Rasa cukup dalam Kristus adalah salah satu bagian dari kesalehan hidup yang Allah inginkan dimiliki oleh setiap anak-anak-Nya. Ayat 6 berkata, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” Dalam terjemahan lain: “Memang kesalehan itu kalau disertai rasa cukup…” Merasa cukup dengan apa yang Tuhan telah berikan merupakan salah satu bentuk kesalehan yang ada di dalam hati seorang yang percaya kepada Kristus. Arti dari kesalehan itu adalah ketundukan kepada Tuhan dan mengikuti apa yang menjadi keyakinan. Seorang yang saleh tentunya adalah seorang yang hidup berkenan kepada Tuhan.

 

Kedua, mampu mensukuri apa yang ada. Cara menumbuhkan rasa cukup ini dikatakan dalam ayat 8, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” Artinya, asalkan kebutuhan hidup yang paling utama dan mendasar disediakan oleh Allah, itu sudah cukup. Rasa cukup didasari oleh iman kepada Allah yang selalu mencukupkan segala keperluan setiap orang percaya (Flp. 4:19). Dan rasa cukup ini disertai dengan kelimpahan secara rohani yang telah disediakan Allah dalam Kristus (Yoh. 10:10). Secara jasmani dicukupi oleh Allah, namun secara rohani justru berkelimpahan, itulah rasa cukup dalam Kristus. 

 

Ketiga, menjauhkan diri dari keserakahan dan cinta akan uang. Kontras di dalam ayat 9 memaparkan orang yang tidak pernah merasa cukup; mereka adalah orang yang cinta uang (ay. 10), yang mana karena rasa tidak pernah cukup yang dimilikinya, membawanya kepada kecelakaan, keruntuhan, kebinasaan, bahkan penyimpangan dari iman kepada Kristus. Hal ini adalah peringatan serius dari Paulus bagi setiap orang percaya di segala zaman.

 

Keempat, menundukkan diri dan segala keinginan kita kepada kehendak TUHAN. Rasa cukup dalam hati hanya dapat kita miliki apabila kita sungguh-sungguh menundukkan diri dan segala keinginan kita hanya kepada kehendak Tuhan. Mengucap syukur setiap hari bahkan setiap saat merupakan salah satu disiplin rohani yang sangat baik, yang mana akan menghindarkan kita dari rasa tidak cukup. Miliki rasa cukup dalam Tuhan, dan yakinilah bahwa Kristus adalah harta rohani terbesar dan kekal yang telah dianugerahkan Allah bagi kita (Mzm. 73:25-26).

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dan lakukan dalam Minggu Kelimabelas setelah Trinitatis ini?

 

Pertama, latihlah dirikita untuk terus beribadah disertai rasa cukup. Rasul Paulus menasihati Timotius,  "Latihlah dirimu beribadah"  (1 Tim. 4:7b).  Mengapa kita harus terus melatih diri dalam hal ibadah?  Karena ibadah itu berguna dalam segala hal dan mengandung janji, artinya ada berkat-berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi setiap orang yang menghormati Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan sungguh.  "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar"  (1 Tim. 6:6).  Jadi dibutuhkan sikap dan motivasi yang benar bagi seseorang untuk mengalami kuasa dan berkat dalam ibadah.

 

Kedua, jadikanlah ibadah yang disertai rasa cukup sebagai kebutuhan utama dalam hidup ini.  Beribadah kepada Tuhan itu ada untungnya dan bukan membuang-buang waktu.  Alkitab menegaskan,  "... dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia"  (1 Kor. 15:58b), bahkan mendatangkan keuntungan besar  (baca Amsal 14:23a).  Pertanyaan:  seberapa besar kerinduan kita untuk bertemu Tuhan dalam setiap ibadah?  Adakah kita memiliki rasa haus dan lapar akan kebenaran seperti yang ditunjukkan oleh jemaat gereja mula-mula, sehingga kehidupan mereka  "... disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan"  (Kis. 2:47).

 

Ketiga, ibadah yang disertai rasa cukup akan membawa keuntungan besar. Inilah keuntungan-keuntungan bagi orang yang setia beribadah kepada Tuhan dan melayani Dia, yaitu:  "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera"  (Bil. 6:24-26).  Artinya ia akan mengecap segala kebaikan Tuhan, beroleh perlindungan Tuhan, dipenuhi oleh damai sejahtera, sehingga hidupnya senantiasa bercahaya dan menjadi berkat bagi orang lain;  dan Tuhan pun akan berkata,  "... Aku telah mendapat...seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan kehendak-Ku"  (Kis. 13:22b). Karena itu, beribadahlah dengan disertai rasa cukup agar kita memeroleh keuntungan yang besar yakni keselamatan kekal di dalam Yesus Kristus. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...