KOTBAH MALAM NATAL Rabu, 24 Desember 2025 “IMANUEL: ALLAH MENYERTAI KITA” (Matius 1:18-25)
Rabu, 24 Desember 2025
“IMANUEL: ALLAH MENYERTAI KITA”
Kotbah: Matius 1:18-25 Bacaan: Yesaya 11:1-5
Selamat malam Natal! Pada malam yang penuh sukacita ini, kita bersama-sama merayakan kelahiran Sang Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Kita berkumpul untuk mengingat dan merayakan kedatangan-Nya ke dunia ini. Natal adalah momen yang membawa harapan dan sukacita yang luar biasa, karena pada malam ini kita mengenang saat Allah datang ke dunia dengan cara yang sangat sederhana, namun penuh makna: melalui seorang bayi di palungan.
Tema Natal kita malam ini adalah "IMANUEL: ALLAH MENYERTAI KITA." Tema ini diambil dari nama yang diberikan kepada Yesus yang tercatat dalam Injil Matius 1:23, yang berarti, “Allah menyertai kita.” Kita akan merenungkan bagaimana kelahiran Yesus yang disebut sebagai Imanuel merupakan wujud nyata kasih dan penyertaan Allah bagi umat manusia.
Pertama, keajaiban penyertaan Allah dalam kelahiran Yesus (ay. 18-21). Matius 1:18-21 menceritakan bagaimana Yusuf, yang bertunangan dengan Maria, mengetahui bahwa tunangannya hamil. Sebagai seorang yang benar, Yusuf berniat untuk menceraikan Maria secara diam-diam agar tidak mempermalukannya. Namun, dalam mimpinya, malaikat Tuhan datang untuk mengung-kapkan rencana Allah yang lebih besar. Malaikat berkata kepada Yusuf, "Jangan takut mengambil Maria sebagai istrimu, karena yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan kamu harus menamai-Nya Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
Dalam situasi yang membingungkan dan penuh ketidakpastian, Allah menyertai Yusuf melalui malaikat-Nya. Allah memberi petunjuk yang jelas, menenangkan Yusuf, dan mengajak dia untuk menjadi bagian dari rencana keselamatan yang besar. Kehamilan Maria adalah karya Roh Kudus yang ajaib, yang menggenapi janji Allah untuk mengutus Mesias yang akan menyelamatkan umat manusia.
Pada malam Natal ini, kita diajak untuk menyadari bahwa Allah menyertai kita dalam setiap langkah hidup kita. Sama seperti Yusuf yang dibimbing oleh Allah melalui mimpi, kita pun dipanggil untuk membuka hati dan mengikuti petunjuk-Nya, meski seringkali hidup kita penuh dengan ketidakpastian. Allah tidak membiarkan kita berjalan sendirian, tetapi Dia selalu menyertai kita, memberikan petunjuk, ketenangan, dan harapan.
Kedua, Imanuel: Allah yang Hidup bersama kita (ay. 22-23). Matius 1:22-23 mengutip nubuat dari nabi Yesaya yang mengatakan, “Sesungguhnya, perawan itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan-Nya Imanuel.” Nama ini memiliki makna yang sangat dalam: Allah menyertai kita. Yesus datang ke dunia sebagai Imanuel, yang berarti “Allah menyertai kita.” Ini adalah inti dari pesan Natal: Allah tidak hanya melihat kita dari jauh, tetapi Dia datang untuk hidup bersama kita, menyertai kita dalam segala situasi hidup.
Imanuel mengingatkan kita bahwa Allah yang Maha-tinggi memilih untuk tinggal bersama umat-Nya dalam bentuk manusia. Ini adalah sesuatu yang luar biasa—Allah yang tak terjangkau, yang kekal dan Maha Kuasa, memilih untuk hadir dalam kelemahan dan kerendahan hati sebagai seorang bayi. Dia tidak datang dalam kemuliaan-Nya yang luar biasa, tetapi dalam kelembutan seorang bayi yang lahir di palungan. Dengan kehadiran Yesus, Allah hadir di tengah kita. Dia menyertai kita dalam penderitaan, dalam kegembiraan, dalam kebingungan, dan dalam setiap bagian dari kehidupan kita. Ketika kita merasa sendirian, ketika kita merasa terabaikan atau terlupakan, ingatlah bahwa Allah menyertai kita.
Ketiga, respons Yusuf: Menanggapi penyertaan Allah (ay. 24-25). Matius 1:24-25 mencatat bahwa setelah mendengar firman Tuhan melalui malaikat, Yusuf bangkit dari tiduran dan melakukan apa yang diperintahkan oleh malaikat Tuhan. Ia mengambil Maria sebagai istrinya dan tidak bersatu dengan Maria sampai ia melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Yesus. Respons Yusuf terhadap penyertaan Allah sangat penting bagi kita. Dia tidak hanya mendengar, tetapi dia bertindak dengan iman. Yusuf menunjukkan contoh kesetiaan kepada Allah, meskipun situasi yang dihadapinya sangat tidak mudah. Ia memilih untuk mengikuti rencana Allah meski harus melewati rasa malu dan ketidakpastian. Dengan langkah iman yang dia ambil, Yusuf menjadi bagian dari cerita besar keselamatan yang Allah sedang kerjakan melalui kelahiran Yesus. Seperti Yusuf, kita juga dipanggil untuk meresponi penyertaan Allah dalam hidup kita dengan iman dan ketaatan. Ketika Allah menyertai kita, apakah kita akan membiarkan-Nya memimpin hidup kita? Apakah kita bersedia mengikuti rencana-Nya meski kadang kita tidak mengerti sepenuhnya?
Pertanyaan kita sekarang, bagaimanakah penyertaan ALLAH bagi kita berdasarkan kitab Matius 1:18-25? Berikut adalah beberapa cara penyertaan Allah bagi umat-Nya berdasarkan ayat tersebut:
Pertama, penyertaan Allah melalui rencana Keselamatan yang Sempurna (ay. 18-21). Dalam Matius 1:18-21, kita membaca kisah tentang Yusuf yang mengetahui bahwa tunangannya, Maria, mengandung. Yusuf merasa bingung dan mempertimbangkan untuk menceraikan Maria secara diam-diam. Namun, Allah menyertai Yusuf melalui malaikat-Nya yang datang dalam mimpi untuk menjelaskan bahwa apa yang terjadi pada Maria adalah karya Roh Kudus dan bahwa anak yang akan lahir adalah Sang Mesias yang dijanjikan, yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa. Penyertaan Allah pertama kali terlihat dalam rencana keselamatan-Nya yang sempurna, yang diajarkan kepada Yusuf melalui wahyu ilahi. Allah bukan hanya melihat manusia dari jauh, tetapi Dia terlibat langsung dalam sejarah umat manusia melalui kelahiran Yesus, yang datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Ini adalah tanda bahwa Allah menyertai umat-Nya dalam setiap aspek kehidupan, bahkan dalam rencana keselamatan yang luar biasa ini.
Kedua, penyertaan Allah melalui penggenapan Janji-Nya (ay. 22-23). Dalam ayat 22-23, Matius mengutip nubuat dari nabi Yesaya yang menyatakan bahwa perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, yang akan disebut Imanuel, yang berarti "Allah menyertai kita." Janji ini adalah penggenapan dari nubuat Tuhan yang telah diberikan berabad-abad sebelumnya. Dengan kelahiran Yesus, Allah menunjukkan bahwa Dia tidak hanya berjanji untuk menyertai umat-Nya, tetapi juga menggenapi janji-Nya melalui kelahiran Sang Juru Selamat. Penyertaan Allah dalam bentuk Imanuel menunjukkan bahwa Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya dalam bentuk manusia, yaitu melalui Yesus Kristus. Hal ini menegaskan bahwa Allah tidak jauh dan selalu bersama umat-Nya, siap untuk memberi pertolongan, memberikan penghiburan, dan menjadi teman dalam perjalanan hidup ini.
Ketiga, penyertaan Allah melalui Keberanian untuk Bertindak (ay. 24-25). Penyertaan Allah juga tercermin dalam respons Yusuf terhadap wahyu yang diterima dalam mimpi. Setelah mendengar perintah dari malaikat Tuhan, Yusuf tidak ragu untuk bertindak dengan iman. Ia menerima Maria sebagai istrinya dan taat terhadap apa yang diperintahkan Allah, meskipun mungkin itu akan menimbulkan kontroversi dan kesulitan dalam masyarakat saat itu. Keberanian Yusuf untuk bertindak sesuai dengan petunjuk Allah menunjukkan bahwa ketika Allah menyertai kita, kita diberi kekuatan dan keberanian untuk mengikuti kehendak-Nya meskipun situasi tampak sulit atau membingungkan. Penyertaan Allah dalam hidup kita memberi kita kemampuan untuk melangkah dengan iman dan melakukan hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya, meski terkadang itu tidak mudah atau menuntut pengorbanan.
Keempat, penyertaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Penyertaan Allah yang terlihat dalam kelahiran Yesus bukan hanya suatu peristiwa sejarah, tetapi juga kenyataan yang terus berlangsung dalam kehidupan kita saat ini. Melalui Yesus, Allah datang untuk tinggal bersama kita, mengalami kehidupan manusia, dan menyertai kita dalam segala hal. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita bisa merasakan penyertaan Allah melalui banyak cara, baik dalam suka maupun duka, dalam pekerjaan, hubungan, dan perjuangan hidup. Dengan nama Imanuel, kita diingatkan bahwa Allah selalu menyertai kita. Kita tidak berjalan sendiri, tetapi Allah berjalan bersama kita dalam setiap aspek hidup kita. Ini memberikan kita pengharapan yang besar, bahwa di tengah tantangan hidup, kita tidak pernah sendirian. Allah hadir untuk menuntun, menguatkan, dan memberi kita damai sejahtera.
Penyertaan Allah bagi kita, yang dinyatakan melalui kelahiran Yesus Kristus, adalah sebuah realitas yang mendalam dan menyeluruh. Dari wahyu ilahi kepada Yusuf yang mengarahkan langkah-langkahnya, hingga penggenapan janji Tuhan yang menunjukkan bahwa Allah datang ke dunia untuk menyertai umat-Nya, kita diberi pengharapan dan keberanian untuk menjalani hidup ini dengan iman. Imanuel, Allah menyertai kita, bukan hanya dalam masa lalu, tetapi juga dalam hidup kita setiap hari.
RENUNGAN
Apa yang menjadi perenungan atas tema malam Natal ini? Berikut adalah beberapa poin perenungan yang dapat kita ambil dari bagian Alkitab ini:
Pertama, Allah yang kendekatkan diri kepada kita (ay. 18-23). Dalam Matius 1:18-23, kita melihat Allah yang memilih untuk datang dan tinggal di antara umat manusia, bukan dengan cara yang megah atau penuh kemuliaan, tetapi dengan cara yang sederhana dan penuh kerendahan hati—melalui seorang bayi yang lahir di palungan. Nama yang diberikan kepada-Nya adalah Imanuel, yang berarti "Allah menyertai kita." Perenungan pertama adalah bahwa Allah tidak jauh atau terpisah dari umat-Nya. Allah yang Mahakuasa, yang menciptakan langit dan bumi, memilih untuk mendekatkan diri-Nya kepada kita dalam bentuk manusia. Imanuel mengi-ngatkan kita bahwa Allah tidak hanya berada di surga, jauh dari realitas hidup kita, tetapi Dia hadir di tengah-tengah kita, berbagi dalam pengalaman manusiawi kita. Inilah esensi besar dari Natal: Allah yang menyertai kita dalam segala keadaan.
Kedua, penyertaan Allah dalam setiap kehidupan (ay. 19-21). Ketika Yusuf mengetahui bahwa Maria, tunangannya, hamil, dia menghadapi kebingungan dan kesulitan besar. Dalam situasi yang sulit dan penuh ketidakpastian, Allah menyertai Yusuf dengan memberi wahyu melalui malaikat-Nya. Malaikat menjelaskan bahwa apa yang terjadi pada Maria adalah karya Roh Kudus dan bahwa anak yang lahir adalah Yesus, yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Perenungan kedua adalah bahwa Allah menyertai kita bahkan dalam situasi yang tampaknya penuh dengan kebingungan dan ketidakpastian. Ketika kita merasa terombang-ambing dalam hidup ini, ketika kita menghadapi tantangan yang tidak kita mengerti atau rencanakan, kita bisa percaya bahwa Allah hadir di tengah-tengah kita, memberi petunjuk dan arah. Penyertaan Allah berarti bahwa dalam setiap kesulitan dan krisis yang kita hadapi, kita tidak pernah sendirian. Dia memberi kita kekuatan untuk bertahan dan harapan untuk maju.
Ketiga, keberanian untuk mengikuti kehendak Allah (ay. 24-25). Yusuf memberikan respons yang penuh iman ketika ia memilih untuk mengikuti petunjuk malaikat dan menerima Maria sebagai istrinya, meskipun hal itu tidak mudah dan mungkin akan menimbulkan kontroversi. Keberanian Yusuf untuk bertindak dengan iman dan taat kepada Allah adalah contoh yang luar biasa bagi kita. Perenungan ketiga adalah bahwa penyertaan Allah tidak hanya berupa kehadiran-Nya dalam hidup kita, tetapi juga pemberian kekuatan dan keberanian untuk mengikuti kehendak-Nya, meskipun itu sulit atau penuh tantangan. Seperti Yusuf, kita dipanggil untuk mengambil langkah iman, mengandalkan penyertaan Allah dalam hidup kita, dan bersedia mengikuti rencana-Nya meskipun kita mungkin tidak sepenuhnya mengerti apa yang akan terjadi. Ketika Allah menyertai kita, Dia memberi kita keberanian untuk bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, meski kadang itu tidak populer atau mudah.
Keempat, penyertaan Allah yang tidak pernah meninggalkan kita. Salah satu pesan paling kuat dari Matius 1:18-25 adalah bahwa Allah yang menyertai kita melalui Yesus Kristus adalah Allah yang setia, yang tidak pernah meninggalkan kita. Janji Allah untuk menyertai umat-Nya bukanlah janji yang bersifat sementara atau bergantung pada keadaan, melainkan janji yang kekal. Imanuel adalah nama yang menunjukkan bahwa Allah selalu ada bersama kita, bukan hanya pada saat-saat baik, tetapi juga dalam penderitaan, kebingungan, dan tantangan hidup. Perenungan terakhir adalah bahwa Allah menyertai kita dalam segala hal, sepanjang hidup kita. Baik dalam suka maupun duka, kita tidak pernah sendirian. Allah hadir bersama kita, membawa penghiburan, kekuatan, dan harapan. Ketika kita merasa lemah atau putus asa, kita bisa yakin bahwa Allah yang menyertai kita tidak akan pernah meninggalkan kita.
Perenungan atas tema "Imanuel: Allah Menyertai Kita" mengingatkan kita bahwa kedatangan Yesus adalah bukti nyata dari penyertaan Allah yang penuh kasih. Allah memilih untuk mendekatkan diri kepada umat-Nya, menyertai kita dalam setiap langkah hidup, memberikan keberanian untuk mengikuti kehendak-Nya, dan tetap setia menyertai kita dalam segala situasi. Sebagai orang Kristen, kita diajak untuk menyadari bahwa Allah tidak hanya hadir pada saat-saat tertentu, tetapi Dia hadir setiap saat, selalu menyertai kita. Dalam kehidupan kita, marilah kita merespons penyertaan Allah ini dengan iman, dengan mengikuti petunjuk-Nya, dan dengan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Karena itu, tema ini menguatkan kita untuk menjalani hidup dengan penuh pengharapan, karena Imanuel, Allah yang menyertai kita, selalu ada bersama kita, sekarang dan selamanya. (rsnh)
Selamat Malam Natal 24 Desember 2025 bagi kita semua!



Komentar
Posting Komentar