Renungan hari ini: "MENJADI TERBESAR DENGAN MELAYANI" (Markus 9:35)

 Renungan hari ini:

 

"MENJADI TERBESAR DENGAN MELAYANI"


 

Markus 9:35 (TB) Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" 

 

Mark 9:35 (NET) After he sat down, he called the twelve and said to them, “If anyone wants to be first, he must be last of all and servant of all”

 

Dalam nas hari ini kita melihat tema utamanya "Menjadi Terbesar dengan Melayani." Kita melihat Yesus mengajarkan prinsip yang sangat berbeda dari apa yang biasa diajarkan dunia ini tentang keberhasilan dan kemuliaan. Para murid sedang memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka, dan Yesus, mengetahui perdebatan mereka, memberikan jawaban yang sangat mengejutkan. Yesus tidak mengatakan bahwa yang terbesar adalah yang memiliki kekuasaan, kehormatan, atau pengaruh duniawi, melainkan yang terbesar adalah mereka yang mau menjadi pelayan bagi orang lain.

 

Yesus menegaskan bahwa kerendahan hati dan pelayanan adalah kunci untuk menjadi yang terdahulu dalam kerajaan-Nya. Dalam dunia ini, seringkali kita diajarkan untuk mencari posisi tertinggi, mendapatkan pengakuan, dan mencapai keberhasilan pribadi. Namun, Yesus mengajarkan bahwa untuk menjadi terbesar di hadapan Tuhan, kita harus bersedia menjadi yang terakhir dan pelayan bagi sesama. Ini adalah prinsip yang sering kali berlawanan dengan standar dunia, namun itulah cara Tuhan melihat kemuliaan.

 

Ketika Yesus mengatakan, "hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya," Dia menekankan pentingnya kerendahan hati dan pelayanan. Dalam pandangan dunia, orang yang paling banyak memiliki kuasa, harta, atau status adalah yang dianggap terbesar. Namun, Yesus mengajarkan bahwa pelayanan kepada orang lain adalah ukuran sejati dari kebesaran dalam Kerajaan Allah.

 

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk melayani sesama, tidak mencari keuntungan atau kemuliaan pribadi. Pelayanan tidak harus selalu dalam bentuk yang besar atau mencolok, tetapi bisa dalam tindakan kecil sehari-hari—seperti membantu orang lain, mendengarkan dengan empati, memberi waktu untuk mereka yang membutuhkan, atau bahkan melakukan pekerjaan yang tidak dilihat orang. Melayani adalah sikap hati yang mengutamakan kebutuhan orang lain di atas diri kita sendiri.

 

Yesus mengajarkan bahwa kerendahan hati adalah jalan menuju kejayaan yang sejati dalam kerajaan-Nya. Dalam budaya yang sering kali mengagungkan kekuasaan dan pengaruh, Yesus mengundang kita untuk memilih jalan yang berbeda—jalan kerendahan hati dan pelayanan. Ketika kita merendahkan diri kita dan melayani orang lain dengan tulus, kita menunjukkan bahwa kita mengikuti teladan Kristus yang melayani, bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri atau tidak menghargai diri sendiri, tetapi lebih kepada menempatkan diri dalam posisi untuk melayani orang lain, tanpa mencari kemuliaan pribadi. Itu berarti tidak melihat diri kita lebih tinggi dari orang lain, tetapi menghormati dan melayani mereka dengan kasih.

 

Dunia mengajarkan kita untuk berkompetisi dan menjadi yang pertama, tetapi dalam kerajaan Allah, yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terbesar adalah pelayan. Yesus adalah teladan utama dari prinsip ini. Dia yang adalah Raja segala raja, melayani umat manusia dengan cara yang paling hina—mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk mengikuti teladan-Nya dengan melayani tanpa pamrih. Kita tidak melayani untuk mendapatkan pujian atau pengakuan, tetapi kita melayani dengan hati yang penuh kasih karena kita ingin mencerminkan kasih Kristus kepada dunia.

 

Apa yang perlu direnungkan dari dari nas hari ini? Beberapa poin penting dari nas ini untuk direnungkan:

 

Pertama, konsep kejayaan menurut dunia vs Kerajaan Allah. Dalam dunia ini, kita sering kali diajarkan bahwa untuk menjadi yang terdepan, kita harus mengejar posisi tertinggi, mendapatkan kekuasaan, atau memperoleh pengakuan. Namun, Yesus mengajarkan prinsip yang sangat berbeda. Untuk menjadi yang terbesar di hadapan Tuhan, kita harus bersedia untuk merendahkan diri dan melayani orang lain. Ini adalah peringatan bagi kita bahwa kerajaan Allah tidak beroperasi dengan cara dunia. Kejayaan menurut dunia sering kali berhubungan dengan status atau pengaruh, tetapi dalam kerajaan Allah, kejayaan datang melalui kerendahan hati dan pelayanan kepada sesama.

 

Kedua, pelayanan sebagai jalan menuju kejayaan. Yesus tidak hanya menyarankan para murid untuk menjadi pelayan, tetapi Dia juga menegaskan bahwa menjadi pelayan bagi semua orang adalah jalan untuk menjadi yang terdahulu dalam kerajaan Allah. Pelayanan bukanlah pekerjaan yang hina, tetapi sebuah panggilan yang mulia. Pelayanan adalah jalan untuk mengikut Yesus dan menjadi seperti Dia, yang melayani umat manusia, bahkan sampai memberikan nyawa-Nya di kayu salib. Kita diajak untuk melayani dengan hati yang tulus, tanpa mengharapkan balasan atau pengakuan.

 

Ketiga, mencari posisi terakhir. Perintah Yesus untuk menjadi yang terakhir dari semuanya adalah sebuah ajakan untuk mengutamakan kebutuhan orang lain di atas diri kita sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diterjemahkan dalam sikap yang membumi, tidak mementingkan diri, dan menghargai orang lain lebih daripada mengejar kepentingan pribadi. Dalam hubungan dengan sesama, kita dipanggil untuk menyele-saikan konflik dengan kerendahan hati, memprioritaskan kebaikan orang lain, dan bersedia mengorbankan waktu serta tenaga demi kesejahteraan orang lain.

 

Keempat, pelayanan tidak terkecuali. Yesus mengajarkan prinsip pelayanan yang universal—pelayanan yang melibatkan semua orang, tanpa terkecuali. Pelayanan kita tidak hanya terbatas pada orang-orang yang kita kenal atau yang kita anggap "pantas" untuk dilayani, tetapi juga kepada mereka yang membutuhkan, yang terpinggirkan, atau bahkan mereka yang mungkin tidak dapat membalas budi kita. Pelayanan sejati adalah tanpa syarat dan melampaui batas-batas yang ditentukan oleh dunia.

 

Kelima, meneladani Yesus sebagai Pelayan. Yesus adalah contoh sempurna dari seorang pelayan yang tulus. Meskipun Dia adalah Raja segala raja, Dia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani (Mrk. 10:45). Renungan ini mengajak kita untuk meneladani Yesus dalam melayani, mengutamakan kepentingan orang lain, dan tidak mencari kemuliaan atau keuntungan bagi diri kita sendiri. Pelayanan ini merupakan bentuk kasih yang sejati, yang berfokus pada kebutuhan orang lain.

 

Yesus mengajarkan bahwa kerendahan hati dan pelayanan adalah kunci untuk menjadi yang terbesar dalam kerajaan-Nya. Dalam dunia yang sering kali mengutamakan status dan kekuasaan, Yesus mengajak kita untuk mengubah paradigma kita tentang kejayaan. Kejayaan sejati datang dari melayani, bukan dari menguasai. Karena itu, marilah kita merenungkan, apakah dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sudah siap untuk menjadi pelayan bagi sesama, merendahkan hati, dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas diri kita sendiri. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN

Komentar

Postingan Populer