Renungan hari ini: "MEMOHON HIKMAT UNTUK MEMIMPIN DENGAN BIJAKSANA" (1 Raja-raja 3:9)
Renungan hari ini:
"MEMOHON HIKMAT UNTUK MEMIMPIN DENGAN BIJAKSANA"
1 Raja-raja 3:9 (TB2) "Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang penuh pengertian untuk menjadi hakim atas umat-Mu dan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menjadi hakim atas umat-Mu yang besar ini?"
1 Kings 3:9 (NET) "So give your servant a discerning mind so he can make judicial decisions for your people and distinguish right from wrong. Otherwise no one is able to make judicial decisions for this great nation of yours”
Nas hari ini menekankan di mana Salomo "Memohon Hikmat untuk Memimpin dengan Bijaksana." Dalam 1 Raja-raja 3:9, kita membaca doa Salomo yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan hati yang penuh pengertian agar dapat memimpin umat-Nya dengan bijaksana. Salomo, yang baru saja diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya, Raja Daud, menyadari betapa besar tanggung jawab yang ada di pundaknya. Dia tidak meminta kekayaan, panjang umur, atau kemenangan atas musuh-musuhnya. Sebaliknya, Salomo memohon sesuatu yang jauh lebih penting: hikmat untuk dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat dan untuk memimpin umat Tuhan dengan adil.
Salomo mengakui bahwa untuk menjadi hakim atas umat Tuhan yang besar, dia tidak mampu melakukannya hanya dengan kekuatan dan kecerdasannya sendiri. Dia menyadari keterbatasannya dan mengakui kebutuhan akan hikmat yang datang dari Tuhan. Ini mengajarkan kita untuk juga menyadari keterbatasan kita dalam menghadapi tantangan hidup. Tanpa hikmat Tuhan, kita akan mudah tersesat dalam membuat keputusan yang penting.
Salomo memilih hikmat sebagai permohonannya. Di tengah godaan untuk meminta hal-hal duniawi seperti kekayaan atau kekuasaan, Salomo memilih hikmat, yang akan membantunya memimpin dengan bijaksana. Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan ini, kita juga harus memprioritaskan hikmat dan pengertian dari Tuhan, karena dengan hikmat, kita dapat membuat keputusan yang benar dan membawa kebaikan bagi orang lain.
Salomo memohon hati yang penuh pengertian untuk menjadi hakim yang adil. Dalam konteks kita sebagai umat Tuhan, ini juga berbicara tentang bagaimana kita memimpin—baik dalam keluarga, pekerjaan, atau komunitas. Pemimpin yang bijaksana bukan hanya berfokus pada kekuasaan, tetapi pada kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dan adil. Ini adalah kualitas yang harus kita kejar dalam peran kita sebagai pemimpin, baik di lingkup kecil maupun besar.
Salomo tahu bahwa hanya Tuhan yang dapat memberikan hikmat sejati. Kita juga harus belajar bergantung pada Tuhan untuk memberikan kita kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Dalam doa kita, kita harus meminta kepada Tuhan untuk memberikan kita hati yang penuh pengertian, agar kita dapat membedakan yang baik dan yang jahat, dan berjalan dalam jalan yang benar.
Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Berikut adalah beberapa aspek yang perlu direnungkan dari ayat ini:
Pertama, kesadaran akan keterbatasan diri. Salomo, meskipun ia adalah seorang raja yang baru diangkat dan berkuasa, tidak merasa cukup hanya dengan statusnya. Ia tidak meminta hal-hal duniawi seperti kekayaan atau panjang umur, melainkan memohon kepada Tuhan hati yang penuh pengertian. Ini mengajarkan kita untuk selalu menyadari keterbatasan kita dalam menghadapi tantangan hidup. Terkadang kita merasa cukup dengan pengetahuan dan kemampuan kita sendiri, padahal untuk membuat keputusan yang bijaksana, kita membutuhkan hikmat Tuhan. Kita perlu merendahkan hati dan mengakui bahwa kita memerlukan bimbingan-Nya.
Kedua, pentingnya memiliki hati yang penuh pengertian. Salomo memohon kepada Tuhan untuk diberikan "hati yang penuh pengertian" agar dapat memimpin dengan bijaksana. Hati yang penuh pengertian ini bukan hanya sekadar pengetahuan atau informasi, tetapi sebuah pemahaman yang mendalam yang datang dari Tuhan. Pengertian ini memungkinkan seseorang untuk melihat dengan jelas apa yang baik dan benar, serta mampu membuat keputusan yang adil dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam kehidupan kita, kita harus terus berdoa agar diberikan pengertian yang benar, sehingga kita bisa bertindak dengan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi hidup.
Ketiga, menjadi Hakim yang Adil. Salomo ingin memimpin umat Tuhan dengan bijaksana, terutama dalam membedakan antara yang baik dan yang jahat. Sebagai umat Tuhan, kita juga dipanggil untuk menjadi "hakim" dalam banyak aspek kehidupan—baik sebagai pemimpin keluarga, teman, atau dalam pekerjaan. Sebagai "hakim", kita harus dapat membedakan yang baik dan yang jahat, serta membuat keputusan yang adil dan tidak memihak. Ini mengingatkan kita bahwa menjadi pemimpin yang baik bukanlah soal kekuasaan, tetapi kemampuan untuk memimpin dengan kebijaksanaan dan keadilan.
Keempat, memohon hikmat dari Tuhan. Ayat ini mengajarkan kita untuk memohon hikmat dari Tuhan. Salomo menyadari bahwa hanya Tuhan yang dapat memberikan hikmat sejati. Kita harus mengerti bahwa segala kebijaksanaan yang sejati berasal dari Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada pilihan dan keputusan yang sulit. Ketika kita merasa kebingungan atau tidak tahu apa yang harus dilakukan, kita harus ingat untuk datang kepada Tuhan dan memohon hikmat-Nya.
Kelima, menghadapi tanggung jawab dengan kerendahan hati. Salomo tahu bahwa menjadi hakim atas umat Tuhan yang besar adalah tugas yang sangat berat. Ia tidak merasa bisa melakukannya tanpa pertolongan Tuhan. Dalam hidup kita, sering kali kita diberi tanggung jawab besar, entah dalam pekerjaan, keluarga, atau pelayanan. Ketika kita menghadapi tanggung jawab yang berat, kita harus belajar untuk tetap rendah hati dan meminta kepada Tuhan untuk membantu kita melaksanakan tugas tersebut dengan bijaksana. Karena itu, renungan ini mengajak kita untuk selalu bergantung pada hikmat Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita, agar kita bisa menjadi pribadi yang bijaksana dan pemimpin yang adil, sesuai dengan kehendak-Nya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN



Komentar
Posting Komentar