Renungan hari ini: “KETIKA HATI REMUK: DATANGLAH KEPADA TUHAN DENGAN KEJUJURAN” (Ratapan 1:20)
Renungan hari ini:
“KETIKA HATI REMUK: DATANGLAH KEPADA TUHAN DENGAN KEJUJURAN”
Ratapan 1:20 (TB2) "Ya, TUHAN, lihatlah, betapa susahnya aku, renuk redam jiwaku. Hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak. Di luar, pedang membinasakan keturunan, di dalam rumah, maut"
Lamentations 1:20 (NET) "Look, O Lord! I am distressed; my stomach is in knots! My heart is pounding inside me. Yes, I was terribly rebellious! Out in the street the sword bereaves a mother of her children; Inside the house death is present"
Nas hari ini membahas mengenai “Ketika Hati Remuk: Datanglah kepada Tuhan dengan Kejujuran.” Ayat ini menggambarkan jeritan batin yang sangat dalam dari Yeremia atau umat Yehuda pada masa kehancuran Yerusalem. Kalimat “remuk redam jiwaku” menunjukkan penderitaan emosional dan rohani yang luar biasa. Mereka berada dalam titik paling rendah: rumah runtuh, kota hancur, masa depan tampak gelap, dan kesedihan memenuhi setiap sudut hidup Ini mengingatkan kita bahwa Alkitab tidak menutupi realitas penderitaan manusia. Tuhan mengizinkan pergumulan ditulis apa adanya agar kita tahu:penderitaan bukan tanda ditinggalkan, tetapi kesempatan untuk berseru kepada Tuhan.
Ayat ini berkata:“karena sudah melampaui batas aku memberontak.” Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang dialami bukan tanpa sebab—ada ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap Tuhan. Tetapi yang luar biasa adalah mereka mengakui dosa dengan jujur di hadapan Tuhan. Dalam penderitaan, sering kali kita hanya melihat masalah luar, padahal Tuhan ingin mengubahkan hati kita terlebih dahulu.Pertobatan adalah pintu menuju pemulihan.
Yeremia menggambarkan keadaan tragis: Di luar ada pedang → ancaman, bahaya, tekanan dari dunia sekitar. Di dalam rumah ada maut → luka hati, depresi, kecemasan, perpecahan keluarga Gambaran ini sangat relevan: Sering kali masalah datang bertubi-tubi, baik dari luar maupun dari dalam hidup kita. Kita merasa: tertekan dari pekerjaan, ekonomi, lingkungan, terluka dalam hati, keluarga, pernikahan, atau batin. Ketika semua sisi terasa gelap, jalan keluar satu-satunya adalah: berseru kepada Tuhan.
Meski kitab Ratapan penuh kesedihan, tetap ada secercah pengharapan: Tuhan mendengar seruan hati yang jujur dan remuk. Mazmur 34:19 berkata:“TUHAN dekat kepada orang-orang yang patah hati dan menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Yeremia membawa keluhan, keputusasaan, dan dosa ke hadapan Tuhan—dan itu adalah langkah yang benar. Ketika hidup terasa hancur, hati kita remuk, dan dosa membebani, Tuhan tidak menjauh.Sebaliknya, Ia justru mendekat dan siap memulihkan.
Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Beberapa hal yang perlu direnungkan:
Pertama, kita perlu menyadari beban dan penderitaan yang mendalam. Peratap di sini, Yeremia dan umat Israel, sedang mengalami penderitaan yang luar biasa. Ayat ini menggambarkan perasaan batin yang sangat tertekan dan remuk, dengan perasaan jiwa yang hancur. Kata "renuk redam jiwaku" menggambarkan penderitaan emosional yang dalam, ketika seseorang merasa terbebani dan tidak dapat menahan kesulitan dalam hidup. Yeremia juga menggambarkan bagaimana hatinya terbolak-balik—perasaan bingung, cemas, dan tertekan—yang menunjukkan keresahan batin. Ini adalah keadaan yang dialami oleh banyak orang, ketika beban hidup membuat mereka merasa tak berdaya dan bingung. Di luar mereka, ancaman atau musuh datang, dan di dalam, rasa sakit dan kehancuran batin meresap.
Kedua, kesulitan yang diperparah oleh dosa dan ketidaktaatan. Yeremia mengakui bahwa penderitaan yang dialami adalah akibat dari ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap Tuhan: "karena sudah melampaui batas aku memberontak." Ini menunjukkan bahwa sebagian dari penderitaan umat Israel adalah akibat dari keputusan mereka untuk tidak setia kepada Tuhan dan memilih jalan dosa. Mereka berpaling dari Tuhan dan memilih jalan yang salah, yang akhirnya membawa mereka pada kehancuran.
Ketiga, keterpurukan di luar dan di dalam. Di ayat ini, Yeremia menggambarkan bagaimana penderitaan mereka dari luar dan dari dalam: "Di luar, pedang membinasakan keturunan," mengacu pada bahaya fisik—perang dan kekerasan—yang membawa penderitaan besar bagi umat Israel. "Di dalam rumah, maut," menggambarkan kehancuran batin—kematian emosional dan rohani, yang menunjukkan keterpisahan dari Tuhan dan perasaan kosong dalam hidup mereka.Ketika kita menghadapi kesulitan luar (seperti masalah ekonomi, hubungan, atau kesehatan), kita sering kali merasakan kerusakan batin, seperti perasaan kosong atau kehilangan tujuan hidup. Tuhan memahami kedalaman penderitaan kita, baik secara fisik maupun emosional.
Keempat, menghadapi penderitaan dengan pengakuan dan ketergantungan pada Tuhan. Meskipun Yeremia mengungkapkan rasa keputusasaan dan kesedihan, ia juga membawa seruannya kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang mendalam bukan alasan untuk menjauh dari Tuhan, tetapi justru untuk mendekat kepada-Nya. Pengakuan dan doa menjadi jalan untuk mendapatkan pemulihan dan penyembuhan batin. Tuhan adalah tempat perlindungan dan sumber penghiburan, terutama dalam waktu-waktu sulit.
Kelima, Tuhan adalah Penyembuh dan Pembebas kita. Meskipun Yeremia dan umat Israel mengungkapkan keputusasaan mereka, kita tahu bahwa Tuhan adalah penyelamat dan pemulih. Dalam Ratapan, meskipun penuh dengan kesedihan, selalu ada harapan akan pemulihan. Tuhan selalu siap mende-ngarkan doa orang yang remuk hati dan memberikan penghiburan serta kekuatan baru. Ketika kita berkumpul di hadapan Tuhan dalam doa, Dia memberikan pertolongan yang penuh kasih.
Ratapan 1:20 mengajarkan kita untuk berani mengakui rasa sakit dan penderitaan kita di hadapan Tuhan. Baik dalam kesulitan fisik maupun rohani, kita diajak untuk datang kepada Tuhan dengan kejujuran dan mengandalkan kasih dan pemulihan-Nya. Karena itu, Tuhan mendengarkan seruan hati kita, bahkan ketika kita merasa terpuruk, dan Dia selalu siap untuk memberikan penghiburan dan penyembuhan. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN



Komentar
Posting Komentar