Renungan hari ini: "HIDUP DALAM PERJANJIAN TUHAN" (Ulangan 4:13)
Renungan hari ini:
"HIDUP DALAM PERJANJIAN TUHAN"
Ulangan 4:13 (TB2) "Ia memberitahukan kepadamu perjanjian, yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Firman dan Ia menuliskannya pada dua loh batu"
Deuteronomy 4:13 (NET) "And he revealed to you the covenant he has commanded you to keep, the ten commandments, writing them on two stone tablets"
Nas hari ini berbicara mengenai "Hidup Dalam Perjanjian Tuhan." Ayat ini mengingatkan bangsa Israel tentang kasih setia Tuhan yang mengikat perjanjian dengan umat-Nya di Gunung Sinai. Allah yang Mahakuasa dan kudus memilih untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui perjanjian kasih. Kesepuluh Firman (Sepuluh Perintah Allah) menjadi tanda nyata dari hubungan perjanjian itu, sebagai dasar kehidupan umat Israel bersama Tuhan. Tuhan tidak hanya memberikan hukum-hukum itu untuk ditaati, tetapi juga untuk menunjukkan hati-Nya yang penuh kasih. Hukum Tuhan adalah jalan kehidupan yang menuntun umat-Nya untuk hidup benar dan berkenan kepada-Nya.
Kesepuluh Firman yang diberikan Tuhan kepada Musa diukir pada dua loh batu, melambangkan sesuatu yang kekal dan tidak berubah. Firman Tuhan bukanlah aturan sementara, melainkan pedoman hidup abadi bagi umat-Nya. Dalam konteks kehidupan Kristen masa kini, prinsip-prinsip dari Sepuluh Firman tetap relevan, karena menuntun kita untuk hidup: Mengasihi Tuhan dengan segenap hati (Perintah 1–4), dan Mengasihi sesama manusia dengan tulus (Perintah 5–10). Yesus sendiri menegaskan inti dari hukum itu dalam Matius 22:37–40: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu... dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dengan demikian, perjanjian Tuhan melalui Firman-Nya adalah undangan untuk hidup dalam kasih—kasih kepada Tuhan dan kepada sesama.
Perjanjian bukan hanya janji sepihak dari Tuhan, tetapi juga mengandung tanggung jawab umat untuk menaati dan melakukannya. Tuhan berkata, “Aku memberitahukan kepadamu perjanjian, yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan.” Artinya, ketaatan kepada Firman Tuhan adalah bentuk respons iman kita terhadap kasih-Nya. Bangsa Israel sering kali gagal menepati perjanjian itu. Mereka lebih memilih jalan mereka sendiri dan melupakan hukum Tuhan. Namun, Tuhan tetap setia dan mengundang mereka untuk kembali kepada-Nya. Dalam Kristus, kita mendapatkan perjanjian baru—perjanjian kasih dan pengampunan yang sempurna (Ibrani 8:6).
Kesepuluh Firman berfungsi sebagai pelita dan terang dalam perjalanan hidup umat Allah. Dalam dunia yang semakin jauh dari nilai-nilai kebenaran, Firman Tuhan menjadi kompas moral dan rohani bagi orang percaya. Tuhan menuliskannya di atas dua loh batu, dan kini Roh Kudus menuliskannya di hati kita (Yer. 31:33), agar kita bukan hanya tahu hukum Tuhan, tetapi juga menghidupinya dengan kasih. Ketika kita hidup berdasarkan Firman, dunia akan melihat perbedaan melalui sikap dan perilaku kita. Kita menjadi saksi kasih Allah yang hidup dalam perjanjian-Nya.
Apa yang perlu direnungkan nas hari ini? Beberapa poin yang menjadi perenungan kita dari nas ini:
Pertama, perjanjian Allah sebagai Pedoman Hidup. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Kesepuluh Firman yang diberikan Tuhan kepada umat Israel di Gunung Sinai adalah inti dari perjanjian Allah. Allah sendiri yang menyampaikan perintah-perintah-Nya yang bukan hanya berupa aturan, tetapi juga sebuah panggilan untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan-Nya. Dengan memberikan Kesepuluh Firman kepada umat Israel, Tuhan ingin menuntun mereka untuk hidup dalam kebebasan yang benar dan hidup yang berkenan kepada-Nya. Firman Tuhan yang tertulis di dua loh batu adalah perjanjian kasih dan kebenaran yang harus dipatuhi oleh umat-Nya. Kesepuluh Firman ini adalah pedoman moral yang tidak hanya berlaku bagi bangsa Israel pada zaman itu, tetapi juga untuk kita umat Kristen saat ini, karena Tuhan yang sama yang memberikan Firman itu kepada mereka juga memberikan Firman-Nya kepada kita melalui Kristus.
Kedua, kasih dan ketaatan dalam Perjanjian. Perjanjian dalam konteks ini adalah ikatan yang mendalam antara Allah dan umat-Nya. Allah tidak hanya memberikan aturan-aturan untuk dipatuhi, tetapi juga memanggil umat-Nya untuk hidup dalam kasih dan ketaatan kepada-Nya. Perjanjian ini menunjukkan bahwa Tuhan ingin umat-Nya menjalani hidup yang memuliakan-Nya, yaitu hidup yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mat. 22:37-39).
Ketiga, kasih setia Tuhan yang tidak berubah. Tuhan memberikan Kesepuluh Firman kepada umat Israel melalui Musa, dan Firman itu dituliskan di atas dua loh batu—simbol dari perjanjian yang kekal. Allah yang memberikan perintah-Nya kepada umat Israel juga adalah Tuhan yang sama yang memberikan kasih setia kepada kita, umat-Nya, di sepanjang zaman. Kasih Allah tidak berubah, dan perjanjian-Nya dengan umat-Nya adalah jaminan hidup yang kekal melalui Kristus.
Keempat, menyimpan Firman Tuhan dalam hati. Tuhan memberikan Kesepuluh Firman untuk dipahami, diingat, dan diterapkan dalam hidup sehari-hari. Firman yang ditulis di loh batu tidak hanya untuk dibaca, tetapi untuk menjadi bagian dari hidup umat Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Ulangan 6:6-7, Firman Tuhan harus diletakkan di dalam hati kita dan diajarkan kepada anak-anak kita, dijadikan dasar hidup yang mengarahkan kita dalam segala aspek kehidupan kita.
Kelima, Firman Tuhan yang mengubah hidup. Kesepuluh Firman bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah hidup—baik dalam karakter, perbuatan, dan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Firman Tuhan memberi kita pedoman moral yang membedakan hidup kita dari dunia ini dan membawa kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ulangan 4:13 mengingatkan kita bahwa Firman Tuhan yang diberikan melalui Kesepuluh Firman adalah perjanjian yang sangat berharga bagi umat Tuhan. Firman ini adalah pedoman hidup yang tidak berubah dan tetap relevan untuk kita sebagai umat Kristen. Kita dipanggil untuk memelihara diri dalam kasih Allah dengan menghidupi Firman Tuhan, berjalan dalam ketaatan, dan menyebarkan kasih-Nya kepada sesama. Tuhan tidak hanya memberikan perintah melalui Firman-Nya, tetapi juga membangun hubungan yang penuh kasih dengan kita. Karena itu, mari kita menyimpan Firman Tuhan dalam hati kita dan berjalan sesuai dengan kehendak-Nya dalam kehidupan sehari-hari. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN



Komentar
Posting Komentar