KOTBAH MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS Minggu, 16 Nopember 2025 "TUHAN MENGASIHI SEGALA BANGSA" (Maleakhi 1:1-6)
KOTBAH MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 16 Nopember 2025
"TUHAN MENGASIHI SEGALA BANGSA"
Kotbah: Maleakhi 1:1-6 Bacaan: 1 Yohanes 4:7-12
Sering kali kita mendengar tentang kasih Tuhan yang besar dan tak terbatas. Namun, ada kalanya kita melupakan bahwa kasih Tuhan bukan hanya terbatas untuk kita sebagai orang percaya, tetapi juga untuk seluruh bangsa di dunia. Dalam Maleakhi 1:1-6, kita menemukan pesan dari Tuhan melalui nabi Maleakhi yang mengingatkan umat Israel tentang kasih Allah yang tidak terbatas—kasih yang harus kita refleksikan dalam cara kita hidup dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk dengan mereka yang mungkin berbeda latar belakang dan keyakinan.
Maleakhi, sebagai nabi terakhir dalam Perjanjian Lama (PL), menyampaikan pesan yang relevan tentang kasih Allah yang meluas kepada semua bangsa, yang terkadang dilupakan oleh umat-Nya sendiri. Marilah kita mendalami bagaimana Tuhan mengasihi segala bangsa dan bagaimana hal ini seharusnya memengaruhi gaya hidup kita sebagai orang yang sudah menerima kasih-Nya.
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari dari perikop ini:
Pertama, kasih Allah yang terbukti dengan pemilihan umat-Nya (ay. 2). "Aku telah mengasihi kamu, kata TUHAN, tetapi kamu berkata: 'Dengan cara apa Engkau mengasihi kami?' Bukankah Esau adik Yakub? Demikianlah kata TUHAN: Aku telah mengasihi Yakub, tetapi aku telah membenci Esau dan menjadikan pegunungan mereka menjadi reruntuhan." Dalam ayat ini, Tuhan mengingatkan umat Israel akan kasih-Nya yang telah nyata melalui pemilihan-Nya terhadap mereka sebagai umat-Nya yang terpilih. Allah mengin-gatkan mereka bahwa Dia telah memilih Yakub dan bukan Esau, meskipun keduanya adalah anak dari Isak dan Rebekah, yang menunjukkan bahwa kasih Allah tidak terbatas pada satu bangsa tetapi pada kesetiaan dan rencana-Nya. Namun, umat Israel menanggapi kasih Tuhan dengan keraguan, berkata, "Dengan cara apa Engkau mengasihi kami?" Ini menunjukkan bahwa meskipun Tuhan telah menunjukkan kasih-Nya dengan cara yang sangat nyata, umat-Nya sering kali meragukan kasih tersebut dan tidak me-nyadari betapa besar kasih Tuhan yang mereka terima. Kasih Tuhan yang tak terbatas dimulai dengan pemilihan umat-Nya. Kita juga dipanggil untuk menghargai kasih Tuhan yang telah kita terima dengan hidup yang penuh syukur.
Kedua, kasih Allah yang menyertai seluruh bangsa (ay. 3-4). "Aku telah mengasihi Yakub, tetapi aku telah membenci Esau dan menjadikan pegunungan mereka menjadi reruntuhan, dan warisan mereka menjadi padang belantara, untuk dijadikan oleh orang-orang liar dari sebelah timur. Jika orang Edom berkata: 'Kami telah dihancurkan, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,' maka demikianlah kata TUHAN semesta alam: 'Mereka akan membangun, tetapi Aku akan meruntuhkannya; mereka akan disebut wilayah orang fasik, dan bangsa yang dilaknati selama-lamanya.'"Meskipun Tuhan memilih Israel (yakni keturunan Yakub), Dia tidak mengabaikan bangsa lain. Dalam konteks ini, Tuhan menghukum Esau yang menjadi nenek moyang dari bangsa Edom, tetapi pada saat yang sama, Edom juga diberi kesempatan untuk berubah. Tuhan menunjukkan bahwa kasih-Nya memang pertama-tama tercurah pada Israel, namun semua bangsa tetap berada dalam pengawasan Tuhan dan menerima kesem-patan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Namun, ketika bangsa Edom tetap keras kepala dan tidak mau bertobat, mereka menerima hukuman dari Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kasih Tuhan tidak berarti mem-biarkan dosa berlanjut, tetapi selalu ada panggilan untuk pertobatan dan perubahan. Allah tetap menawarkan kasih-Nya kepada seluruh bangsa, tetapi setiap bangsa tetap harus menghadapi konsekuensi dari pilihan mereka untuk hidup dalam kebenaran atau dosa. Kasih Tuhan tidak terbatas pada satu bangsa, tetapi setiap bangsa, termasuk kita, harus menanggapi kasih-Nya dengan pertobatan dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Ketiga, Kasih Allah yang mengajak untuk menghormati Nama-Nya (ay. 6). "Seorang anak menghormati ayahnya, dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini adalah Bapa, di manakah penghormatan terhadap-Ku? Jika Aku ini adalah Tuhan, di manakah rasa takut terhadap-Ku? – firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai imam-imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: 'Dengan cara apa kami menghina nama-Mu?'" Tuhan mengajarkan bahwa kasih yang sejati harus direspon dengan peng-hormatan dan rasa takut kepada Tuhan. Menghormati nama Tuhan adalah tanda dari kasih yang tulus kepada-Nya. Ketika umat Israel tidak menghormati Tuhan, mereka kehilangan pengertian tentang betapa besar kasih-Nya yang seharusnya membuat mereka hidup dengan penuh kehormatan dan takut akan Tuhan.
Keempat, Kasih Allah yang mengajak kita untuk menjadi berkat bagi semua bangsa. Kasih Tuhan yang menyeluruh mengajarkan kita bahwa Tuhan mengasihi segala bangsa, dan kita, sebagai umat-Nya, dipanggil untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Kasih Allah yang meluas kepada semua bangsa mengundang kita untuk menjadi saluran kasih-Nya, menyebarkan kasih dan berkat itu ke segala penjuru dunia. Kasih Allah seharusnya tidak terbatas pada kita sendiri, tetapi harus mengalir kepada semua orang.
Tuhan mengasihi segala bangsa dan kasih-Nya yang sempurna adalah kasih yang menyeluruh, yang melam-paui batasan apapun. Dalam Maleakhi 1:1-6, kita belajar bahwa kasih Tuhan tidak terbatas pada satu bangsa tetapi untuk semua umat manusia, dengan syarat bahwa kita menanggapi kasih-Nya dengan penghormatan, per-tobatan, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai umat Tuhan, kita dipanggil untuk mengasihi sesama, untuk menyebarkan kasih itu kepada segala bangsa, dan menjadi berkat bagi dunia.
Pertanyaan kita sekarang, bagaimanakah cara "TUHAN mengasihi segala bangsa" berdasarkan kitab Maleakhi 1:1-6? Berikut adalah beberapa cara bagaimana Tuhan mengasihi segala bangsa:
Pertama, Allah memberikan Kasih-Nya yang melimpah dan tiada batas (ay. 2-3). Pada ayat ini, Tuhan mengingatkan Israel tentang kasih-Nya yang besar dan tidak terbatas. Meskipun Tuhan memilih Yakub (dan keturunannya, yaitu bangsa Israel) untuk menjadi umat pilihan-Nya, ini tidak berarti bahwa kasih Allah terbatas pada mereka saja. Di sini, kasih Allah terhadap Israel adalah kasih yang penuh dengan komit-men dan pemilihan, namun kasih ini tetap terbuka bagi semua bangsa, termasuk Esau (yang menjadi nenek moyang bangsa Edom). Meskipun Tuhan mengingatkan bahwa Edom (Esau) mengalami hukuman karena ketidak-taatan, kasih Allah tidak terbatas, dan bahkan bangsa lain tetap berada di bawah pengawasan kasih-Nya. Tuhan mengasihi semua bangsa; kasih-Nya tidak terbatas hanya pada satu kelompok atau bangsa. Tuhan memanggil kita untuk mengasihi segala bangsa, tanpa membedakan ras, suku, atau agama. Sebagai orang Kristen, kita diingatkan untuk menerima kasih Allah yang melimpah, dan membagikan kasih itu kepada sesama, tanpa memandang perbedaan.
Kedua, kasih Allah menuntut penghormatan dan kepatuhan kepada-Nya (ay. 6). Pada bagian ini, Tuhan menegur umat Israel, terutama para imam, karena mereka telah menghina nama Tuhan dengan cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Tuhan mengingatkan mereka bahwa sebagai Bapa dan Tuhan, Dia layak men-dapatkan penghormatan dan rasa takut. Kasih Allah terhadap umat-Nya, baik Israel maupun semua bangsa, memanggil kita untuk hidup dengan hormat dan patuh kepada-Nya, sebagai respons terhadap kasih yang telah Dia berikan. Kasih Allah menuntut respons yang hormat dan penuh ketaatan. Jika Tuhan mengasihi kita dengan kasih yang besar, maka kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, yaitu dengan menghormati-Nya dan hidup dalam kebenaran. Kasih Allah yang melim-pah tidak berarti kita bebas melakukan apa yang kita kehendaki, tetapi mengundang kita untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Ketiga, Allah yang oleh Kasih-Nya memberikan kesempatan untuk pertobatan dan pemulihan (ay. 5-6). Tuhan memberikan peringatan kepada umat Israel agar mereka tidak mengabaikan kasih-Nya dan tetap hidup dalam ketaatan dan penghormatan kepada-Nya. Namun, meskipun ada kutukan atas ketidaktaatan mereka, Tuhan selalu memberikan kesempatan untuk pertobatan dan pemulihan. Kasih Allah yang sejati adalah kasih yang memberi kesempatan untuk kembali kepada-Nya, jika umat-Nya mau bertobat dan mengubah cara hidup mereka. Tuhan memberikan kesempatan bagi setiap bangsa dan individu untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Kasih Allah tetap menunggu kita untuk datang dengan hati yang terbuka dan memohon pengampunan. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, karena kasih Allah lebih besar daripada semua kesalahan kita. Ini juga mengingatkan kita untuk mengampuni dan men-gasihi sesama, karena Allah mengasihi kita meskipun kita sering gagal.
Keempat, Allah yang oleh Kasih-Nya mengundang semua bangsa untuk berhimpun di dalam-Nya. Meskipun Tuhan menegur Israel karena ketidaksetiaan mereka, kasih Allah tetap terbuka untuk semua bangsa, mengundang mereka untuk masuk dalam Persekutuan dengan-Nya. Ini mencerminkan bahwa kasih Allah melampaui batasan fisik, budaya, atau agama dan terbuka untuk siapa saja yang mau datang kepada-Nya dengan hati yang tulus. Tuhan mengasihi segala bangsa, dan kita sebagai orang Kristen dipanggil untuk menyebarkan kasih itu kepada seluruh dunia. Ini mencakup orang-orang di sekitar kita yang mungkin berbeda dengan kita dalam banyak hal, tetapi mereka tetap dihargai oleh Allah. Kasih Allah yang melimpah harus menggerakkan kita untuk mengasihi sesama, tanpa membedakan siapa mereka, karena setiap orang berharga di mata Tuhan.
Tuhan mengasihi segala bangsa, dan kasih-Nya tidak terbatas. Maleakhi 1:1-6 mengingatkan kita bahwa kasih Allah harus ditanggapi dengan hormat, ketaatan, dan pengakuan akan kesetiaan-Nya. Meskipun Israel men-dapat peringatan karena ketidaksetiaan mereka, kasih Allah tetap menawarkan kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menanggapi kasih Allah dengan hidup dalam kebenaran, mengasihi sesama tanpa membedakan, dan menyebarkan kasih Allah ke seluruh bangsa.
RELEVANSI DAN RENUNGAN
Apa relevansi tema "TUHAN mengasihi segala bangsa" berdasarkan kitab Maleakhi 1:1-6 bagi kita saat ini? Berikut adalah beberapa relevansi tema "Tuhan meng-asihi segala bangsa" bagi kita di zaman sekarang:
Pertama, kasih Allah itu tidak terbatas adanya. Di Maleakhi 1:2-3, Tuhan mengingatkan umat Israel bahwa kasih-Nya bukan hanya untuk mereka, tetapi juga untuk bangsa lain, termasuk Edom. Meskipun ada pilihan Tuhan untuk Israel, kasih-Nya tetap terbuka bagi semua bangsa. Dalam Perjanjian Baru, kasih Tuhan semakin jelas melalui pengorbanan Kristus, yang datang untuk menyelamatkan umat manusia dari segala bangsa (Yoh. 3:16). Kasih Tuhan melampaui batasan etnis, ras, atau agama. Saat ini, kita dipanggil untuk menyebarkan kasih yang sama kepada semua bangsa, tanpa memandang perbedaan. Dalam dunia yang terpecah oleh rasialisme, diskriminasi, dan perbedaan agama, kita diingatkan untuk menjadi saluran kasih yang inklusif, sebagaimana Tuhan mengasihi segala bangsa. Sebagai orang Kristen, kita harus menghargai semua orang, mengingat bahwa Tuhan mengasihi mereka tanpa syarat, dan kita dipanggil untuk menyebarkan kasih itu kepada sesama.
Kedua, mari menghormati Tuhan dengan kasih yang tulus (ay. 6). Maleakhi 1:6 menegaskan bahwa peng-hormatan kepada Tuhan adalah tanda dari kasih yang sejati. Tuhan mengingatkan bahwa meskipun Dia adalah Bapa dan Tuhan, banyak umat-Nya yang tidak menghor-mati-Nya. Penghormatan kepada Tuhan adalah respons kita terhadap kasih-Nya yang besar. Kasih Tuhan yang melimpah harus menggerakkan kita untuk menghormati Tuhan dalam segala aspek hidup kita. Ini berarti men-jalani kehidupan yang penuh penghormatan dan ketaatan kepada Tuhan, baik dalam hubungan pribadi dengan-Nya, maupun dalam cara kita berhubungan dengan sesama. Kita semua diajak untuk menghargai dan menghormati Tuhan dalam hidup sehari-hari, melalui tindakan yang mencerminkan kasih-Nya, termasuk menghargai per-bedaan, berhenti menghakimi, dan menyambut setiap orang dengan kasih.
Ketiga, karena kasih-Ny kita dipanggil kepada pertobatan dan perubahan. Dalam Maleakhi 1:3, Tuhan menyatakan bahwa Edom mengalami akibat dari ketidak-taatan mereka, namun kasih Tuhan tetap menawarkan kesempatan bagi mereka untuk bertobat. Meskipun ada hukuman untuk ketidaksetiaan, kasih Tuhan tetap memberikan kesempatan untuk pertobatan. Kita diajak untuk mengenal kasih Tuhan yang memanggil kita kembali kepada-Nya, mengingat bahwa kasih-Nya tidak pernah berhenti memberi kesempatan untuk berbalik kepada-Nya dan menjalani hidup yang lebih baik. Dalam dunia yang sering kali menyamaratakan atau meng-abaikan pertobatan, Tuhan mengingatkan kita bahwa kasih-Nya mengundang kita untuk berubah. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menghargai setiap kesempatan yang Tuhan beri untuk bertobat dan memperbaiki hubungan kita dengan-Nya, dan bukan untuk terus terjebak dalam dosa.
Keempat, mari mengasihi sesama dengan kasih yang universal. Maleakhi 1:6 juga berbicara tentang Bagai-mana umat Israel yang dipilih seharusnya menyembah dan mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Kasih yang sejati harus tercermin dalam hubungan kita dengan sesama, bukan hanya dengan orang yang dekat dengan kita, tetapi dengan semua orang, termasuk mereka yang mungkin tidak sepaham atau berbeda dari kita. Kita dipanggil untuk mengasihi sesama tanpa membedakan, mencerminkan kasih Allah yang mengasihi semua bangsa, tanpa memandang status sosial, ras, atau agama.Di tengah masyarakat yang penuh dengan polarisasi, ketegangan sosial, dan diskriminasi, kita dipanggil untuk menjadi agen kasih yang menyatukan dan tidak meng-abaikan mereka yang membutuhkan kasih atau perhatian kita.
Kelima, mari membawa berkat bagi semua bangsa. Kasih Tuhan yang tidak terbatas mengajarkan kita bahwa sebagai umat Tuhan, kita tidak hanya dipanggil untuk menerima kasih-Nya tetapi juga untuk menyebarkan kasih itu kepada dunia, membawa berkat dan kedamaian bagi sesama. Sebagai orang percaya, kita adalah terang dan garam dunia, yang harus memancarkan kasih Tuhan ke seluruh dunia, termasuk kepada mereka yang mungkin berbeda dengan kita.Sebagai gereja dan individu, kita diundang untuk menjadi saluran kasih Tuhan kepada semua bangsa dan semua orang. Ini berarti kita dipanggil untuk melakukan pelayanan sosial, membantu mereka yang membutuhkan, dan menyampaikan kabar baik kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus.
Tuhan mengasihi segala bangsa, dan kasih-Nya yang universal harus menjadi landasan hidup kita sebagai orang percaya. Maleakhi 1:1-6 mengajarkan kita bahwa mes-kipun Tuhan memilih Israel sebagai umat-Nya, kasih-Nya tetap terbuka untuk semua bangsa. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk mengasihi sesama tanpa memandang latar belakang dan menyebarkan kasih Allah kepada dunia. Karena itu, kita dipanggil untuk menyebarkan kasih Allah yang melimpah ini, menghormati Tuhan dengan hidup yang kudus, dan menjadi saksi kasih Kristus di dunia ini, tanpa membedakan siapa pun. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN



Komentar
Posting Komentar