KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI Minggu, 23 Nopember 2025 “PENGHAKIMAN YANG TERAKHIR” (Wahyu 20:11-15)

 KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI

Minggu, 23 Nopember 2025

 

“PENGHAKIMAN YANG TERAKHIR” 

Kotbah: Wahyu 20:11-15 Bacaan: Zefanya 1:1-7 


 

Hari ini kita memperingati Minggu Akhir Tahun Gerejawi, atau sering disebut juga sebagai Minggu Ujung Taon Parhuriaon, sebuah momen yang mengajak kita untuk merenungkan akhir zaman dan peranan kita di hadapan Tuhan. Pada saat yang sama, kita juga mengenang para saudara kita yang telah meninggal dunia, khususnya orang percaya yang telah dipanggil Tuhan.

 

Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kehidupan kita di dunia ini hanya sementara, dan bahwa suatu hari kita semua akan menghadapi yang namanya penghakiman terakhir. Kitab Wahyu 20:11-15 memberi kita gambaran yang jelas tentang penghakiman yang terakhir, yang akan terjadi di akhir zaman. Dalam penghakiman ini, tidak ada yang akan terlewatkan. Semua orang, besar maupun kecil, yang hidup dan yang mati, akan dihadapkan di hadapan takhta Tuhan untuk dihakimi berdasarkan perbuatan mereka.

 

Melalui kotbah ini, mari kita merenungkan penghakiman terakhir yang akan kita hadapi, dan bagaimana kita seharusnya mempersiapkan diri menyambutnya.

 

Pertama, Takhta Penghakiman yang Besar dan Putusan yang tak terelakkan (ay. 11). Dalam ayat pertama dari teks kita, kita melihat gambaran tentang takhta putih yang besar dan Dia yang duduk di atasnya. Takhta ini adalah gambaran dari kemuliaan Tuhan yang tidak terhingga dan kekuatan-Nya yang mutlak. Semua yang ada di dunia ini, baik bumi maupun langit, tidak mampu bertahan di hadapan takhta ini—semua akan lari dari hadapan-Nya. Takhta ini menunjukkan bahwa penghakiman Tuhan bersifat final dan tak terelakkan. Tidak ada seorang pun yang bisa menghindar dari penghakiman ini. Setiap orang akan berdiri di hadapan Tuhan, tanpa pengecualian. Sebagai umat Tuhan, kita diajak untuk merenungkan bahwa setiap tindakan kita—baik maupun buruk—akan diper-hitungkan pada saat penghakiman itu tiba.

 

Kedua, penghakiman berdasarkan buku-buku dan Kitab Kehidupan (ay. 12-13). Di ayat-ayat selanjutnya, kita diberitahu bahwa buku-buku dibuka, dan kita diadili berdasarkan perbuatan kita yang tertulis dalam buku-buku tersebut. Kemudian, kitab kehidupan dibuka, dan orang-orang yang namanya tidak tercatat di dalamnya akan dilemparkan ke dalam lautan api. Buku-buku ini menggambarkan catatan Tuhan tentang kehidupan setiap orang.Setiap perbuatan kita—baik dan buruk—tercatat dengan sempurna di hadapan Tuhan. Namun, ada satu hal yang paling menentukan di penghakiman terakhir: adakah nama kita tercatat dalam kitab kehidupan? Nama yang tercatat dalam kitab kehidupan adalah tanda bahwa kita telah menerima kasih karunia Tuhan melalui iman kepada Yesus Kristus. Penghakiman yang terakhir akan memisahkan antara mereka yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan mereka yang tidak menerima keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus. Jika nama kita ada di dalam kitab kehidupan, kita akan menerima hidup kekal bersama Tuhan. Sebaliknya, jika nama kita tidak ada, kita akan menghadapi kesengsaraan kekal.

 

Ketiga, maut dan dunia orang mati dilemparkan ke dalam Lautan Api (ay. 14). Ayat 14 menjelaskan bahwa maut dan dunia orang mati akan dilemparkan ke dalam lautan api, yang merupakan gambaran dari kematian yang kedua, yaitu kematian kekalIni adalah akibat dari penolakan terhadap Tuhan dan keselamatan yang diberikan-Nya melalui Yesus Kristus. Lautan api di sini adalah simbol dari hukuman kekal yang menanti mereka yang tidak percaya kepada Kristus. Ini adalah saat yang mengerikan yang perlu kita renungkan. Penghakiman yang terakhir akan membedakan mereka yang menerima Kristus dan yang menolaknya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tidak hanya menjaga iman kita, tetapi juga untuk berbagi kabar baik tentang keselamatan dengan orang lain, agar mereka tidak jatuh ke dalam maut yang kekal.

 

Keempat, pengharapan bagi orang percaya. Namun, meski penghakiman terakhir adalah kenyataan yang tak terelakkan, bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus, ada harapan yang besar. Kita memiliki pengampunan dosa melalui darah Kristus dan jaminan hidup kekal. Yesus Kristus, melalui kematian-Nya di kayu salib, telah membayar harga yang mahal untuk keselamatan kita. Dengan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita tidak akan mengalami penghakiman yang membawa kepada kebinasaan, tetapi penghakiman yang membawa kepada kehidupan kekal.

 

Minggu ini, kita diingatkan bahwa penghakiman yang terakhir adalah kenyataan yang pasti terjadi. Setiap orang akan dihakimi berdasarkan perbuatannya, dan hanya mereka yang nama-namanya tercatat dalam kitab kehidupan yang akan menerima hidup kekal. Mari kita mempersiapkan diri dengan hidup dalam kebenaran dan kasih Kristus, serta memastikan bahwa nama kita ada dalam kitab kehidupan. Sebagai orang percaya, kita memiliki pengharapan yang besar karena kita sudah menerima keselamatan melalui Yesus Kristus.

 

Pertanyaan kita sekarang, apa yang terjadi pada masa “Penghakiman Yang Terakhir” berdasarkan kitab Wahyu 20:11-15? Berikut adalah beberapa hal yang terjadi dalam Penghakiman yang terakhir:

 

Pertama, akan terjadi Takhta Penghakiman yang besar dan putusan yang tak terelakkan (ay. 11). "Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia yang duduk di atasnya. Bumi dan langit pun lari dari hadapan-Nya, dan tidak ditemukan tempat bagi mereka." Takhta Putih yang Besar: Wahyu menggambarkan takhta ini sebagai takhta yang besar dan putih, yang melam-bangkan kemuliaan, kekuasaan, dan keadilan Tuhan yang mutlak. Takhta ini adalah tempat di mana Tuhan akan melakukan penghakiman terhadap semua orang. Bumi dan Langit Lari: Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang kita anggap tetap dan tidak tergoyahkan, akan lenyap di hadapan Tuhan. Tidak ada yang akan bertahan dari penghakiman-Nya.

 

Kedua, semua orang akan diadili berdasarkan perbuatan mereka (ay. 12-13). Berdiri di Hadapan Takhta Tuhan: Setiap orang, tanpa terkecuali, dari segala bangsa dan status—besar dan kecil—akan dihadapkan di hadapan Tuhan untuk dihakimi. Tidak ada yang dapat menghindari penghakiman ini. Buku-buku Dibuka: Buku-buku ini berisi catatan kehidupan dan perbuatan setiap orang. Mereka yang hidup dengan iman dan sesuai dengan kehendak Tuhan akan dihargai, sedangkan mereka yang menolak Tuhan atau hidup dalam dosa akan dihakimi. Kitab Kehidupan: Selain buku-buku yang berisi catatan perbuatan, ada juga kitab kehidupan, yang mencatat nama-nama mereka yang telah menerima keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus. Ini adalah buku yang menentukan nasib kekal seseorang—apakah mereka akan masuk ke dalam kehidupan kekal atau terpisah dari Tuhan.

 

Ketiga, penyerahan orang mati dan penghakiman berdasarkan perbuatan (ay. 13). Laut, maut, dan dunia orang mati menyerahkan orang mati: Ini menggambarkan bahwa semua orang yang telah mati, baik itu yang berada di laut, dalam maut, atau dunia orang mati, akan dibangkitkan kembali untuk dihakimi. Tidak ada satu pun yang terlewatkan, karena semua orang akan menghadapi penghakiman ini. Penghakiman berda-sarkan perbuatan: Setiap orang akan dihakimi sesuai dengan perbuatan mereka di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa kehidupan yang kita jalani di dunia sangat berarti dalam penghakiman Tuhan. Setiap tindakan, perkataan, dan niat kita akan diperhitungkan.

 

Keempat, maut dan dunia orang mati dilemparkan ke dalam Lautan Api (ay. 14). Maut dan dunia orang mati dilemparkan ke dalam Lautan Api: Maut dan dunia orang mati, yang menggambarkan kematian kekal dan penderitaan, akan dilemparkan ke dalam lautan api. Ini menggambarkan hukuman kekal bagi mereka yang tidak menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Lautan api adalah simbol dari neraka, tempat perpisahan kekal dari Tuhan. Kematian Kedua: Kematian yang kedua adalah kematian rohani yang kekal, yaitu penderitaan dalam api neraka. Ini merupakan nasib akhir bagi mereka yang tidak percaya kepada Tuhan dan tidak hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

 

Kelima, orang yang tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan dilemparkan ke dalam Lautan Api (ay. 15). Kitab Kehidupan: Ini adalah hal yang paling penting dalam penghakiman yang terakhir. Nama-nama orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan menerima keselamatan-Nya tercatat dalam kitab kehidupan. Mereka yang hidup dalam iman kepada Kristus akan menerima kehidupan kekal. Terlempar ke Lautan Api: Mereka yang tidak ditemukan namanya dalam kitab kehidupan—mereka yang menolak Kristus dan hidup dalam dosa—akan menerima hukuman kekal dalam neraka, yang digambarkan sebagai lautan api.

 

Penghakiman yang terakhir adalah suatu peristiwa yang pasti dan tidak dapat dihindari. Kitab Wahyu 20:11-15 menggambarkan bagaimana setiap orang akan dihadapkan di hadapan takhta Tuhan untuk dihakimi berdasarkan perbuatan mereka. Mereka yang hidup dengan iman kepada Yesus Kristus dan namanya tercatat dalam kitab kehidupan akan menerima kehidupan kekal, sementara mereka yang menolak Tuhan akan menghadapi hukuman kekal dalam neraka.

Penghakiman ini mengajarkan kita untuk hidup dengan tanggung jawab atas setiap perbuatan kita, untuk senantiasa hidup dalam kebenaran Tuhan, dan untuk memastikan bahwa nama kita tercatat dalam kitab kehidupan. Sementara kita menantikan penghakiman yang terakhir, kita juga diingatkan untuk berbagi kabar baik kepada orang lain, agar mereka juga dapat menerima keselamatan dalam Kristus dan menghindari hukuman yang kekal.

 

RENUNGAN DAN RELEVANSI

 

Apa yang menjadi relevansi tema “Penghakiman Yang Terakhir” berdasarkan kitab Wahyu 20:11-15 dalam rangka Minggu Akhir Tahun Gerejawi (Ujung Taon Parhuriaon) dan Minggu mengenang kematian orang percaya bagi kita saat ini? Ada beberapa hal yang perlu direnungkan dari tema Minggu ini:

 

Pertama, merenungkan kembali hidup yang sementara dan keabadian. Kitab Wahyu 20:11-15 mengajarkan kita bahwa penghakiman yang terakhir akan menjadi penentu akhir dari segala yang kita lakukan di dunia ini. Tidak ada yang terlewatkan, baik perbuatan baik maupun buruk, akan dipertanggungjawabkan. Ini relevan dengan Minggu Akhir Tahun Gerejawi, yang mengajak kita untuk mengevaluasi hidup kita sebelum memulai tahun baru. Kita diingatkan untuk merenungkan tujuan hidup kita yang lebih tinggi daripada sekadar pencapaian duniawi. Pada akhirnya, yang akan kita bawa hanyalah perbuatan kita dan hubungan kita dengan Tuhan.

 

Kita juga mengenang kematian orang percaya, yang telah meninggalkan dunia ini. Bagi orang percaya, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kehidupan kekal bersama Tuhan. Ini mengajak kita untuk merenungkan nilai kekal dari hidup yang penuh dengan iman dan pelayanan kepada Tuhan. Kita diingatkan bahwa kematian adalah langkah menuju penghakiman di hadapan takhta Tuhan, dan bagaimana kita hidup saat ini akan menentukan masa depan kekal kita.

 

Kedua, penghakiman yang terakhir sebagai pengingat hidup dalam Kebenaran. Penghakiman yang terakhir di hadapan takhta putih yang besar dalam Wahyu 20:11 adalah pengingat bahwa setiap orang akan diadili berdasarkan perbuatan mereka (ay. 12-13). Ini relevan dengan Minggu mengenang kematian orang percaya, karena kita mengenang mereka yang telah meninggal dalam iman. Apakah mereka hidup sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah mereka mengutamakan kasih kepada Tuhan dan sesama? Meskipun kita mengenang mereka, penghakiman yang terakhir mengingatkan kita bahwa kita juga akan mengalami hal yang sama—untuk dihadapkan pada takhta penghakiman Tuhan.

 

Bagi kita yang hidup saat ini, penghakiman yang terakhir adalah seruan untuk hidup dalam kebenaran dan kasih Tuhan. Kita dipanggil untuk hidup dengan integritasketaatan, dan pengorbanan. Pada akhirnya, semua yang kita lakukan di dunia ini—baik dan buruk—akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Mengingat penghakiman yang terakhir, kita diajak untuk menjalani hidup yang lebih bijaksana, penuh kasih, dan setia kepada panggilan Tuhan.

 

Ketiga, penghakiman yang terakhir mengajarkan harapan dalam Kehidupan Kekal. Dalam Wahyu 20:15, kita diberitahu bahwa siapa yang namanya tercatat dalam kitab kehidupan akan menerima hidup yang kekal bersama Tuhan, sedangkan mereka yang tidak ditemukan namanya akan dilemparkan ke dalam lautan api. Ini menunjukkan dua nasib yang sangat kontras: hidup kekal bersama Tuhan atau kehancuran kekal. Dalam Minggu mengenang kematian orang percaya, kita merenungkan bahwa kematian orang percaya adalah transisi menuju kehidupan kekal, di mana mereka yang telah meninggal dalam iman akan merasakan janji hidup kekal yang Tuhan berikan.

 

Sebagai orang percaya, penghakiman yang terakhir mengingatkan kita bahwa keselamatan kita hanya bisa diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus, yang menebus dosa-dosa kita di salib. Kita tidak dapat mengandalkan perbuatan baik semata, melainkan harus menerima kasih karunia Tuhan melalui Kristus. Meskipun kita hidup di dunia yang penuh dengan penderitaan dan tantangan, kita memiliki harapan yang teguh bahwa hidup kekal menanti kita di sisi Tuhan, jika kita tetap hidup dalam iman dan kebenaran.

 

Keempat, penghakiman yang terakhir sebagai motivasi untuk menyebarkan Injil. Mengingat penghakiman yang terakhir, kita tidak hanya diingatkan untuk mempersiapkan diri kita, tetapi juga untuk berbagi kabar baik tentang keselamatan kepada orang lain. Banyak orang di sekitar kita yang belum mengenal Kristus atau yang belum mempersiapkan diri untuk penghakiman yang terakhir. Minggu mengenang kematian orang percayajuga mengingatkan kita untuk tidak hanya merenungkan hidup kita sendiri, tetapi untuk berbagi pengharapan ini dengan orang lain.

 

Dengan mengenang kematian orang percaya, kita diingatkan untuk menyebarkan pesan keselamatan kepada orang lain, agar mereka juga dapat merasakan pengharapan kekal yang hanya datang melalui Yesus Kristus. Penghakiman yang terakhir adalah saat di mana kita akan dihadapkan pada kebenaran Tuhan, dan ini memotivasi kita untuk mengabarkan Injil kepada mereka yang belum mengenal-Nya.

 

Tema "Penghakiman yang Terakhir" dalam Wahyu 20:11-15 sangat relevan bagi kita, terutama dalam Minggu Akhir Tahun Gerejawi dan Minggu mengenang kematian orang percaya. Penghakiman ini mengi-ngatkan kita bahwa kehidupan kita di dunia ini sementara, dan kita harus mempersiapkan diri untuk hari penghakiman yang pasti datang. Bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus, kematian adalah jalan menuju kehidupan kekal. Namun, kita juga diingatkan untuk hidup dalam kebenaran, berbagi keselamatan dengan orang lain, dan mengingat bahwa segala perbuatan kita akan diadili di hadapan Tuhan. Karena itu, mari kita hidup dengan penuh pengharapan, mengingat bahwa hidup kekal menanti bagi mereka yang setia kepada Tuhan, dan semoga kita dapat terus mendorong satu sama lain untuk hidup dalam iman yang benar hingga penghakiman yang terakhir datang. (rsnh)

 

Selamat Merayakan Akhir Tahun Gerejawi dan menikmati lawatan TUHAN!

Komentar

Postingan Populer