KOTBAH MINGGU XV SETELAH TRINITATIS Minggu, 28 September 2025 “TUHAN PEDULI KEPADA KAUM LEMAH” (Lukas 16:19-31)
KOTBAH MINGGU XV SETELAH TRINITATIS
Minggu, 28 September 2025
“TUHAN PEDULI KEPADA KAUM LEMAH”
Kotbah: Lukas 16:19-31 Bacaan: Yeremia 22:13-19
Pada hari ini, kita akan merenungkan sebuah tema yang sangat penting dan relevan dalam kehidupan kita, yaitu “Tuhan Peduli kepada Kaum Lemah”. Kita akan membuka Firman Tuhan dari Lukas 16:19-31, yang mengisahkan perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus. Dalam perumpamaan ini, kita melihat dengan jelas bahwa Tuhan sangat peduli terhadap mereka yang berada dalam keadaan lemah dan tertindas. Tuhan tidak mengabaikan penderitaan mereka, dan melalui kisah ini, kita dipanggil untuk merenungkan bagaimana kita sebagai umat-Nya dapat mengikuti teladan Tuhan dalam peduli terhadap orang-orang yang lemah di sekitar kita.
Ada beberapa hal yang perlu dipelajari dari perikop ini:
Pertama, Tuhan peduli terhadap kaum lemah: Kisah Lazarus dan orang kaya. Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan dua tokoh yang sangat berbeda: seorang orang kaya yang hidup dalam kemewahan, dan Lazarus, seorang pria miskin yang penuh dengan borok, menderita, dan terbaring di depan rumah orang kaya. Kisah ini tidak hanya menunjukkan ketimpangan sosial, tetapi juga menggambarkan bagaimana Tuhan peduli terhadap mereka yang lemah, menderita, dan tertindas. Orang kaya ini hidup dalam kesenangan, tetapi dia tidak menunjukkan kepedulian terhadap Lazarus yang terbaring di depannya. Bahkan Lazarus hanya berharap dapat memungut remah-remah dari meja orang kaya tersebut, namun tak ada yang peduli padanya. Tuhan melihat penderitaan ini, dan dalam perumpamaan ini, kita melihat bahwa Tuhan tidak mengabaikan keadaan Lazarus. Bahkan setelah mereka meninggal, Lazarus dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham, sedangkan orang kaya berada dalam penderitaan yang tak terhindarkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam kesibukan dan kenyamanan kita sendiri, dan sering kali kita tidak peduli dengan orang-orang di sekitar kita yang sedang mengalami kesulitan atau penderitaan. Tuhan melalui perumpamaan ini mengingatkan kita untuk lebih peka terhadap keadaan orang lain, terutama mereka yang lemah dan tertindas. Sebagai jemaat yang hidup dalam kasih Kristus, kita dipanggil untuk menjadi tangan Tuhan bagi mereka yang membutuhkan bantuan, baik itu dalam bentuk materi, perhatian, atau doa.
Kedua, Tuhan menghargai keadilan dan mengingat penderitaan kaum lemah. Perumpamaan ini juga menegaskan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan orang yang menderita tanpa mendapatkan pembalasan yang adil. Meskipun Lazarus mengalami kehidupan yang sulit, Tuhan tidak melupakan penderitaannya. Di sisi lain, orang kaya yang hidup dalam kenikmatan tanpa peduli terhadap orang yang membutuhkan akhirnya harus menerima akibat dari ketidakpeduliannya.Apa yang terjadi pada orang kaya setelah dia mati? Dia mendapati dirinya dalam penderitaan yang kekal, sementara Lazarus memperoleh hiburan dan kedamaian di pangkuan Abraham. Tuhan mengingat setiap penderitaan orang yang lemah dan memberi mereka balasan yang adil, sementara orang yang hidup egois dan tidak peduli akhirnya menuai akibat dari perbuatannya.
Kita diingatkan bahwa keadilan Tuhan pasti datang. Ketika kita melihat penderitaan di sekitar kita, terutama di kalangan mereka yang lemah, kita harus ingat bahwa Tuhan peduli dan suatu hari, Tuhan akan mengadili segala perbuatan, memberi upah kepada yang menderita, dan menghukum ketidakpedulian mereka yang hidup dalam kemewahan tanpa kasih. Kita dipanggil untuk bertindak adil, memberi perhatian kepada yang lemah, dan tidak hanya mencari keuntungan bagi diri kita sendiri. Kita harus berusaha menjadi gereja yang peduli terhadap kebutuhan orang lain, mengutamakan kasih dan keadilan.
Ketiga, peringatan untuk tidak mengabaikan pemberitaan Injil (ay. 27-31). Pada bagian akhir perumpamaan, orang kaya yang berada di tempat penderitaan memohon kepada Abraham untuk mengirimkan Lazarus kepada keluarga dan saudara-saudaranya agar mereka tidak mengakhiri hidup mereka dengan cara yang sama. Namun, Abraham menanggapi bahwa mereka sudah memiliki Musa dan para nabi, dan mereka harus mendengarkan ajaran yang sudah diberikan kepada mereka. Jika mereka tidak mendengarkan firman Tuhan, bahkan jika seseorang bangkit dari antara orang mati, mereka tetap tidak akan bertobat. Tuhan sudah memberikan firman-Nya melalui para nabi dan akhirnya melalui Yesus Kristus, dan itu adalah peringatan yang jelas tentang bagaimana kita harus hidup. Tidak ada alasan bagi kita untuk mengabaikan ajaran Tuhan yang telah disampaikan. Bahkan jika mukjizat atau kejadian besar terjadi, tetapi hati kita tetap keras, kita akan tetap terpisah dari Tuhan.
Sebagai jemaat yang hidup di zaman sekarang, kita sudah diberkati dengan Firman Tuhan yang penuh dengan petunjuk dan pengajaran hidup. Injil yang kita terima adalah firman yang mampu menyelamatkan kita dari hidup yang egois dan terpisah dari kasih Allah. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendengarkan Firman Tuhan, menghidupi ajaran-Nya, dan membagikan kasih-Nya kepada orang lain, terutama mereka yang lemah dan membutuhkan perhatian.
Tuhan peduli kepada kaum lemah, dan melalui perumpamaan ini, kita diajak untuk mengingat bahwa hidup kita tidak hanya tentang mencari kenyamanan pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita memperhati-kan mereka yang menderita di sekitar kita. Sebagai jemaat Tuhan, kita dipanggil untuk berbelas kasih terhadap mereka yang lemah, menyebarkan keadilan dan kasih, serta hidup sesuai dengan ajaran Firman Tuhan. Kita harus peka terhadap penderitaan orang lain dan menjadi tangan Tuhan yang membawa harapan dan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan.
Pertanyaan kita sekarang, bagaimakah cara “TUHAN peduli kepada kaum lemah” berdasarkan kitab Lukas 16:19-31? Berikut adalah cara-cara bagaimana Tuhan peduli kepada kaum lemah berdasarkan perumpamaan tersebut:
Pertama, Tuhan memerhatikan penderitaan mereka yang lemah. Dalam perumpamaan ini, Lazarus, seorang yang miskin dan penuh borok, terbaring di depan pintu orang kaya. Meskipun orang kaya itu hidup dalam kemewahan, dia sama sekali tidak memperhatikan penderitaan Lazarus. Namun, perumpamaan ini mengung-kapkan bahwa Tuhan peduli dengan keadaan Lazarus, yang telah hidup dalam penderitaan sepanjang hidupnya. "Pada suatu hari orang miskin itu mati dan dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham" (ay. 22). Tuhan memperhatikan Lazarus yang hidup dalam kelemahan dan kesulitan, dan akhirnya memberinya penghormatan yang layak, yaitu dibawa ke pangkuan Abraham—tempat yang penuh kedamaian dan berkat. Tuhan tidak mengabaikan penderitaan orang-orang yang lemah. Meskipun dunia mungkin tidak melihat dan tidak peduli dengan mereka yang tertindas atau miskin, Tuhan selalu melihat mereka dan peduli dengan keadaan mereka. Ini adalah pengingat bagi kita untuk tidak melupakan mereka yang kurang beruntung dan menderita, tetapi untuk berempati dan peduli terhadap mereka, sebagaimana Tuhan peduli kepada mereka.
Kedua, Tuhan memberikan balasan yang adil. Sementara orang kaya yang hidup dalam kemewahan tidak peduli dengan Lazarus, perumpamaan ini menunjuk-kan bahwa setelah mereka meninggal, keadaan mereka berubah drastis. Orang kaya menderita di dunia orang mati, sementara Lazarus memperoleh penghiburan dan kedamaian. "Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, dan Lazarus pun segala yang buruk; tetapi sekarang ia mendapat hiburan di sini, dan engkau sangat menderita." (ay. 25). Tuhan memberikan balasan yang adil kepada kedua tokoh ini sesuai dengan kehidupan yang mereka jalani di dunia. Perumpamaan ini menegaskan bahwa Tuhan peduli terhadap kaum lemah dan akan memberikan balasan yang adil. Meskipun orang yang lemah dan tertindas mungkin tidak menerima keadilan di dunia ini, mereka tidak akan pernah dibiarkan tanpa pembalasan oleh Tuhan. Tuhan yang Mahaadil akan memberi penghiburan dan balasanyang sempurna di kehidupan kekal bagi mereka yang menderita.
Ketiga, Tuhan menggunakan keberadaan mereka yang lemah untuk menyampaikan pesan. Dalam bagian akhir perumpamaan, orang kaya yang menderita memohon agar Lazarus diutus untuk memberi peringatan kepada keluarga orang kaya agar mereka tidak mengakhiri hidup mereka dengan cara yang sama. Namun, Abraham menjawab bahwa mereka sudah memiliki Musa dan para nabi, dan jika mereka tidak mendengarkan mereka, bahkan jika seseorang bangkit dari antara orang mati pun, mereka tetap tidak akan bertobat (ay. 29-31). Meskipun Lazarus tidak berbicara, kehadirannya sebagai orang miskin dan penderita menjadi saksi hidup yang dapat berbicara lebih keras daripada kata-kata. Tuhan menginginkan agar kita memperhatikan penderitaan orang lain, bukan hanya dalam bentuk bantuan materi, tetapi juga sebagai peringatan bahwa hidup ini tidak hanya tentang kekayaan atau kenikmatan duniawi, tetapi tentang pertanggungjawaban kita di hadapan Tuhan.
Kaum lemah sering kali menjadi perantara pesan Tuhan kepada kita. Penderitaan mereka mengingatkan kita untuk lebih peduli dengan sesama dan tidak terbuai dengan kesenangan dunia. Keberadaan mereka di sekitar kita dapat menjadi peringatan bagi kita untuk hidup dengan bijaksana, peduli, dan penuh kasih, serta memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan.
Keempat, Tuhan memberikan harapan kepada kaum lemah. Lazarus, meskipun menderita selama hidupnya, mendapat harapan kekal setelah kematian. Tuhan tidak hanya memberikan kehidupan yang lebih baik di dunia bagi mereka yang lemah, tetapi juga menawarkan harapan kekal melalui keselamatan yang ditemukan dalam kehidupan setelah mati. Dalam perumpamaan ini, kita melihat bahwa Lazarus menerima penghiburan di sisi Abraham—tempat yang penuh damai dan kedamaian, jauh dari penderitaan yang dialami orang kaya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dunia ini sering kali tidak peduli terhadap mereka yang lemah, Tuhan memberi harapan kekal bagi mereka yang hidup dalam kesulitan dan kekurangan. Sebagai umat Tuhan, kita harus memiliki pengharapan yang sama bahwa Tuhan memberikan harapan kekalkepada orang-orang yang lemah. Penderitaan mereka di dunia ini tidaklah sia-sia. Bahkan dalam kesulitan hidup, mereka memiliki harapan yang lebih besar, yaitu kehidupan yang kekal di hadapan Tuhan.
Tuhan Peduli Kepada Kaum Lemah adalah tema yang sangat kuat dalam perumpamaan Lukas 16:19-31. Dalam perumpamaan ini, kita diajak untuk melihat bahwa Tuhan tidak pernah mengabaikan penderitaan orang-orang yang lemah, baik dalam kehidupan dunia ini maupun dalam kehidupan kekal. Tuhan memberikan keadilan dan penghiburanyang sesuai dengan keadaan mereka dan mengingatkan kita untuk lebih peduli dan memperhati-kan mereka yang membutuhkan. Sebagai jemaat Tuhan, kita dipanggil untuk menanggapi dengan belas kasih dan kepedulian terhadap mereka yang lemah, terutama di sekitar kita. Kita juga diingatkan untuk tidak terjebak dalam kesenangan dunia, tetapi untuk menggunakan kehidupan ini untuk memuliakan Tuhan, dengan memper-hatikan mereka yang membutuhkan.
REFLEKSI DAN RELEVANSI
Apa yang perlu direfleksikan dan diaplikasikan dari tema “TUHAN peduli kepada kaum lemah” berdasarkan kitab Lukas 16:19-31? Ada beberapa hal yang perlu direfleksikan dan diaplikasikan dari perikop ini:
Pertama, kita menjadi Gereja yang peka terhadap penderitaan kaum lemah. Peka terhadap kebutuhan fisik dan emosional: Kita dipanggil untuk menjadi gereja yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga aktif memperhatikan dan membantu mereka yang lemah di sekitar kita—baik dalam keluarga, gereja, maupun masyarakat. Ini bisa berupa bantuan materi, tetapi juga perhatian terhadap kesejahteraan emosional dan spiritual mereka. Selain memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, kita juga dapat mendirikan program sosial atau kegiatan komunitas yang memperhatikan mereka yang lemah. Program ini bisa berupa bantuan bagi orang miskin, pelayanan kepada lanjut usia, atau dukungan kepada keluarga-keluarga yang sedang menghadapi kesulitan.
Kedua, kita perlu mengajarkan keadilan sosial dalam keluarga dan komunitas. Sebagai keluarga dan jemaat, kita diajak untuk mendidik generasi muda agar memperhatikan orang yang tertindas, menuntut keadilan dan menentang ketidakadilan. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti kita harus hidup dengan prinsip yang adil, memberi perhatian kepada mereka yang membutuhkan tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau latar belakang mereka. Mempraktikkan keadilan dalam kehidupan. Misalnya, dalam berbisnis atau berhubungan dengan orang lain, kita harus menghargai dan memperlakukan orang dengan adil, tanpa mengeksploitasi mereka yang lemah.
Ketiga, memberikan prioritas pada Pemberitaan Injil dan Pengajaran Firman. Sebagai jemaat yang percaya, kita diingatkan untuk memberitakan Injil kepada mereka yang belum mendengar. Sebagai bagian dari gereja yang peduli, kita harus menyadari bahwa kebutuhan rohani sama pentingnya dengan kebutuhan fisik. Sebagai jemaat, kita bisa melakukan hal ini dengan memperkenalkan program pembinaan rohani bagi mereka yang membutuhkan atau belum mengenal Kristus. Pelayanan di gereja juga harus menjadi tempat di mana orang-orang yang lemah dapat merasa diterima dan diberdayakan, tidak hanya secara fisik, tetapi juga rohani.
Keempat, kita menjadi pemberi penghiburan dan doa. Kita juga dipanggil untuk menjadi komunitas yang penuh penghiburan. Kita dapat memberikan penghiburan bagi mereka yang lemah dan menderita, baik melalui doa bersama, kunjungan, maupun sekadar memberi perhatian kepada mereka yang kesepian atau sakit. Mendoakan mereka yang lemah. Kita harus mendoakan mereka yang mengalami kesulitan, baik itu dalam kehidupan pribadi, keluarga, atau pekerjaan. Dengan mendukung mereka dalam doa, kita bisa memberi mereka penghiburan yang datang dari Tuhan.
Tema "Tuhan Peduli kepada Kaum Lemah" dari Lukas 16:19-31 mengajarkan kita bahwa Tuhan sangat peduli terhadap penderitaan mereka yang lemah, baik dalam kehidupan duniawi maupun dalam kehidupan kekal. Sebagai jemaat, kita dipanggil untuk memperhatikan kaum lemah, tidak hanya dalam aspek fisik, tetapi juga rohani. Kita harus hidup sebagai gereja yang peka terhadap kebutuhan orang lain, yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga peduli terhadap mereka yang sedang menderita. Karena itu, marilah kita berkomitmen untuk menjadi tangan Tuhan yang peduli, memberikan keadilan dan penghiburan, dan memberita-kan Injil kepada semua orang, terutama kepada mereka yang lemah di sekitar kita. Tuhan memberkati kita semua untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN



Komentar
Posting Komentar