KOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS Minggu, 31 Agustus 2025 “YESUS PEMIMPIN YANG BENAR” (Ibrani 13:7-17)
KOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS
Minggu, 31 Agustus 2025
Kotbah: Ibrani 13:7-17 Bacaan: Amsal 25:2-6
Pada hari ini kita akan merenungkan tentang pemimpin yang benar, yaitu Yesus Kristus. Dalam dunia yang penuh dengan pengaruh, model kepemimpinan kita sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti kekuasaan, kekayaan, atau bahkan popularitas. Namun, dalam Kitab Ibrani 13:7-17, kita diberikan gambaran yang jelas tentang pemimpin sejati, yang tidak lain adalah Yesus Kristus, pemimpin yang memimpin dengan kasih, kebenaran, dan keteladanan.
Ada yang kita pelajari dari perikop ini berkaitan dengan pemimpin yang benar:
Pertama, kita harus mengingat Pemimpin yang telah memimpin dengan keteladanan (ay. 7). "Ingatlah pemimpin-pemimpinmu yang telah mengajarkan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan tiru iman mereka."Ayat ini mengingatkan kita untuk melihat kepada pemimpin-pemimpin yang telah menuntun kita dalam iman dan meniru iman mereka. Bagi jemaat Ibrani yang mungkin menghadapi pengani-ayaan dan penderitaan, mereka diminta untuk tidak hanya mengenang pemimpin-pemimpin sebelumnya, tetapi juga menilai hidup mereka yang diakhiri dengan iman yang teguh kepada Tuhan.
Dalam konteks sejarah, Kitab Ibrani ditulis dalam masa penganiayaan bagi orang Kristen, kemungkinan pada abad pertama setelah kematian Yesus. Jemaat Kristen pada waktu itu menghadapi tantangan yang luar biasa, termasuk penganiayaan dari pihak Romawi dan tekanan sosial dari masyarakat Yahudi. Ibrani menekankan keteladanan para pemimpin yang telah memimpin dengan iman, yang hidupnya menjadi saksi tentang kebenaran Kristus. Ini mengundang jemaat untuk tetap kuat dalam iman meskipun menghadapi segala kesulitan.
Yesus adalah pemimpin yang diutus oleh Allah untuk membawa manusia kepada keselamatan melalui pengorbanan-Nya. Pemimpin kita hari ini, baik itu dalam gereja atau dalam kehidupan kita, seharusnya mengikuti teladan Yesus. Kita diundang untuk melihat kepada mereka yang telah memimpin dengan keteladanan dan meniru iman mereka.
Kedua, Yesus Kristus, Pemimpin yang tidak berubah (ay. 8). "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." Yesus Kristus adalah pemimpin yang tidak berubah. Di tengah dunia yang penuh dengan perubahan, Yesus tetap sama. Kekuatan dan kuasa-Nya tidak bergantung pada zaman atau keadaan. Yesus adalah pemimpin yang tidak akan pernah mengecewakan atau menyesatkan kita. Pemimpin kita mungkin berubah seiring waktu, tetapi Yesus tetap adalah pondasi yang kokoh.
Jemaat Kristen pada masa itu menghadapi kesulitan dalam memahami bahwa Yesus yang telah mati dan bangkit tetap hidup dan aktif dalam gereja mereka, meskipun mereka tidak dapat melihat-Nya secara fisik. Penegasan bahwa Yesus adalah "sama kemarin, hari ini, dan selama-lamanya" adalah penguatan bagi mereka untuk tetap percaya bahwa meskipun keadaan di sekitar mereka berubah, Kristus tetap setia dan tidak pernah berubah.
Yesus tidak hanya memimpin di masa lalu atau di masa depan, tetapi secara nyata dan aktif dalam hidup kita saat ini. Bagaimana kita bisa mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Yesus sebagai pemimpin yang tetap sama dan tidak berubah?
Ketiga, menjauhkan diri dari ajaran yang sesat (ay. 9-10). "Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai ajaran asing".Pemimpin yang benar, yaitu Yesus Kristus, tidak membiarkan kita terpengaruh oleh ajaran yang sesat. Ajaran sesat ini bisa merusak iman dan membawa kita jauh dari kebenaran. Ibrani mengingatkan jemaat untuk berpegang pada kasih karunia yang diberikan oleh Kristus dan menghindari ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
Pada masa penulisan surat kepada jemaat di Ibrani, gereja Kristen menghadapi berbagai ajaran asing yang muncul di tengah-tengah mereka. Beberapa ajaran ini berusaha mempengaruhi cara mereka memahami keselamatan dan identitas Kristen. Berikut adalah beberapa ajaran asing yang kemungkinan dihadapi jemaat Kristen pada masa itu:
a. Ajaran Gnostik. Ajaran Gnostik menekankan pengetahuan rahasia yang dianggap lebih tinggi dari pada ajaran dasar iman Kristen. Gnostikisme menganggap bahwa keselamatan datang melalui pengetahuan tersembunyi (gnosis), bukan melalui iman kepada Yesus Kristus dan pengorbanan-Nya. Mereka juga memisahkan dunia materi (yang dianggap jahat) dari dunia rohani (yang dianggap baik). Ini bertentangan dengan ajaran Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan datang hanya melalui Yesus Kristus dan bahwa penciptaan Tuhan, termasuk dunia materi, adalah baik.
b. Yudaisme Hukum Taurat yang Ketat. Beberapa kelompok dalam komunitas Kristen awal berusaha untuk mengembalikan praktik Hukum Taurat Yahudi sebagai bagian dari keselamatan. Mereka meyakini bahwa untuk benar-benar menjadi pengikut Kristus, seseorang harus mematuhi hukum-hukum Yahudi, termasuk sunat dan ritual-ritual lainnya. Ini menentang ajaran Paulus yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya datang melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui pemenuhan hukum Taurat (lihat Roma 3:28). Jemaat di Ibrani diingatkan bahwa Yesus Kristus adalah pemenuhan dari Hukum Taurat dan bahwa keselamatan adalah melalui kasih karunia Allah, bukan melalui perbuatan hukum.
c. Ajaran Panteisme atau Dualisme. Ajaran-ajaran yang menggabungkan unsur-unsur dari berbagai filsafat Yunani, seperti panteisme (keyakinan bahwa Tuhan ada dalam segala sesuatu) atau dualism (pemahaman bahwa dunia materi dan dunia rohani adalah dua entitas terpisah yang bertentangan), sering kali memengaruhi orang Kristen. Ajaran-ajaran ini mencoba memasukkan konsep-konsep non-Kristen ke dalam ajaran Kristen, yang menekankan bahwa Tuhan adalah pencipta segala sesuatu dan bahwa materi itu baik (sebagaimana terlihat dalam penciptaan dunia oleh Allah dalam Kitab Kejadian).
d. Ajaran Sekte-Sekte Sosial dan Filosofis Lainnya. Selama abad pertama, banyak sekte dan filsafat Yunani-Romawi berkembang, seperti Stoikisme dan Epikureanisme, yang mengajarkan pandangan dunia yang bertentangan dengan ajaran Kristus. Stoikisme menekankan kebajikan, pengendalian diri, dan hidup selaras dengan alam, sementara Epikureanisme mengajarkan pencarian kebahagiaan melalui kenikmatan fisik. Kedua ajaran ini bertentangan dengan ajaran Kristus tentang pengorbanan diri, kasih, dan kehidupan kekal.
e. Sincretisme Agama. Pada masa itu, ada kecenderungan sincretisme, yaitu pencampuran berbagai agama dan kepercayaan. Beberapa orang mencoba mencampurkan ajaran Kristen dengan elemen-elemen dari agama-agama lain, seperti agama Romawi, paganisme, atau misteri-misteri keagamaan yang populer pada saat itu. Ini menciptakan tantangan bagi gereja awal untuk tetap setia pada ajaran asli Kristus tanpa terpengaruh oleh praktik-praktik agama lainnya.
f. Ajaran tentang Kristus yang Tidak Sepenuhnya Manusia atau Sepenuhnya Allah. Beberapa ajaran sesat yang berkembang pada saat itu meragukan kedua kodrat Kristus sebagai Allah dan manusia. Ada yang menyatakan bahwa Yesus hanya tampak seperti manusia, tetapi sebenarnya hanya ilahi, atau bahwa Kristus tidak sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Ajaran ini bertentangan dengan ajaran gereja yang menegaskan bahwa Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia.
Keempat, menyadari pemimpin yang sejati adalah Yesus Kristus (ay. 11-12). Akhirnya, Ibrani mengingatkan kita bahwa Yesus Kristus adalah Pemimpin yang sejati, yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban untuk menebus kita. Melalui pengorbanan-Nya, kita diundang untuk menjadi bagian dari tubuh-Nya, yang adalah gereja.
Pengorbanan Yesus di luar kota Yerusalem menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya memimpin dengan kata-kata, tetapi juga melalui tindakan. Ia memberi diri-Nya untuk umat manusia, menjadi korban untuk dosa kita. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang sejati—kepemimpinan yang mengorbankan diri untuk kebaikan orang lain.
Kelima, mematuhi pemimpin yang memimpin dalam Kristus (ay. 17). "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu." Pemimpin yang benar memimpin dengan hati yang mengutamakan kepentingan jemaat, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Yesus adalah contoh pemimpin yang tidak mencari kepuasan pribadi, tetapi mengorbankan diri-Nya demi keselamatan kita.
Gereja awal sangat bergantung pada kepemimpinan yang bertanggung jawab, di mana pemimpin harus memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan atas jiwa-jiwa yang dipercayakan kepada mereka. Dalam konteks ini, jemaat diingatkan untuk menghormati dan mengikuti pemimpin yang memimpin dengan benar, yaitu mereka yang meneladani Kristus dalam pelayanan mereka.
Yesus Kristus adalah pemimpin yang benar dan sejati. Ia adalah dasar kepemimpinan yang tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata, tetapi juga dengan pengorbanan-Nya di kayu salib. Sebagai umat yang mengikuti-Nya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya dalam kepemimpinan—yaitu dengan mengasihi, mengorbankan diri, dan hidup untuk kemuliaan Tuhan. Marilah kita hidup dalam ketaatan kepada pemimpin sejati ini, yang tidak berubah dan setia, dan mengijinkan kuasa-Nya bekerja dalam hidup kita untuk membangun gereja-Nya dan dunia ini.
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah kita menghormati dań menghargai pemimpin yang benar bedasarkan kitab Ibrani 13:7-17? Ada beberapa cara menghormati dan menghargai Pemimpin yang Benar:
Pertama, kita mengingat teladan pemimpin yang telah beriman (ay. 7). Pemimpin yang benar adalah mereka yang telah mengajarkan Firman Tuhan dengan setia dan hidup sesuai dengan iman yang mereka ajarkan. Salah satu cara kita menghormati mereka adalah dengan mengingat teladan hidup mereka, yakni mengamati bagaimana mereka menjalani hidup dalam ketaatan kepada Allah dan mengutamakan prinsip-prinsip kebenaran.
Menghargai pemimpin yang benar dimulai dengan menghargai ajaran mereka dan meneladani hidup mereka. Kita harus menjaga hubungan yang sehat dengan mereka, mengingat betapa pentingnya keteladanan iman yang mereka berikan.
Kedua, menghargai Yesus sebagai Pemimpin yang Abadi dan tidak terbatas waktu (ay. 8). Yesus Kristus adalah pemimpin yang tidak pernah berubah. Dalam konteks ini, kita diingatkan bahwa pemimpin yang benar adalah mereka yang memimpin dengan mengarahkan kita kepada Kristus yang kekal dan tidak tergoyahkan.
Kita menghargai pemimpin yang benar dengan menempatkan Yesus sebagai pusat kehidupan mereka. Ketika kita melihat pemimpin kita mengarahkan kita kepada Kristus yang tidak berubah, kita perlu mengakui bahwa pemimpin yang sejati adalah mereka yang membawa kita lebih dekat kepada Kristus dan memuliakan-Nya.
Ketiga, menjauhkan diri dari ajaran yang sesat (ay. 9). Pemimpin yang benar tidak hanya mengajarkan Firman Tuhan, tetapi juga menghindarkan jemaat dari ajaran sesat yang dapat merusak iman mereka. Untuk menghormati pemimpin yang benar, kita harus tetap berpegang pada ajaran yang mereka berikan dan tidak terpengaruh oleh ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
Salah satu cara kita menghargai pemimpin yang benar adalah dengan menjaga kesetiaan kita pada ajaran mereka, mengikuti petunjuk mereka yang bersumber dari Kristus, dan menghindari ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
Keempat, mendukung pemimpin dalam pelayanan dengan sukacita (ay. 17). Menghormati pemimpin yang benar berarti taat kepada mereka, mengikuti arah yang mereka tetapkan, dan memberi dukungan dalam tugas pelayanan mereka. Pemimpin yang sejati berjuang dengan sepenuh hati untuk kesejahteraan jiwa jemaat dan memiliki tanggung jawab besar. Kita diingatkan untuk mendukung mereka dengan sukacita agar mereka dapat melaksanakan tugas mereka dengan lebih baik.
Cara kita menghargai pemimpin adalah dengan menyokong mereka dalam pelayanan, mendukung mereka melalui doa, partisipasi aktif dalam pelayanan, dan tidak menjadi beban atau sumber kekeluhan.
Kelima, menghormati pemimpin dengan berdoa untuk mereka (ay. 18-19). Salah satu cara penting untuk menghormati pemimpin adalah dengan berdoa bagi mereka. Pemimpin yang benar membutuhkan dukungan doa agar mereka diberi kekuatan, kebijaksanaan, dan keteguhan dalam melaksanakan tugas mereka. Kita bisa menghormati pemimpin dengan berdoa untuk mereka secara teratur, memohon agar Tuhan terus membimbing, memberi kebijaksanaan, dan menjaga mereka dalam setiap langkah pelayanan mereka.
Menghormati dan menghargai pemimpin yang benar tidak hanya tentang memberikan penghormatan eksternal, tetapi juga tentang meneladani iman mereka, mengikuti ajaran mereka yang berpusat pada Kristus, mendukung mereka dalam pelayanan dengan sukacita, dan berdoa bagi mereka. Pemimpin yang benar adalah mereka yang memimpin dengan teladan Kristus, yang memusatkan hidup mereka pada kebenaran Firman Tuhan. Marilah kita hidup dengan sikap hormat, taat, dan dukungan terhadap pemimpin yang memimpin dalam Kristus, serta menjadikan mereka sebagai contoh hidup yang menuntun kita lebih dekat kepada Tuhan.
RENUNGAN
Apa yang menjadi refleksi atas tema “YESUS pemimpin yang Benar” ini? Berikut adalah beberapa refleksi yang dapat kita ambil dari tema ini:
Pertama, mengenang dan meneladani Pemimpin yang Sejati. Ayat ini mengingatkan kita untuk mengingat dan meniru teladan pemimpin-pemimpin yang telah menunjukkan iman yang teguh kepada Tuhan. Yesus Kristus adalah pemimpin yang tidak hanya berbicara dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan-Nya yang penuh pengorbanan. Sebagai umat yang mengikuti Kristus, kita diundang untuk meneladani iman-Nya dan mewujudkan pengorbanan dalam tindakan kita sehari-hari.
Kedua, Yesus, Pemimpin yang tidak pernah berubah. Dalam dunia yang penuh perubahan, Yesus adalah pemimpin yang tetap sama, baik kemarin, hari ini, maupun selamanya. Ketika kita mengikuti pemimpin duniawi yang bisa berubah-ubah, kita bisa merasa kecewa atau bingung. Namun Yesus memberi kita jaminan bahwa kasih-Nya dan kebenaran-Nya tidak pernah berubah. Kepemimpinan-Nya adalah kepemimpinan yang kokoh, yang memberikan kita rasa aman dan pengharapan yang tidak tergoyahkan.
Ketiga, menghindari ajaran yang menyesatkan. Pemimpin yang benar tidak hanya mengajarkan kebenaran, tetapi juga mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam ajaran sesat. Yesus mengajarkan kita untuk berpegang teguh pada Firman Tuhan dan menghindari ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada ajaran atau pemikiran yang bisa menggoda kita untuk menyimpang dari kebenaran. Tetapi, Yesus yang adalah kebenaran yang sejati, memanggil kita untuk tetap hidup dalam Firman-Nya.
Keempat, taat kepada Pemimpin yang memimpin dengan Benar. Pemimpin yang benar tidak hanya memimpin dengan kata-kata, tetapi juga dengan tanggung jawab yang besaruntuk menjaga jiwa-jiwa yang dipercayakan kepada mereka. Yesus sebagai pemimpin utama kita, memberikan hidup-Nya untuk kita dan memberi kita teladan dalam melayani orang lain. Sebagai umat yang dipimpin oleh Kristus, kita dipanggil untuk taat kepada pemimpin yang sejati dan mendukung mereka dalam pelayanan mereka.
Kelima, menghargai pengurbanan Yesus sebagai Pemimpin Sejati. Yesus adalah pemimpin yang tidak hanya mengajarkan kebenaran, tetapi mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan kita. Pengorbanan-Nya di kayu salib menunjukkan kepemimpinan yang sejati — pemimpin yang tidak mencari keuntungan diri, tetapi rela memberikan diri untuk orang lain. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meneladani pengorbanan-Nya dan hidup sebagai pemimpin yang rela memberi demi kebaikan orang lain.
Melalui Ibrani 13:7-17, kita diingatkan bahwa Yesus adalah pemimpin yang benar dan sempurna. Ia memimpin kita dengan kasih, pengorbanan, dan keteladanan. Sebagai pengikut-Nya, kita dipanggil untuk menghormati pemimpin yang sejati, menghindari ajaran yang sesat, taat kepada pemimpin yang memimpin dengan benar, dan meneladani pengorbanan Kristus dalam hidup kita. Dalam dunia yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian, Yesus tetap menjadi pemimpin yang kokoh, tidak berubah, dan selalu setia. Karena itu, mari kita hidup sebagai umat yang setia mengikuti Yesus, pemimpin kita yang benar, dan meneladani-Nya dalam setiap langkah hidup kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!
Komentar
Posting Komentar