KOTBAH MINGGU VII SETELAH TRINITATIS Minggu, 03 Agustus 2025 "MENJADI MANUSIA BARU DI DALAM KRISTUS” (Kolose 3:5-11)

 KOTBAH MINGGU VII SETELAH TRINITATIS

Minggu, 03 Agustus 2025

 

"MENJADI MANUSIA BARU DI DALAM KRISTUS”

Kotbah: Kolose 3:5-11 Bacaan: Pengkotbah 1:12-14


 

Surat Kolose ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, sebuah kota yang terletak di Asia Kecil (sekarang bagian dari Turki). Jemaat di Kolose menghadapi ajaran yang keliru dan praktek-praktek yang tidak sesuai dengan Injil, sehingga Paulus menulis untuk mengingatkan mereka tentang identitas mereka di dalam Kristus dan bagaimana seharusnya hidup mereka sebagai orang yang sudah dipilih oleh Tuhan. Kolose 3:5-11 mengajarkan tentang bagaimana orang Kristen harus meninggalkan kehidupan lama mereka dan mengenakan kehidupan baru di dalam Kristus. Tema "Menjadi Manusia Baru di Dalam Kristus" mengajak kita untuk merenungkan transformasi hidup yang seharusnya terjadi dalam setiap orang yang telah dibenarkan melalui iman kepada Kristus.

 

Jemaat di Kolose menghadapi pengajaran yang berbahaya dari orang-orang yang mengajarkan ajaran campuran yang menggabungkan elemen-elemen filsafat Yunani, praktik-praktik agama, dan hukum-hukum Yahudi. Ini menyebab-kan beberapa anggota jemaat jatuh dalam kebingungan dan hidup dalam cara yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Paulus menulis untuk memperingatkan mereka agar tidak terjebak dalam ajaran yang menyesatkan tersebut dan untuk kembali kepada pengajaran Kristus yang murni.

 

Surat ini bertujuan untuk mengingatkan jemaat Kolose tentang posisi mereka di dalam Kristus dan untuk mengajarkan mereka bagaimana hidup sesuai dengan panggilan mereka sebagai orang percaya. Dalam Kolose 3, Paulus menekankan pentingnya mengenakan hidup baru di dalam Kristus dan melepaskan segala bentuk dosa dan kebiasaan lama yang tidak sesuai dengan identitas orang Kristen.

 

Ada beberapa hal yang perlu dipelajari dari perikop ini:

 

Pertama, matikan kehidupan lama (ay. 5). Paulus memulai dengan memberi perintah yang sangat tegas kepada jemaat untuk "mematikan" atau "melepaskan" segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan lama mereka yang penuh dengan dosa. Dalam budaya Yunani dan Romawi, banyak orang yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan yang disebutkan, seperti percabulan dan ketamakan, yang dianggap biasa oleh masyarakat. Paulus mengingatkan jemaat bahwa semua hal ini bertentangan dengan kehidupan yang baru dalam Kristus. Jemaat Kolose hidup dalam lingkungan budaya yang sangat permisif dan banyak dipengaruhi oleh budaya penyembahan berhala. Oleh karena itu, Paulus mengi-ngatkan mereka untuk mematikan kebiasaan buruk ini yang juga dikaitkan dengan penyembahan berhala—yaitu menempatkan hal-hal duniawi sebagai pusat hidup mereka.

 

Kedua, mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru (ay. 6-7). Paulus mengingatkan jemaat bahwa kehidupan mereka yang dahulu penuh dengan dosa adalah jalan yang mendatangkan murka Allah. Perubahan hidup yang diminta oleh Paulus bukan hanya tentang menghin-dari dosa, tetapi tentang mengubah pola hidup mereka sepenuhnya. Dosa adalah pemberontakan terhadap Tuhan dan akan mendatangkan konsekuensi yang serius. Pada zaman itu, banyak orang yang hidup dalam kebiasaan dosa tanpa merasa bersalah, karena banyak dari mereka yang dipengaruhi oleh ajaran palsu yang menurunkan standar moralitas. Paulus mengingatkan mereka bahwa hidup dalam dosa adalah hidup yang mendatangkan murka Allah dan tidak dapat diterima oleh Tuhan.

 

Ketiga, buanglah sifat manusia lama (ay. 8-9). Paulus mendorong jemaat untuk meninggalkan segala bentuk dosa yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti amarah, fitnah, dan kebohongan. Ini adalah bagian dari "menanggalkan" manusia lama mereka yang telah diperbaharui oleh Kristus. Perubahan ini adalah proses yang melibatkan pertempuran melawan dosa dalam kehidupan praktis, baik dalam hubungan pribadi maupun sosial. Jemaat Kolose sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang sering melibatkan kebohongan dan perilaku yang buruk dalam kehidupan sosial mereka. Paulus menekankan pentingnya membangun hubungan yang jujur, tulus, dan saling membangun sebagai bukti dari kehidupan yang diperbaharui dalam Kristus.

 

Keempat, identitas baru dalam Kristus (ay. 10-11). Paulus mengingatkan jemaat untuk mengenakan "manusia baru," yaitu hidup yang diperbaharui dan didasarkan pada pengetahuan akan Kristus. Kehidupan baru ini membawa orang percaya untuk mengenal Kristus lebih dalam dan hidup sesuai dengan gambaran-Nya. Di dalam Kristus, tidak ada lagi perbedaan antara ras, status sosial, atau budaya. Semua orang yang percaya kepada Kristus dipersatukan dalam-Nya. Pada waktu itu, ada banyak perbedaan sosial dan etnis, termasuk ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Paulus mengajarkan bahwa di dalam Kristus, semua perbedaan ini tidak relevan karena yang utama adalah identitas baru dalam Kristus yang menyatukan semua orang percaya. Ini adalah pesan inklusif yang sangat penting dalam konteks gereja mula-mula yang sedang menghadapi tantangan untuk merangkul semua bangsa.

 

Menjadi manusia baru di dalam Kristus berarti kita mengalami perubahan total dalam hidup kita. Kita meninggalkan kehidupan lama yang penuh dengan dosa dan mengenakan kehidupan baru yang penuh dengan kasih, kebenaran, dan keadilan yang datang dari Kristus. Dengan mengandalkan kuasa Kristus yang bekerja dalam hidup kita, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan identitas baru kita sebagai anak-anak Allah yang hidup dalam terang-Nya. Sebagai umat yang diperbaharui dalam Kristus, kita harus terus berkembang dalam pengetahuan dan pengenalan akan-Nya, mencerminkan karakter Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita.

 

Pertanyaan kita sekarang, bagaimanakah cara kita agar mampu "Menjadi manusia baru di dalam Kristus” berdasarkan kitab Kolose 3:5-11? Berikut adalah beberapa cara praktis agar kita mampu mewujudkan perubahan hidup tersebut:

 

Pertama, kita harus mampu mematikan kehidupan lama (ay. 5). Untuk menjadi manusia baru di dalam Kristus, kita harus melepaskan segala kebiasaan dan kecenderungan duniawi yang membawa kita pada dosa. Kita dipanggil untuk "mematikan" atau "menanggalkan" kebiasaan buruk yang telah mengikat kita, seperti percabulan, kenajisan, ketamakan, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Ini dimulai dengan kesadaran dan keputusan hati untuk meninggalkan pola hidup lama. Setiap kali kita dihadapkan pada godaan atau kebiasaan buruk, kita harus memilih untuk hidup sesuai dengan kebenaran Kristus, memperbarui pikiran kita melalui Firman Tuhan, dan meminta Roh Kudus untuk memberi kekuatan agar kita bisa mengalahkan dosa.

 

Kedua, kita harus hidup dalam Kebenaran dan kerendahan hati (ay. 8-9).  Setelah kita mematikan kebiasaan lama, kita diminta untuk mengganti kebiasaan buruk dengan perilaku yang mencerminkan karakter Kristus. Amarah, fitnah, dan kebohongan harus diganti-kan dengan kerendahan hati, kasih, dan kejujuran. Ini menunjukkan bahwa menjadi manusia baru berarti kita tidak hanya meninggalkan dosa, tetapi juga menggantinya dengan perilaku yang sesuai dengan ajaran Kristus. Kita dapat mempraktikkannya dengan mengendalikan emosi kita (seperti amarah dan kebencian) dan menggantinya dengan sikap yang penuh kasih dan pengertian. Kita harus berkomitmen untuk selalu berbicara dengan jujur dan penuh kasih, serta menghindari perbuatan dan kata-kata yang merusak hubungan dengan sesama.

 

Ketiga, kita harus mengenakan manusia baru (ay. 10-11). Menjadi manusia baru berarti mengenakan identitas baru yang diperoleh melalui Kristus. Proses ini berlangsung terus-menerus ("terus-menerus diperbarui"), di mana kita semakin serupa dengan gambar Kristus. Dalam Kristus, semua perbedaan sosial, rasial, atau status duniawi tidak relevan; yang terpenting adalah identitas kita sebagai anak-anak Allah. Mengenakan manusia baru berarti membiarkan karakter Kristus terbentuk dalam diri kita setiap hari. Ini dilakukan dengan berfokus pada pengetahuan akan Kristus—mendalami Firman Tuhan, berdoa, dan berusaha hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Saat kita mengingat identitas kita di dalam Kristus, kita bisa lebih mudah menanggalkan sifat-sifat lama dan mengenakan sifat-sifat Kristus, seperti kasih, rendah hati, dan kesabaran.

 

Keempat, kita harus menjaga untuk tetap fokus kepada Kristus dan mengutamakan hubungan dengan-Nya (ay. 11). Ayat ini mengajarkan bahwa dalam Kristus, semua perbedaan yang biasa menjadi pembatas di dunia ini tidak ada lagi. Dalam Kristus, kita semua disatukan sebagai satu tubuh, dan yang terpenting adalah hubungan kita dengan Kristus. Semua hal lainnya menjadi sekunder dibandingkan dengan hubungan kita dengan-Nya. Fokus kita harus tetap pada Kristus sebagai pusat hidup kita. Semua aktivitas kita harus didorong oleh keinginan untuk menyenangkan-Nya dan hidup sesuai dengan tujuan-Nya. Menjadi manusia baru berarti men-jaga hubungan yang dekat dengan Kristus melalui doa, ibadah, dan pelayanan kepada sesama. Dengan demikian, kita bisa terus bertumbuh dalam pengenalan dan penyerahan diri kepada-Nya.

 

Dengan melaksanakan hal-hal ini, kita bisa menjadi manusia baru yang hidup sesuai dengan panggilan Kristus, mencerminkan karakter-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Transformasi ini adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup kita, namun dengan pertolongan Roh Kudus, kita akan terus diperbarui dan semakin serupa dengan Kristus.

 

RENUNGAN

 

Apa yang perlu kita renungkan dalam Minggu ketujuah setelah Trinitatis ini? Berikut adalah beberapa hal yang perlu kita renungkan dari tema ini:

 

Pertama, mari mematikan cara hidup kita yang lama. Kita dipanggil untuk mematikan segala kebiasaan buruk yang merupakan bagian dari kehidupan lama kita sebelum mengenal Kristus. Apa yang masih menjadi bagian dari kehidupan kita yang lama, yang perlu kita buang dan tinggalkan? Ketamakan, nafsu, atau keinginan untuk hidup dalam dosa—semua ini harus dihentikan karena tidak sesuai dengan panggilan kita dalam Kristus. Kita harus merenungkan: Apakah kita masih terikat pada kebiasaan-kebiasaan duniawi yang menahan kita untuk hidup sepenuhnya di dalam Kristus?

 

Kedua, mari menghindari cara hidup yang membangkitan murka Allah kepada kita. Kita diingatkan bahwa hidup dalam dosa membangkitkan murka Allah. Dosa bukanlah hal yang ringan di hadapan Allah, dan hidup dalam dosa adalah pemberontakan terhadap-Nya. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk tidak lagi hidup seperti dulu, tetapi untuk mengalami perubahan yang nyata dalam hidup kita. Kita harus merenungkan: Apakah kita benar-benar menyadari bahwa dosa kita mendatangkan murka Allah, dan apakah kita benar-benar berkomitmen untuk meninggalkan kehidupan lama tersebut?

 

Ketiga, mari menanggalkan sifat lama dan mengganti dengan sifat baru. Setelah kita mematikan kehidupan lama, kita dipanggil untuk menanggalkan manusia lama yang penuh dengan amarah, kebencian, dan kata-kata kotor. Kita diingatkan untuk menggantinya dengan sifat-sifat yang mencerminkan Kristus. Apakah kita sudah mengubah cara berbicara dan berinteraksi dengan orang lain? Apakah kita lebih mementingkan damai dan kebaikan dalam hubungan kita, atau masih terbiasa dengan kemarahan, fitnah, atau kebohongan? Ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan: Apakah karakter kita sudah mencerminkan Kristus, atau masih terikat dengan sifat manusia lama?

 

Keempat, jadilah manusia baru yang terus diperbarui. Menjadi manusia baru di dalam Kristus adalah proses yang berkelanjutan. Kita tidak hanya memutuskan untuk berubah sekali saja, tetapi kita dipanggil untuk terus-menerus diperbaharui. Proses ini melibatkan pertumbuhan rohani yang terus berlangsung dalam pengetahuan akan Kristus. Apakah kita secara aktif mencari pengetahuan yang benar tentang Kristus, baik melalui pembacaan Firman Tuhan, doa, dan komunitas gereja? Kita harus merenungkan: Seberapa besar komitmen kita untuk terus bertumbuh dalam Kristus dan semakin serupa dengan-Nya?

 

Kelima, jadikanlah kehidupan baru itu untuk menghancurkan batas-batas sosial dan etnis. Dalam Kristus, semua perbedaan sosial, etnis, dan status menjadi tidak relevan. Ketika kita mengenakan manusia baru, kita mengakui bahwa Kristus adalah pusat hidup kita, dan kita hidup dalam kesatuan yang dibangun oleh kasih-Nya. Dalam dunia yang sering kali memisahkan orang berdasarkan ras, status sosial, atau budaya, kita dipanggil untuk hidup dalam persatuan yang dibentuk oleh Kristus. Kita harus merenungkan: Apakah kita sudah benar-benar melihat sesama kita dengan mata kasih Kristus, tanpa memandang latar belakang atau status mereka?

 

Menjadi manusia baru di dalam Kristus berarti mengalami transformasi yang menyeluruh, di mana kita meninggal-kan kehidupan lama yang penuh dengan dosa dan mengenakan sifat baru yang mencerminkan karakter Kristus. Ini adalah proses berkelanjutan yang melibatkan mematikan kebiasaan dosa, mengenakan sifat Kristus, terus-menerus diperbaharui dalam pengetahuan tentang Kristus, dan hidup dalam kesatuan yang dibentuk oleh kasih-Nya. Karena itu, kita perlu mengambil langkah-langkah praktis dalam kehidupan sehari-hari: merenung-kan Firman Tuhan, berdoa, mengubah pola pikir dan tindakan kita, serta hidup dalam kasih dan kerendahan hati. Seiring dengan pertumbuhan rohani kita, kita akan semakin mengenakan manusia baru yang dipenuhi dengan kasih, keadilan, dan kebenaran Kristus. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Komentar

Postingan Populer