Renungan hari ini: “PERHENTIAN ATAU SABAT SEBAGAI BAGIAN DARI HIDUP KITA SEBAGAI UMAT ALLAH” (Ibrani 4:9-10)

 Renungan hari ini:

 

“PERHENTIAN ATAU SABAT SEBAGAI BAGIAN DARI HIDUP KITA SEBAGAI UMAT ALLAH”


 

Ibrani 4:9-10 (TB2) "Jadi, masih tersedia suatu hari perhentian, yaitu Sabat, bagi umat Allah. Sebab siapa saja yang telah masuk ke peristirahatan-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya"

 

Hebrews 4:9-10 (NET) "Consequently a Sabbath rest remains for the people of God. For the one who enters God’s rest has also rested from his works, just as God did from his own works"

 

Nas hari ini mengingatkan kita akan pentingnya perhentian atau sabat sebagai bagian dari hidup kita sebagai umat Allah. Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan menyediakan suatu peristirahatan bagi umat-Nya, sebuah waktu untuk berhenti dari segala pekerjaan dan beban hidup, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya setelah menciptakan dunia. 

 

Penulis Ibrani menegaskan bahwa masih ada hari perhentian yang tersedia bagi umat Allah. Ini bukan hanya sekadar hari libur atau istirahat fisik, tetapi juga sebuah kesempatan untuk beristirahat dalam kasih dan pemeliharaan Allah. Sabat, dalam konteks ini, lebih dari sekadar kewajiban ritual; ia adalah hadiah dari Tuhan untuk memberikan kedamaian, keseimbangan, dan persekutuan dengan-Nya.

 

"Siapa saja yang telah masuk ke peristirahatan-Nya" menggambarkan kedamaian dan ketenangan yang kita alami ketika kita sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah. Ini adalah tempat di mana kita berhenti berjuang dengan usaha kita sendiri dan membiarkan Allah bekerja dalam hidup kita. Peristirahatan ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup ini, kita tidak selalu harus berusaha dengan kekuatan kita sendiri, tetapi perlu memberi ruang bagi Allah untuk bekerja.

 

Seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya setelah menciptakan dunia, kita juga dipanggil untuk berhenti dari pekerjaan kita—baik itu pekerjaan fisik, mental, maupun spiritual—untuk menikmati perhentian yang diberikan Tuhan. Ini bukan berarti kita tidak bekerja, tetapi lebih kepada memberi waktu untuk beristirahat dan meresapi pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Perhentian ini adalah bentuk penyerahan kepada Tuhan yang mengendalikan segala sesuatu.

 

Perhentian ini, atau sabat, tidak hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga menyegarkan jiwa kita. Saat kita berhenti dan memberi ruang untuk Tuhan, kita menemukan kekuatan baru, kedamaian, dan arah dalam hidup kita. Sabat mengingatkan kita bahwa kita bukanlah pemilik segalanya—Allah adalah yang memegang kendali atas waktu dan kehidupan kita. Ketika kita berhenti, kita memberi kesempatan kepada Allah untuk mengarahkan langkah kita.

 

Ibrani 4:9-10 mengajarkan kita bahwa Tuhan menyediakan waktu untuk beristirahat dalam-Nya, yaitu sabat—sebuah waktu untuk berhenti dari pekerjaan kita dan merasakan kedamaian yang hanya datang dari Allah. Sabat bukan hanya waktu fisik untuk beristirahat, tetapi juga kesempatan untuk memperbarui hubungan kita dengan Tuhan dan menyegarkan jiwa kita. Dalam dunia yang penuh dengan kesibukan dan tekanan, mari kita belajar untuk menghargai dan menikmati perhentian yang Tuhan sediakan bagi kita, serta menyerahkan segala usaha kita ke dalam tangan-Nya.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Berikut adalah beberapa hal yang perlu kita renungkan:

 

Pertama, Sabat sebagai anugerah Tuhan. Hari perhentian atau Sabat bukan hanya sekadar hari libur atau istirahat fisik, tetapi ini adalah anugerah dari Allah bagi umat-Nya. Sabat memberikan kita kesempatan untuk berhenti sejenak dari kehidupan yang penuh tekanan dan rutinitas yang tiada habisnya. Dalam Sabat, kita diajak untuk menatap kembali tujuan hidup kita yang sejati dan menemukan kedamaian dalam hadirat Tuhan.

 

Kedua, memasuki peristirahatan Allah. Ayat ini mengingatkan kita bahwa "siapa saja yang telah masuk ke peristirahatan-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya." Peristirahatan ini mengacu pada kedamaian yang ditemukan ketika kita sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan dan berhenti bergantung pada usaha dan kekuatan kita sendiri. Ini adalah undangan untuk memasuki kedamaian yang datang dari Allah, di mana kita berhenti berjuang dengan kekuatan kita sendiri dan membiarkan Tuhan bekerja dalam hidup kita.

 

Ketiga, berhenti dari pekerjaan duniawi. Sabat mengajarkan kita untuk berhenti dari pekerjaan duniawi—baik itu pekerjaan fisik, emosional, atau mental—untuk fokus pada Tuhan. Berhenti dari pekerjaan bukan berarti kita tidak melakukan aktivitas atau tugas kita, tetapi kita diajak untuk melakukan semuanya dengan pemahaman bahwa kita bergantung pada Allah. Ini mengajarkan kita untuk mengenali keterbatasan kita sebagai manusia dan untuk menghargai waktu untuk beristirahat, merenung, dan bersekutu dengan Tuhan.

 

Keempat, Sabat sebagai penyegaran Rohani. Perhentian yang disediakan Allah adalah penyegaran bagi roh kita. Ini adalah waktu untuk merenung, berdoa, membaca Firman Tuhan, dan memperdalam hubungan kita dengan-Nya. Dalam dunia yang sibuk ini, kita sering kali melupakan pentingnya perhentian rohani, padahal itu adalah sumber kedamaian yang sejati. Sabat mengingatkan kita untuk menyadari bahwa hidup kita tidak hanya bergantung pada pencapaian duniawi, tetapi pada penyertaan dan pemeliharaan Allah.

 

Ibrani 4:9-10 mengajak kita untuk merenungkan betapa pentingnya perhentian dalam hidup kita sebagai umat Allah. Tuhan menyediakan Sabat—sebuah waktu bagi kita untuk berhenti dari segala pekerjaan kita dan memasuki peristirahatan yang ada dalam Tuhan. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk menyerahkan segala kekhawatiran dan usaha kita kepada Tuhan, serta menikmati kedamaian yang datang dari persekutuan dengan-Nya. Karena itu, di tengah kehidupan yang sibuk dan penuh tekanan, mari kita belajar untuk memberi waktu untuk berhenti, merenung, dan menemukan kedamaian dalam Tuhan. (rsnh)

 

Selamat memulai karya untuk TUHAN dalam Minggu ini

Komentar

Postingan Populer