KOTBAH JUMAT AGUNG Jumat, 18 April 2025 “YESUS MENYERAHKAN NYAWANYA” (Markus 15:33-41)
Jumat, 18 April 2025
“YESUS MENYERAHKAN NYAWANYA”
Kotbah: Markus 15:33-41 Bacaan: Zakharia 9:11-17
Pada hari ini, kita berkumpul untuk merenungkan peristiwa besar dalam sejarah keselamatan umat manusia—kematian Yesus Kristus di kayu salib. Jumat Agung adalah hari yang penuh dengan pengurbanan, ketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya bagi dosa-dosa kita. Melalui peristiwa ini, kita dipanggil untuk merenungkan kasih Allah yang luar biasa kepada kita, serta bagaimana kita merespons pengurbanan-Nya dalam hidup kita sehari-hari.
Tema Ibadah Jumat Agung hari ini “YESUS MENYERAHKAN NYAWANYA”. Dalam Markus 15:33-41, kita diajak untuk melihat proses penderitaan dan kematian Yesus yang penuh makna. Dalam teks ini, kita akan melihat bagaimana Yesus menyerahkan nyawa-Nya dan apa yang terjadi sesudah itu. Mari kita merenungkan bersama apa yang dapat kita pelajari dari pengurbanan Yesus yang besar ini.
Pertama, penderitaan Yesus yang tak terbayangkan (ay. 33-34). "Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh bumi dan berlangsung sampai jam tiga. Pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eloi, Eloi, lama sabakhtani?' yang berarti: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ay. 33-34). Saat Yesus disalibkan, gelap menyelubungi bumi dari jam dua belas hingga jam tiga sore, sebuah fenomena yang sangat luar biasa. Gelapnya bumi ini adalah tanda bahwa sesuatu yang sangat besar dan penuh penderitaan sedang terjadi. Yesus merasakan terpisah dari Bapa-Nya untuk pertama kalinya dalam hidup-Nya yang kekal. Seruan-Nya, "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?" ("Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?") menunjukkan kesendirian dan penderitaan batin yang sangat mendalam.
Apakah kita menyadari penderitaan yang Yesus alami? Yesus yang adalah Anak Allah yang kekal, yang selalu hidup dalam hubungan yang sempurna dengan Bapa-Nya, merasakan kedukaan yang luar biasa ketika Dia disingkirkan oleh dosa-dosa kita. Yesus yang tidak berdosa, menerima akibat dari dosa dunia, yaitu terpisah dari hadirat Allah. Dia merasakan kehampaan dan kesendirian yang tak terbayangkan, demi kita yang seharusnya menerima penderitaan itu. Dalam hidup kita, kita seringkali merasakan kesepian atau rasa ditinggalkan. Namun, kita bisa belajar dari Yesus bahwa meskipun kita merasa sendiri, Tuhan selalu ada bersama kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Yesus mengalami semua itu agar kita bisa hidup dalam hadirat Tuhan.
Kedua, pengurbanan yang membawa Keselamatan (ay. 35-37). "Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ, berkata: Lihat, Ia memanggil Elia! Bergegaslah seseorang mencelupkan bunga karang ke dalam anggur asam lalu melilitkannya pada sebuah buluh dan memberi Yesus minum serta berkata, Baiklah kita tunggu, dan lihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia. Yesus berseru dengan suara keras dan menghembuskan napas terakhir" (ay. 35-37). Pada saat-saat terakhir-Nya di salib, Yesus menyerahkan nyawa-Nya setelah berseru dengan suara keras. Dia mengakhiri penderitaan-Nya dengan pengurbanan yang besar—menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelesaikan misi-Nya. Yesus menghembuskan napas terakhir-Nya dengan penuh sukacita, meskipun momen itu penuh dengan penderitaan. Pengurbanan-Nya adalah penyelesaian dari rencana keselamatan Allah bagi umat manusia.
Mengapa Yesus menyerahkan nyawa-Nya? Yesus tidak mati karena kekuatan orang-orang yang menyalibkan-Nya, tetapi karena Dia memilih untuk menyerahkan hidup-Nya demi keselamatan kita. Yesus mengajarkan kita bahwa pengurbanan terbesar adalah ketika kita memberikan hidup kita untuk orang lain, bahkan untuk mereka yang tidak layak menerima kasih kita. Apakah kita menyadari bahwa pengurbanan Yesus adalah untuk menyelamatkan kita? Kita dipanggil untuk hidup dalam pengampunan dan keselamatan yang datang hanya melalui pengurbanan Yesus di salib. Apakah kita hidup dengan rasa syukur atas pengurbanan besar itu?
Ketiga, kematian Yesus yang membuka akses kepada Allah (ay. 38). "Tekoyaklah tabir baik suci menjadi dua dari atas sampai bawah" (ay. 38). Ketika Yesus menghembuskan napas terakhir-Nya, tabir Bait Suci yang memisahkan ruang kudus dengan ruang maha kudus di Bait Allah terbelah dua. Ini adalah tanda bahwa melalui kematian Yesus, kita kini memiliki akses langsung kepada Allah. Sebelumnya, hanya imam besar yang bisa masuk ke ruang maha kudus, namun dengan kematian Yesus, semua orang yang percaya kepada-Nya sekarang dapat mendekat kepada Allah tanpa perantara.
Apa makna tabir yang terbelah bagi kita? Sebelumnya, umat Allah tidak bisa datang dengan bebas ke hadapan Allah, tetapi melalui kematian Yesus, kita diberikan kebebasan untuk berhubungan langsung dengan Allah. Kematian Yesus membuka jalan bagi kita untuk menikmati persekutuan yang intim dengan Tuhan. Marilah kita memanfaatkan akses langsung ini melalui doa dan hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Yesus telah menghapuskan pemisah antara kita dan Allah, sehingga kita bisa datang dengan percaya diri ke hadirat Tuhan.
Keempat, kesaksian tentang Yesus (ay. 39-41) "Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan-Nya melihat Dia menghembuskan napas terakhir seperti itu, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini Anak Allah!” Ada juga perempuan-perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Ada juga di situ banyak Perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama Yesus (ay. 39-41). Ketika kepala pasukan melihat kematian Yesus, ia mengenali siapa Yesus sebenarnya dan mengakui-Nya sebagai Anak Allah. Ini adalah pengakuan yang sangat penting karena seseorang yang tidak mengenal Yesus sebelumnya akhirnya mengakui keilahian-Nya setelah menyaksikan pengurbanan-Nya.
Apa respons kita terhadap pengurbanan Yesus? Yesus menginginkan kita untuk mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, seperti kepala pasukan yang akhirnya mengakui keilahian-Nya setelah melihat pengurbanan-Nya. Bagaimana kita melihat Yesus dalam hidup kita? Apakah kita benar-benar mengakui Dia sebagai Anak Allah yang telah memberikan nyawa-Nya bagi kita?
Pertanyaan kita sekarang, apa bukti bahwa “Yesus menyerahkan nyawa-Nya” berdasarkan kitab Markus 15:33-41? Berikut adalah beberapa bukti yang diberikan dalam teks ini:
Pertama, gelapnya seluruh bumi (ay. 33). "Pada jam dua belas, gelaplah seluruh bumi sampai jam tiga." (ay. 33).Peristiwa gelapnya seluruh bumi dari jam dua belas hingga jam tiga adalah tanda yang luar biasa yang menunjukkan penyertaan Tuhan yang sangat dalam dalam kematian Yesus. Kejadian ini bukan hanya fenomena alam biasa, tetapi tanda penghakiman Allah atas dosa-dosa umat manusia yang dipikul oleh Yesus. Dalam Perjanjian Lama, kegelapan sering kali dikaitkan dengan tanda-tanda penderitaan dan penghakiman Tuhan (lihat Am. 8:9).
Bukti Yesus menyerahkan nyawa-Nya: Kegelapan ini menunjukkan bahwa Yesus sengaja mengalami penderitaan yang paling dalam, termasuk terpisah dari Bapa-Nya, yang membuat-Nya merasa seolah-olah telah ditinggalkan (seperti yang Dia serukan dalam Mrk. 15:34). Kegelapan ini adalah simbol dari penderitaan yang Yesus alami saat Dia menanggung dosa dunia.
Kedua, seruan Yesus kepada Allah (ay. 34). "Pada jam tiga Yesus berseru dengan suara keras: 'Eloi, Eloi, lama sabakhtani?' artinya: 'Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?'" (ay. 34). Yesus berseru kepada Allah dengan suara keras, "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?" yang artinya "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Ini adalah momen yang sangat emosional dan penuh dengan makna. Yesus, yang selama hidup-Nya selalu berada dalam hubungan yang sempurna dengan Bapa, sekarang merasa terpisah karena dosa dunia yang Dia pikul. Dia menyerahkan nyawa-Nya dengan penuh kesadaran bahwa Dia harus menanggung dosa-dosa umat manusia. Bukti Yesus menyerahkan nyawa-Nya: Seruan Yesus ini menunjukkan kesadaran penuh akan penderitaan-Nya. Yesus tahu bahwa Dia harus mati untuk menebus dosa-dosa kita. Dia memilih untuk menanggung kesepian dan terpisah dari Allah sebagai bagian dari pengurbanan-Nya.
Ketiga, Yesus menghembuskan napas terakhir-Nya secara sukarela (ay. 37). "Tetapi Yesus berseru dengan suara keras dan menyerahkan nyawa-Nya." (ay. 15:37). Yesus menyerahkan nyawa-Nya dengan suara keras, yang menunjukkan bahwa kematian-Nya bukanlah akibat dari kelelahan atau kehendak orang lain, tetapi adalah keputusan Yesus sendiri untuk menyerahkan hidup-Nya. Dia tidak mati karena kekuatan manusia atau karena kondisi fisik-Nya, tetapi Dia memilih untuk mengakhiri hidup-Nya demi menyelesaikan misi-Nya.
Bukti Yesus menyerahkan nyawa-Nya: Yesus tidak mati karena kehilangan nyawa-Nya, tetapi Dia menyerahkan nyawa-Nya dengan kehendak bebas-Nya. Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Sang Juruselamat yang datang dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk mati di kayu salib demi keselamatan umat manusia.
Keempat, tindak lanjut dari kematian Yesus (ay. 38). "Pada waktu itu juga tabir baik suci terbelah dua dari atas sampai bawah." (ay. 38). Ketika Yesus mati, tabir baik suci yang memisahkan tempat kudus dan ruang maha kudus di Bait Allah terbelah dua dari atas ke bawah. Ini adalah tanda bahwa melalui kematian Yesus, akses langsung kepada Allah kini terbuka bagi semua orang. Tabir yang terbelah ini menunjukkan bahwa kematian Yesus menghapuskan pemisah antara umat manusia dengan Tuhan. Melalui darah-Nya, kita sekarang dapat datang langsung kepada Allah tanpa perantara.
Bukti Yesus menyerahkan nyawa-Nya: Peristiwa ini menunjukkan bahwa kematian Yesus membuka jalan baru bagi umat manusia untuk mendekat kepada Allah. Dengan menyerahkan nyawa-Nya, Yesus membawa pemulihan hubungan antara Allah dan umat-Nya.
Kelima, pengakuan kepala pasukan (ay. 39). "Ketika kepala pasukan yang berdiri di depan Yesus melihat bahwa Ia telah meninggal demikian, katanya: 'Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!'" (ay. 39). Kepala pasukan yang mengawasi penyaliban Yesus mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah setelah melihat cara Yesus menyerahkan nyawa-Nya. Pengakuan ini sangat signifikan karena seseorang yang tidak mengenal Yesus sebelumnya, setelah melihat sikap Yesus yang penuh kasih dan keteguhan dalam penderitaan, akhirnya mengakui keilahian-Nya.
Bukti Yesus menyerahkan nyawa-Nya: Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus bukan hanya sekadar peristiwa fisik, tetapi peristiwa yang menggugah dan mengungkapkan identitas-Nya sebagai Anak Allah. Bahkan orang yang tidak percaya pun menyaksikan dan mengakui bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan.
Pada Jumat Agung ini, kita diingatkan untuk merenungkan pengurbanan Yesus yang luar biasa. Yesus menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib dengan sukacita untuk menyelesaikan rencana keselamatan Allah bagi umat manusia. Pengurbanan-Nya membuka jalan bagi kita untuk mengalami pengampunan dosa, bersekutu dengan Allah, dan memiliki hidup yang kekal.
Melalui Markus 15:33-41, kita melihat bukti-bukti yang jelas bahwa Yesus dengan sengaja dan penuh sukarela menyerahkan nyawa-Nya. Kegelapan yang menyelimuti bumi, seruan Yesus yang penuh penderitaan, keputusan-Nya untuk menyerahkan hidup-Nya, tabir yang terbelah, dan pengakuan kepala pasukan semuanya menunjukkan bahwa kematian Yesus adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Yesus memilih untuk menyerahkan nyawa-Nya demi kita, untuk menghapuskan dosa dan membuka jalan bagi kita untuk mengalami kehidupan yang kekal bersama Allah. Marilah kita merespons pengurbanan-Nya dengan hidup yang penuh syukur, hidup dalam pengampunan-Nya, dan mengikuti teladan kasih-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam rangka Peringatan Kematian Yesus Kristus hari ini? Ada beberapa hal penting yang harus kita renungkan dan hayati, yakni:
Pertama, pengurbanan untuk menebus manusia dari hutang dosa. Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus dosa umat manusia. Sebelum Yesus, dalam PL, pengampunan dosa dilakukan dengan cara mempersembahkan kurban binatang, namun kurban tersebut hanya sementara dan harus dilakukan berulang kali. Yesus datang sebagai kurban yang sempurna, yang mengurbankan diri-Nya sekali untuk selamanya, untuk menghapus dosa umat manusia.Dalam Yohanes 3:16, dikatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Dengan menyerahkan nyawa-Nya, Yesus memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi dosa-dosa kita.
Kedua, memenuhi kehendak Allah dan menyelesaikan rencana Keselamatan. Yesus menyerahkan nyawa-Nya karena itu adalah bagian dari rencana keselamatan Allah. Sejak awal penciptaan, sudah ada rencana bahwa Yesus akan datang ke dunia sebagai Juruselamat, yang akan mengorbankan diri-Nya untuk menebus umat manusia dari dosa. Dalam Matius 26:39, Yesus berdoa di Taman Getsemani, "Janganlah seperti yang Kusinginkan, tetapi seperti yang Engkau kehendaki." Yesus dengan sadar dan sukarela memenuhi kehendak Bapa-Nya untuk memberikan diri-Nya sebagai kurban penghapus dosa. Melalui kematian Yesus, Allah menyelesaikan perjanjian keselamatan yang dijanjikan sejak zaman Adam dan Hawa. Dengan menyerahkan nyawa-Nya, Yesus membawa kepada pemenuhan janji yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh umat manusia.
Ketiga, mengalahkan dosa dan maut. Kematian Yesus di salib adalah kemenangan atas dosa dan maut. Dalam 1 Korintus 15:55-57, dikatakan, "Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Melalui kematian-Nya, Yesus menanggung hukuman atas dosa dunia dan mengalahkan kuasa maut, memberikan kita harapan hidup kekal. Dengan menyerahkan nyawa-Nya, Yesus membuka jalan bagi kita untuk menerima keselamatan dan hidup yang kekal bersama Allah.
Keempat, menunjukkan Kasih yang tak terbatas. Yesus menyerahkan nyawa-Nya sebagai bentuk kasih-Nya yang tak terbatas kepada kita. Dalam Roma 5:8, dikatakan, "Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."Yesus tidak menyerahkan nyawa-Nya karena kita layak, tetapi karena kasih-Nya yang besar kepada umat manusia. Dia rela menderita dan mati untuk kita yang tidak layak, sebagai bentuk kasih yang tidak terhingga. Kasih Yesus yang ditunjukkan dalam pengurbanan-Nya adalah teladan cinta yang sejati. Yesus mengajarkan kita bahwa kasih sejati adalah kasih yang rela berkurban demi kebaikan orang lain, tanpa memperhatikan apakah orang tersebut layak menerimanya atau tidak.
Kelima, memberikan contoh kehidupan yang penuh pengurbanan. Dengan menyerahkan nyawa-Nya, Yesus memberikan teladan hidup yang penuh pengurbanan dan pelayanan kepada orang lain. Dalam Markus 10:45, Yesus mengatakan, "Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Melalui hidup-Nya yang penuh kasih dan pengurbanan, Yesus menunjukkan bahwa hidup yang sejati adalah hidup yang mendedikasikan diri untuk Tuhan dan untuk orang lain, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Yesus mengajarkan kita bahwa pengurbanan adalah jalan untuk hidup yang penuh arti, dan hidup yang berfokus pada orang lain dan kehendak Tuhan akan membawa kita pada kehidupan yang kekal.
"Yesus menyerahkan nyawa-Nya" adalah tindakan yang luar biasa yang memiliki banyak makna: pengurbanan untuk pengampunan dosa, pemenuhan rencana keselamatan Allah, kemenangan atas dosa dan maut, penunjukan kasih yang tak terbatas, teladan hidup yang penuh pengurbanan, dan pembukaan akses langsung kepada Allah. Semua ini adalah bagian dari pengurbanan Yesus di salib untuk menyelamatkan kita. Karena itu, sebagai respons kita, marilah kita hidup dengan syukur dan penghormatan, mengingat bahwa pengurbanan Yesus adalah pemberian terbesar yang pernah ada, yang mengubah hidup kita selamanya. Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita, dan kita dipanggil untuk hidup mengikuti teladan-Nya dalam kasih dan pelayanan kepada sesama. (rsnh)
Selamat merayakan Hari Kematian Yesus Kristus!!!
Komentar
Posting Komentar