Renungan hari ini: “KASIH ALLAH YANG LUAR BIASA” (Lukas 15:7)

 Renungan hari ini:

 

KASIH ALLAH YANG LUAR BIASA


 

Lukas 15:7 (TB2) "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan"

 

Luke 15:7 (NET) "I tell you, in the same way there will be more joy in heaven over one sinner who repents than over ninety-nine righteous people who have no need to repent"

 

Nas hari ini mengajarkan kepada kita tentang kasih Allah yang luar biasa terhadap setiap individu. Ayat ini merupakan bagian dari perumpamaan Yesus tentang domba yang hilang, di mana seorang gembala rela meninggalkan sembilan puluh sembilan domba di padang untuk mencari satu yang tersesat. Ketika domba itu ditemukan, ada sukacita besar.

 

Pesan utama dari ayat ini adalah bahwa Allah sangat mengasihi setiap orang, terutama mereka yang tersesat dan akhirnya bertobat. Dunia sering kali menghargai jumlah besar—sembilan puluh sembilan mungkin terlihat lebih berarti daripada satu. Namun, di mata Tuhan, satu jiwa yang kembali kepada-Nya lebih berharga dari sekadar angka. Ini menunjukkan bahwa pertobatan memiliki tempat istimewa dalam hati Tuhan.

Bagi kita, ayat ini mengundang refleksi dalam beberapa hal:

 

Pertama, Kasih Allah yang personal. Tuhan tidak melihat kita sebagai sekadar bagian dari kelompok besar, tetapi sebagai individu yang berharga. Setiap pertobatan disambut dengan sukacita besar di surga.

 

Kedua, panggilan untuk mencari yang terhilang. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memiliki hati seperti Kristus, yang peduli pada mereka yang jauh dari Tuhan. Jangan pernah meremehkan satu jiwa yang kembali kepada-Nya.

 

Ketiga, menguji hati kita sendiri. Apakah kita bersukacita atas pertobatan orang lain, atau justru merasa lebih unggul karena kita merasa “tidak perlu bertobat”? Ayat ini mengingatkan kita untuk memiliki kerendahan hati dan kasih seperti Allah. Apakah kita turut bersukacita ketika seseorang kembali kepada Tuhan? Atau kita lebih fokus pada kesalehan kita sendiri? Kiranya kita selalu memiliki hati yang penuh kasih, seperti Bapa di surga, yang merindukan setiap anak-Nya kembali kepada-Nya.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Ada beberapa hal yang bisa kita renungkan dari Lukas 15:7:

 

Pertama, Kasih Allah yang tidak bersyaratAllah tidak hanya mengasihi mereka yang sudah berada di jalur yang benar, tetapi juga mereka yang tersesat. Kasih-Nya tidak terbatas hanya kepada orang-orang yang sudah hidup dalam kebenaran, tetapi justru mengejar dan menanti pertobatan orang-orang yang jatuh dalam dosa.

 

Kedua, sukacita di Surga atas pertobatanSering kali kita berpikir bahwa Tuhan lebih senang dengan mereka yang tidak pernah gagal atau tersesat. Namun, ayat ini justru menekankan bahwa sukacita di surga sangat besar ketika satu orang berdosa bertobat. Ini menunjukkan betapa pentingnya setiap individu di mata Tuhan.

 

Ketiga, Allah tidak menyerah mencari yang hilangSeperti seorang gembala yang meninggalkan 99 domba untuk mencari satu yang hilang, Tuhan tidak pernah berhenti mencari dan menunggu mereka yang tersesat. Dia dengan sabar menanti, mengundang, dan membuka jalan bagi setiap orang untuk kembali kepada-Nya.

 

Keempat, sikap kita terhadap pertobatan orang lainApakah kita bersukacita ketika seseorang bertobat dan kembali kepada Tuhan, atau kita justru bersikap seperti orang Farisi yang merasa lebih benar dan sulit menerima kasih karunia bagi orang lain? Lukas 15:7 menantang kita untuk memiliki hati seperti Tuhan—hati yang penuh kasih dan sukacita saat melihat orang lain kembali kepada-Nya.

 

Kelima, kita semua membutuhkan pertobatan.

Yesus menyebut tentang "sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan". Namun, realitanya, semua orang membutuhkan pertobatan. Kita tidak boleh merasa cukup benar hingga mengabaikan kebutuhan kita akan kasih karunia dan pembaruan dari Tuhan setiap hari.

 

Lukas 15:7 mengajarkan bahwa Allah adalah Bapa yang penuh kasih dan selalu menantikan pertobatan anak-anak-Nya. Dia bersukacita bukan karena kesempurnaan manusia, tetapi karena hati yang mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Karena itu, apakah kita memiliki hati yang terbuka untuk bertobat setiap hari? Apakah kita juga bersukacita saat melihat orang lain kembali kepada Tuhan? Kiranya kita selalu hidup dalam kasih dan anugerah-Nya(rsnh)

 

Selamat berakhir pekan besok kita beribadah kepada TUHAN

Komentar

Postingan Populer