KOTBAH MINGGU SEPTUAGESIMA Minggu, 16 Pebruari 2025 “TUHAN PENGHARAPAN KITA” (Yeremia 17:12-18)
Minggu, 16 Pebruari 2025
“TUHAN PENGHARAPAN KITA”
Kotbah: Yeremia 17:12-18 Bacaan: Kolose 1:24-29
Minggu ini kita memasuki Minggu Septuagesima. Tujuh puluh hari sebelum Paskah/Kebangkitan Yesus Kristus (70 ari dijolo ni ari Haheheon ni Tuhan Jesus Kristus). Dalam minggu ini kita akan membahas tema “TUHAN Pengharapan Kita”. Perikop kotbah ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah penguasa yang kekal dan takhta-Nya tidak tergoyahkan. Pengharapan dalam Tuhan berarti kita percaya bahwa Dia tidak berubah, tetap berdaulat, dan selalu memegang janji-Nya. Pengharapan kepada Tuhan tidak pernah sia-sia karena Dia adalah Allah yang tetap setia dari dulu, sekarang, dan selamanya (Ibr. 13:8). Dunia bisa berubah, manusia bisa mengecewakan, tetapi Tuhan tetap menjadi sumber harapan sejati.
Kitab Yeremia 17:12-18 mengajarkan kepada kita bagaimana kita dapat menemukan pengharapan sejati dalam Tuhan.
Pertama, Tuhan adalah tempat Perlindungan yang Kekal (ay. 12-13). Yeremia memulai dengan menyatakan bahwa takhta kemuliaan Tuhan tetap tinggi sejak dahulu. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak berubah dan tetap berdaulat atas segala sesuatu. Ia adalah tempat perlindungan yang kekal bagi orang-orang yang mencari Dia. Namun, mereka yang meninggalkan Tuhan akan dipermalukan dan seperti nama yang tertulis di tanah yang mudah terhapus. Ini menjadi peringatan bagi kita agar tetap setia kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber harapan sejati.
Kedua, Tuhan adalah Sumber Kesembuhan dan Keselamatan (ay. 14). Yeremia berseru kepada Tuhan, “Sembuhkanlah aku, maka aku akan sembuh, selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!” Ayat ini mengajarkan bahwa hanya Tuhan yang dapat menyembuhkan luka-luka hati dan memberikan keselamatan sejati. Saat kita menghadapi penderitaan, jangan mencari pengharapan di tempat lain, tetapi datanglah kepada Tuhan yang berkuasa menyembuhkan dan menyelamatkan.
Ketiga, Tuhan adalah Pembela bagi orang yang percaya (ay. 15-18). Dalam ayat 15-16, Yeremia menghadapi ejekan dari orang-orang yang meragukan nubuatannya. Mereka berkata, "Mana firman Tuhan itu? Biarlah genaplah!" Namun, Yeremia tetap berpegang teguh pada kebenaran Tuhan. Ia tidak membalas dengan kekuatan sendiri, tetapi menyerahkan pembelaannya kepada Tuhan. Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi tekanan dan ketidakadilan, kita tidak perlu takut atau membalas dengan kekuatan sendiri. Tuhan adalah pembela kita yang akan bertindak pada waktu-Nya.
Pada ayat 17-18, Yeremia memohon agar Tuhan tidak menjadi kegentaran baginya, tetapi menjadi perlindungan di hari kesusahan. Yeremia percaya bahwa Tuhan akan bertindak melawan musuh-musuhnya dan memberikan kemenangan bagi umat-Nya.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah pengharapan Yeremia kepada TUHAN saat dia menghadapi para musuhnya? Berdasarkan Yeremia 17:12-18, pengharapan Yeremia kepada Tuhan mencakup beberapa hal penting:
Pertama, Yeremia berharap Tuhan adalah tempat Perlindungan yang Kekal (ay. 12-13). Yeremia berharap kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber perlindungan sejati. Ia menyatakan bahwa takhta kemuliaan Tuhan tetap tinggi sejak dahulu dan bahwa mereka yang meninggalkan Tuhan akan mengalami kehancuran. Ia percaya bahwa mereka yang berpaling dari Tuhan akan mendapat malu, tetapi mereka yang berharap kepada Tuhan akan dikuatkan.
Kedua, Yeremia berharap Tuhan adalah Sumber Kesembuhan dan Keselamatan (ay. 14). Yeremia berdoa, “Sembuhkanlah aku, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat.” Hal ini menunjukkan bahwa ia berharap sepenuhnya kepada Tuhan untuk menyembuhkan dan menyelamatkannya, baik secara fisik, emosional, maupun rohani.
Ketiga, Yeremia berharap Tuhan adalah Pembela terhadap Penghinaan (ay. 15-16). Yeremia menghadapi ejekan dari orang-orang yang meragukan nubuatannya dan menantang janji Tuhan. Namun, ia tetap percaya bahwa Tuhan tidak akan mengecewakannya. Ia menegaskan bahwa ia setia dalam tugasnya sebagai nabi dan tidak pernah menginginkan malapetaka atas bangsanya, tetapi hanya menyampaikan firman Tuhan.
Keempat, Yeremia berharap Tuhan akan membelanya dan membalaskan orang fasik (ay. 17-18). Yeremia memohon kepada Tuhan agar tidak menjadikannya takut di tengah kesusahan. Ia meminta Tuhan untuk mempermalukan musuh-musuhnya dan membalas mereka dengan keadilan, bukan karena balas dendam pribadi, tetapi karena mereka telah menentang Tuhan sendiri. Jadi, pengharapan Yeremia kepada Tuhan adalah bahwa Tuhan akan menjadi perlindungan, kesembuhan, pembela, dan hakim yang adil. Yeremia mempercayakan seluruh hidupnya kepada Tuhan dan yakin bahwa Tuhan akan bertindak sesuai dengan keadilan-Nya.
RENUNGAN
Apakah yang hendak kita renungkan dan hayati dari kotbah Minggu Septuagesima ini? Dari tema “TUHAN PENGHARAPAN KITA” berdasarkan Yeremia 17:12-18, ada beberapa hal yang perlu direfleksikan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya:
Pertama, jadikan Tuhan sebagai Sumber Pengharapan Sejati. Yeremia menegaskan bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan yang kekal (ay. 12). Namun, banyak orang lebih mengandalkan kekuatan sendiri, harta, jabatan, atau manusia sebagai sandaran hidup. Kita perlu bertanya pada diri sendiri: Apakah kita sungguh mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita? Apakah kita mencari Tuhan terlebih dahulu sebelum mencari solusi di dunia ini?
Kedua, percayai Tuhan dalam Proses Kesembuhan dan Keselamatan kita. Yeremia berseru, “Sembuhkanlah aku, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat” (ay. 14). Ini menunjukkan ketergantungan penuh kepada Tuhan dalam segala hal, baik secara fisik, emosional, maupun rohani. Dalam menghadapi masalah dan penderitaan, apakah kita sungguh percaya bahwa Tuhan mampu menyembuhkan dan menyelamatkan kita? Atau justru kita lebih sering meragukan kuasa-Nya dan mencari solusi sendiri?
Ketiga, setialah saat dihadapkan pada tantangan dan ejekan. Yeremia menghadapi cemoohan dari orang-orang yang meragukan firman Tuhan (ay. 15). Namun, ia tetap setia dan percaya bahwa Tuhan akan membelanya. Apakah kita tetap setia kepada Tuhan meskipun menghadapi tantangan, penolakan, atau ejekan dari orang lain? Bagaimana kita merespons saat iman kita diuji? Apakah kita tetap berpegang teguh pada kebenaran Tuhan?
Keempat, berserah kepada Tuhan sebagai Pembela Kita. Yeremia tidak membalas musuh-musuhnya dengan kekuatannya sendiri, tetapi ia menyerahkan semuanya kepada Tuhan (ay. 17-18). Saat menghadapi ketidakadilan atau fitnahan, apakah kita menyerahkan pembelaan kepada Tuhan atau membalas dengan cara kita sendiri? Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan bertindak dengan adil dalam waktu-Nya? Karena itu, mari kita terus mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan, berserah kepada-Nya, dan percaya bahwa Tuhan adalah pengharapan yang tidak pernah mengecewakan! (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Komentar
Posting Komentar