KOTBAH MINGGU IV SETELAH EPIPHANIAS Minggu, 09 Pebruari 2025 “DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA” (Lukas 5:1-11)
KOTBAH MINGGU IV SETELAH EPIPHANIAS
Minggu, 09 Pebruari 2025
“DIPANGGIL MENJADI PENJALA MANUSIA”
Kotbah: Lukas 5:1-11 Bacaan: Amsal 3:1-8
Dalam Minggu ini kita memasuki Minggu V Setelah Epipahnias. Tema kotbah yang akan kita renungkan “Dipanggil menjadi Penjala Manusia”. Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita, tetapi juga memberikan misi untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan-Nya. Dalam Lukas 5:1-11, kita melihat bagaimana Yesus memanggil Simon Petrus dan kawan-kawannya untuk menjadi penjala manusia. Dari kisah ini, kita akan belajar bagaimana Tuhan memanggil, membentuk, dan mengutus kita untuk melayani-Nya.
Pertama, Yesus memanggil kita di tengah kehidupan sehari-hari (ay. 1-3). Yesus datang kepada Simon ketika ia sedang bekerja sebagai nelayan. Tuhan sering memanggil kita bukan dalam situasi luar biasa, tetapi dalam keseharian kita. Apakah kita peka terhadap panggilan Tuhan dalam aktivitas sehari-hari kita? Tuhan bisa memakai pekerjaan, keluarga, atau bahkan tantangan hidup untuk memanggil kita kepada misi-Nya.
Kedua, taat kepada Perintah Tuhan (ay. 4-7). Yesus memerintahkan Simon untuk kembali menebarkan jala meskipun sebelumnya mereka gagal mendapatkan ikan. Simon bersedia taat, walaupun secara logika ia sudah berpengalaman sebagai nelayan dan tahu bahwa itu bukan waktu terbaik untuk menangkap ikan. Hasilnya? Mereka mendapatkan tangkapan yang luar biasa. Kadang Tuhan meminta kita melakukan sesuatu yang di luar pemahaman kita, tetapi ketaatan membawa mukjizat. Apakah kita siap menaati Tuhan bahkan ketika itu tampak tidak masuk akal?
Ketiga, merendahkan diri di hadapan Tuhan (ay. 8-10a). Melihat mukjizat yang terjadi, Simon menyadari keberdosaannya dan merasa tidak layak. Tuhan sering kali memakai orang-orang yang rendah hati dan menyadari keterbatasan mereka. Tuhan tidak mencari orang yang sempurna, tetapi mereka yang mau dibentuk dan dipakai oleh-Nya.
Keempat, dipanggil untuk menjadi penjala manusia (ay. 10b-11). Yesus memberikan panggilan baru kepada Simon: bukan lagi menangkap ikan, tetapi menangkap manusia bagi Kerajaan Allah. Simon dan teman-temannya meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Panggilan Tuhan selalu lebih besar dari sekadar kehidupan duniawi. Apakah kita bersedia meninggalkan kenyamanan dan mengikuti panggilan Tuhan?
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah cara kita agar mampu menjadi Penjala manusia? Dalam Lukas 5:1-11, Yesus memanggil Simon Petrus dan kawan-kawannya untuk menjadi penjala manusia—menjangkau orang lain bagi Kerajaan Allah. Dari peristiwa ini, ada beberapa prinsip penting yang bisa kita pelajari agar kita juga mampu menjadi penjala manusia.
Pertama, peka terhadap panggilan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari (ay. 1-3). Yesus memanggil Simon Petrus ketika ia sedang melakukan pekerjaan sehari-harinya sebagai nelayan. Tuhan sering kali memanggil kita di tempat dan situasi yang biasa—melalui pekerjaan, interaksi dengan orang lain, atau peristiwa hidup. Peka terhadap kesempatan berbagi firman Tuhan kepada orang di sekitar kita. Menggunakan setiap aspek kehidupan untuk menjadi saksi Kristus, termasuk dalam pekerjaan dan keluarga.
Kedua, bersedia taat kepada perintah Tuhan (ay. 4-7). Yesus memerintahkan Simon untuk kembali menebarkan jala, meskipun ia sudah bekerja sepanjang malam dan tidak mendapatkan hasil. Simon menurut dan akhirnya mengalami mukjizat besar. Menaati panggilan Tuhan meskipun itu tampak sulit atau tidak masuk akal. Tidak takut gagal dalam pelayanan atau dalam usaha menjangkau orang lain.
Ketiga, memiliki hati yang rendah dan sadar akan keterbatasan diri (ay. 8-10a). Ketika Simon melihat kuasa Yesus, ia langsung menyadari keberdosaannya dan merasa tidak layak. Tuhan memakai orang yang rendah hati, bukan yang mengandalkan kekuatan sendiri. Menyadari bahwa pelayanan dan panggilan untuk menjangkau jiwa adalah anugerah Tuhan, bukan karena kehebatan kita. Bergantung kepada Tuhan dalam setiap langkah pelayanan.
Keempat, bersedia meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus (ay. 10b-11). Setelah Yesus memanggil Simon dan teman-temannya untuk menjadi penjala manusia, mereka langsung meninggalkan segalanya dan mengikut Yesus. Mengikut Yesus berarti memprioritaskan panggilan-Nya lebih dari segala sesuatu. Bersedia mengorbankan kenyamanan demi misi Tuhan. Menjadikan penginjilan dan membawa orang lain kepada Kristus sebagai prioritas hidup.
RENUNGAN
Apa yang perlu kita renungkan dalam Minggu V Setelah Epiphanias ini? Dalam Lukas 5:1-11, Yesus memanggil Simon Petrus dan rekan-rekannya untuk meninggalkan pekerjaan mereka sebagai nelayan dan menjadi penjala manusia—yaitu menjangkau orang-orang bagi Kerajaan Allah. Dari kisah ini, ada beberapa hal yang perlu kita refleksikan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya:
Pertama, panggilan Tuhan dapat datang dalam keseharian kita. Yesus datang kepada Simon saat ia sedang menjalani rutinitasnya sebagai nelayan. Tuhan sering kali memanggil kita bukan dalam keadaan yang luar biasa, tetapi dalam keseharian kita—melalui pekerjaan, interaksi dengan orang lain, atau peristiwa hidup.
Kedua, ketaatan meskipun tidak masuk akal. Yesus menyuruh Simon menebarkan jala kembali setelah semalaman mereka gagal mendapatkan ikan. Meskipun ragu, Simon taat dan hasilnya luar biasa.
Ketiga, kerendahan hati dan kesadaran akan kelemahan diri. Setelah melihat mukjizat, Simon menyadari keberdosaannya dan merasa tidak layak di hadapan Yesus. Tuhan tidak mencari orang yang sempurna, tetapi orang yang sadar akan keterbatasannya dan mau dibentuk.
Keempat, meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus. Setelah panggilan Yesus, Simon dan teman-temannya meninggalkan segalanya dan mengikuti-Nya. Mengikut Yesus berarti menempatkan panggilan-Nya sebagai prioritas utama dalam hidup.
Kelima, misi menjadi penjala manusia. Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk menjadi penjala manusia, yaitu membawa orang lain kepada Tuhan. Setiap orang percaya dipanggil untuk melayani dan bersaksi tentang kasih Kristus kepada dunia. Karena itu, Kisah panggilan Simon Petrus mengajarkan kita bahwa Tuhan memanggil setiap orang percaya untuk menjadi penjala manusia—bukan hanya pendeta atau misionaris, tetapi setiap kita dalam kehidupan sehari-hari. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Komentar
Posting Komentar