Renungan hari ini: “SUMPAH MEMILIKI MAKNA SEBAGAI TANDA PENGUATAN DAN PENYELESAIAN” (Ibrani 6:16)

 Renungan hari ini:

 

“SUMPAH MEMILIKI MAKNA SEBAGAI TANDA PENGUATAN DAN PENYELESAIAN”


 

Ibrani 6:16 (TB2) "Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala perbantahan"

 

Hebrews 6:16 (NET) "For people swear by something greater than themselves, and the oath serves as a confirmation to end all dispute"

 

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menggunakan sumpah untuk meneguhkan janji atau pernyataan, terutama dalam situasi di mana kepercayaan dipertaruhkan. Sumpah itu diberikan atas nama sesuatu atau seseorang yang dianggap lebih tinggi, untuk memperkuat komitmen dan menyelesaikan perselisihan. Dalam Ibrani 6:16, kita diajak untuk merenungkan bagaimana sumpah yang diberikan memiliki makna sebagai tanda penguatan dan penyelesaian.

 

Ayat ini mengungkapkan bahwa manusia cenderung mencari kepastian dalam hubungan mereka dengan sesama. Ketika ada perselisihan atau keraguan, sumpah menjadi cara untuk mengakhiri perbantahan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan untuk mempercayai satu sama lain tanpa penguatan tambahan.

 

Sumpah dilakukan atas nama otoritas yang lebih tinggi karena manusia mengakui adanya kekuatan atau nilai yang lebih besar daripada dirinya. Dalam konteks rohani, hal ini mengingatkan kita untuk selalu menyandarkan janji dan komitmen kita kepada Allah, yang adalah otoritas tertinggi. Firman-Nya adalah ya dan amin (2 Kor. 1:20), sehingga sumpah yang terkait dengan janji Allah pasti akan ditepati.

 

Dalam ayat-ayat berikutnya (Ibr. 6:17-18), penulis menekankan bahwa Allah memberikan janji-Nya disertai sumpah sebagai penguatan bagi kita. Allah, yang tidak pernah berdusta, memberikan pengharapan yang kokoh kepada orang percaya. Ini menunjukkan bahwa jika manusia mencari kepastian melalui sumpah, Allah sendiri telah memberikan kepastian tertinggi melalui janji-Nya yang tidak berubah.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Dari nas ini, ada beberapa hal yang dapat direnungkan:

 

Pertama, kebutuhan akan otoritas yang lebih tinggi. Manusia secara alami mencari sesuatu atau seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi sebagai dasar untuk memperkuat pernyataan atau komitmennya. Hal ini menunjukkan keterbatasan manusia dalam memastikan kebenaran atau keadilan hanya melalui dirinya sendiri. Renungan ini mengingatkan kita bahwa otoritas tertinggi sebenarnya hanya ada pada Allah, yang menjadi landasan tertinggi dalam setiap keputusan dan janji.

 

Kedua, pentingnya kepercayaan dan kesetiaan. Sumpah biasanya digunakan untuk menghilangkan keraguan dalam hubungan antarmanusia. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan betapa pentingnya menjaga kepercayaan dan kesetiaan dalam hidup sehari-hari. Jika manusia membutuhkan sumpah untuk menyelesaikan perselisihan, kita diingatkan untuk hidup sebagai orang yang berintegritas, sehingga perkataan kita dapat dipercaya tanpa memerlukan penguatan tambahan.

 

Ketiga, Allah sebagai Pribadi yang tidak pernah gagal menepati Janji-Nya. Dalam konteks Ibrani 6, Allah memberikan janji kepada Abraham, disertai sumpah, untuk menegaskan kepastian janji-Nya. Allah yang sempurna tidak perlu bersumpah, tetapi Dia melakukannya demi meyakinkan umat-Nya akan kesetiaan-Nya. Renungan ini mengajarkan kita untuk menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Allah, yang tidak pernah mengingkari janji-Nya.

 

Keempat, mengakhiri perselisihan dengan bijak. Ayat ini menunjukkan bahwa sumpah digunakan untuk menyelesaikan perselisihan. Kita diingatkan untuk menjadi pembawa damai dan mengakhiri konflik dengan cara yang bijaksana. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat merenungkan bagaimana ucapan atau tindakan kita dapat menjadi jalan untuk mendamaikan, bukan memperkeruh masalah.

 

Kelima, integritas dalam perkataan. Ayat ini juga mengarahkan kita untuk merenungkan bagaimana kita dapat menjadi pribadi yang jujur, sehingga perkataan kita memiliki bobot dan tidak memerlukan sumpah untuk dianggap serius. Sebagaimana Yesus mengajarkan dalam Matius 5:37, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak." Karena itu, melalui ayat ini, kita diajak untuk hidup dengan menjadikan Allah sebagai pusat otoritas dan meneladani kesetiaan serta integritas-Nya dalam hidup kita sehari-hari. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Komentar

Postingan Populer