KOTBAH MINGGU I SETELAH EPIPHANIAS Minggu, 12 Januari 2025 “DIUTUS UNTUK MEMBERITAKAN FIRMAN TUHAN” (Kisah 8:14-25)
KOTBAH MINGGU I SETELAH EPIPHANIAS
Minggu, 12 Januari 2025
“DIUTUS UNTUK MEMBERITAKAN FIRMAN TUHAN”
Khotbah: Kisah 8:14-25 Bacaan: Mazmur 40:1-6
Hari ini kita memasuki Minggu 1 Setelah Epiphanias (berarti menampilkan, menjadi kelihatan, tampil). Minggu ini kita akan membahas tema “Diutus untuk Memberitakan Firman TUHAN”. “Diutus” berarti dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan untuk suatu tujuan khusus, yaitu menyampaikan kabar baik tentang keselamatan melalui Yesus Kristus. Dalam Alkitab, panggilan ini diberikan kepada semua orang percaya, seperti yang tertulis dalam Matius 28:19-20 (Amanat Agung) bahwa kita diminta untuk "pergi dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan." Kita tidak melayani atas kehendak sendiri, tetapi karena Tuhan memanggil dan mengutus kita untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya di dunia.
“Memberitakan Firman Tuhan” adalah tindakan menyampaikan kebenaran Injil kepada semua orang, baik melalui perkataan, perbuatan, maupun kesaksian hidup. Firman Tuhan mencakup kabar tentang kasih, pengampunan, dan keselamatan yang diberikan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Tanggung jawab ini melibatkan ketekunan, keberanian, dan komitmen untuk menyampaikan Firman Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita, meskipun ada tantangan atau penolakan.
Orang yang diutus untuk memberitakan Firman Tuhan adalah perwakilan Tuhan di dunia. Seperti rasul-rasul dalam Kisah Para Rasul 8:14-25, kita dipakai Tuhan untuk membawa terang ke tempat-tempat yang gelap dan membawa harapan kepada mereka yang terhilang. Kita dipanggil untuk menjadi saksi yang hidup, membawa perubahan positif di dunia dengan menghidupi nilai-nilai Kristus seperti kasih, pengampunan, keadilan, dan kebenaran.
Diutus untuk memberitakan Firman Tuhan tidak dilakukan dengan kekuatan manusia, melainkan dengan kuasa Roh Kudus. Dalam Kisah Para Rasul 1:8, Yesus berkata bahwa Roh Kudus akan memberikan kuasa kepada murid-murid-Nya untuk menjadi saksi di seluruh dunia. Tugas ini tidak dilakukan sendiri. Roh Kudus memberikan hikmat, keberanian, dan kuasa untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan dengan penuh kasih dan kesaksian yang otentik.
Tema “Diutus untuk Memberitakan Firman Tuhan” mengingatkan kita bahwa sebagai orang percaya, kita memiliki panggilan istimewa dari Tuhan untuk menjadi saksi-Nya. Ini adalah tanggung jawab yang mulia, tetapi juga tugas yang membutuhkan kesetiaan, ketekunan, dan ketergantungan pada kuasa Roh Kudus.
Dari perikop kotbah ini kita dapat belajar beberapa hal, yakni:
Pertama, Kabar Baik tersebar dan diberitakan (ay. 14-17). Dalam Kisah Para Rasul 8:14-17, kita membaca bahwa para rasul di Yerusalem mendengar bahwa Samaria telah menerima Firman Tuhan. Filipus, seorang penginjil, telah memberitakan Injil di sana, dan banyak orang percaya. Lalu, Petrus dan Yohanes diutus ke Samaria untuk memberikan peneguhan pelayanan melalui doa agar mereka menerima Roh Kudus.
Ayat ini menginspirasi kita agar Firman Tuhan harus diberitakan. Samaria adalah tempat yang dianggap tidak bersahabat oleh orang Yahudi, tetapi Firman Tuhan melampaui batas-batas budaya, sosial, dan geografis. Ini mengingatkan kita bahwa kabar baik keselamatan melalui Yesus Kristus adalah untuk semua orang. Filipus melayani di Samaria, tetapi para rasul datang untuk mendukung dan melanjutkan pekerjaan itu. Pelayanan yang berbuah membutuhkan kerja sama dan kesatuan tubuh Kristus.
Kedua, tantangan dalam pelayanan (ay. 18-24). Dalam ayat 18-24, kita membaca tentang Simon, seorang penyihir yang percaya kepada Yesus tetapi memiliki motivasi yang salah. Ia ingin membeli kuasa Roh Kudus dengan uang, sehingga ia ditegur dengan keras oleh Petrus. Simon mencerminkan bahaya melayani dengan ambisi pribadi.Pelayanan yang sejati harus berasal dari hati yang murni untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk keuntungan atau kehormatan diri. Teguran Petrus menunjukkan bahwa pemimpin rohani harus berani menegur kesalahan dengan kasih. Hal ini bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk memulihkan orang yang bersalah.
Ketiga, hasil dari memberitakan Firman Tuhan (ay. 25). Di ayat 25, kita melihat bagaimana Petrus dan Yohanes kembali ke Yerusalem, sambil terus memberitakan Injil di banyak desa di Samaria. Ini menunjukkan bahwa pelayanan Firman Tuhan menghasilkan perubahan yang nyata dan meluas. Orang-orang di Samaria yang dulunya jauh dari Tuhan sekarang dipenuhi dengan sukacita dan pengharapan. Setelah tugas mereka selesai di Samaria, Petrus dan Yohanes tidak berhenti melayani. Mereka terus memberitakan Injil di tempat-tempat lain, menunjukkan semangat yang tidak pernah padam untuk pekerjaan Tuhan.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang dilakukan Petrus dan Yohanes dalam memberitakan Firman TUHAN di Samaria? Berdasarkan Kisah Para Rasul 8:14-25, berikut adalah hal-hal yang dilakukan Petrus dan Yohanes dalam memberitakan Firman Tuhan di tanah Samaria:
Pertama, mereka datang untuk mendukung pelayanan yang sudah dimulai (ay. 14). Ketika para rasul di Yerusalem mendengar bahwa Samaria telah menerima Firman Tuhan melalui pelayanan Filipus, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke sana. Hal ini menunjukkan tindakan mereka untuk memastikan dan meneguhkan pelayanan yang sedang berlangsung (ay. 14).
Kedua, mereka berdoa agar orang-orang di Samaria menerima Roh Kudus (ay. 15-16). Petrus dan Yohanes berdoa untuk orang-orang percaya di Samaria agar mereka menerima Roh Kudus, karena meskipun mereka telah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus, Roh Kudus belum turun atas mereka (ay. 15-16).
Ketiga, mereka menumpangkan tangan untuk memberikan Roh Kudus (ay. 17). Mereka menumpangkan tangan atas orang-orang percaya, dan mereka menerima Roh Kudus (ay. 17). Tindakan ini menunjukkan peran mereka sebagai pemimpin rohani dalam meneguhkan iman dan memperlengkapi jemaat dengan kuasa Roh Kudus.
Keempat, mereka menegur Simon si penyihir (ay. 18-23). Ketika Simon menawarkan uang untuk membeli kuasa Roh Kudus, Petrus menegur Simon dengan keras, mengungkapkan bahwa hatinya tidak tulus dalam pelayanan. Petrus menyuruh Simon untuk bertobat dan berdoa kepada Tuhan agar kesalahan hatinya diampuni (ay. 18-23). Teguran ini menunjukkan peran mereka dalam menjaga kemurnian pelayanan dan mengarahkan hati orang percaya kepada Tuhan.
Kelima, mereka melanjutkan pemberitaan Firman Tuhan di tempat lain (ay. 25). Setelah selesai melayani di Samaria, Petrus dan Yohanes kembali ke Yerusalem, tetapi dalam perjalanan mereka tetap memberitakan Injil di banyak desa orang Samaria (ay. 25). Hal ini menunjukkan semangat mereka untuk terus memberitakan Firman Tuhan tanpa henti.
RENUNGAN
Apa yang harus kita renungkan dan hayati dalam Minggu 1 Setelah Epiphanias ini? Dari tema “Diutus untuk Memberitakan Firman Tuhan” berdasarkan Kisah Para Rasul 8:14-25, ada beberapa hal penting yang dapat kita refleksikan dalam hidup kita sebagai orang percaya:
Pertama, panggilan untuk memberitakan Firman Tuhan adalah Universal. Seperti Petrus, Yohanes, dan Filipus yang dipanggil untuk memberitakan Injil, kita semua juga memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan kabar baik kepada orang lain. Tuhan tidak membatasi siapa yang dapat menerima Firman-Nya. Bahkan Samaria, yang sebelumnya dianggap jauh dari Tuhan, menerima Firman dan Roh Kudus.
Kedua, pelayanan harus didukung oleh Kuasa Roh Kudus. Petrus dan Yohanes berdoa agar orang-orang percaya di Samaria menerima Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa pelayanan yang sejati tidak hanya mengandalkan usaha manusia, tetapi membutuhkan kehadiran dan kuasa Roh Kudus.
Ketiga, kesatuan dalam pelayanan adalah kunci. Filipus membuka jalan dengan memberitakan Injil di Samaria, lalu Petrus dan Yohanes datang untuk meneguhkan. Ini menunjukkan pentingnya kerja sama dalam tubuh Kristus. Pelayanan bukanlah tentang satu individu, tetapi tentang kolaborasi untuk memuliakan Tuhan. Apakah kita mendukung rekan-rekan seiman dalam pelayanan? Apakah kita rendah hati untuk bekerja bersama-sama tanpa mencari pujian pribadi?
Keempat, pelayanan memerlukan hati yang murni. Simon si penyihir ingin membeli kuasa Roh Kudus demi keuntungan pribadi, tetapi ditegur keras oleh Petrus. Ini mengingatkan kita bahwa pelayanan tidak boleh dimotivasi oleh ambisi duniawi, melainkan untuk memuliakan Tuhan. Apakah hati kita murni dalam melayani? Apakah motivasi kita dalam memberitakan Firman Tuhan didorong oleh kasih kepada Tuhan dan sesama, ataukah ada kepentingan pribadi?
Kelima, teguran adalah bagian dari Kasih dalam Pelayanan. Petrus dengan tegas menegur Simon, tetapi juga memberikan jalan untuk bertobat. Ini menunjukkan bahwa kasih sejati dalam pelayanan mencakup keberanian untuk menegur kesalahan dengan tujuan memulihkan, bukan menghukum. Apakah kita berani menegur dengan kasih ketika melihat kesalahan, atau apakah kita takut mengganggu hubungan baik? Karena itu, kotbah ini mengajarkan kita bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk memberitakan Firman Tuhan dengan hati yang murni, bergantung pada kuasa Roh Kudus, bekerja sama dalam tubuh Kristus, dan tetap setia melayani dalam setiap kesempatan. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!
Komentar
Posting Komentar