KOTBAH MINGGU ADVENT III Minggu, 15 Desember 2024 “ENGKAU AKAN BEROLEH KASIH KARUNIA ALLAH” (Lukas 1:26-38)

 KOTBAH MINGGU ADVENT III

Minggu, 15 Desember 2024

 

“ENGKAU AKAN BEROLEH KASIH KARUNIA ALLAH”

Kotbah: Lukas 1:26-38        Bacaan: Mazmur 89:1-9



Minggu ini kita memasuki Minggu Advent III. Dalam perjalanan Advent, Minggu III adalah titik di mana umat Allah diingatkan untuk bersukacita karena janji Allah tentang kedatangan Mesias sudah hampir digenapi. Sukacita ini bukan hanya karena Natal sebagai perayaan, tetapi juga karena pengharapan akan kedatangan Kristus yang kali kedua.

 

Tema Adventi III yang akan kita renungkan adalah Engkau akan Beroleh Kasih Karunia Allah”. Tema ini dapat dipahami dari sudut pandang Alkitab, khususnya dalam konteks kehidupan Maria seperti yang dicatat dalam Lukas 1:26-38, ketika malaikat Gabriel menyampaikan bahwa Maria telah dipilih oleh Allah dan disebut sebagai “yang dikaruniai”.

 

Apa arti dan makna jika disebut “Engkau akan beroleh kasih Karunia Allah”? Berikut adalah penjelasan makna tersebut:

 

Pertama, Kasih Karunia adalah Anugerah yang diberikan oleh Allah kepada kita. Kasih karunia (charis dalam bahasa Yunani) adalah pemberian atau anugerah Allah yang tidak layak kita terima, namun diberikan kepada kita karena kasih-Nya yang besar. Dalam kisah Maria, ia dipilih oleh Allah untuk menjadi ibu dari Yesus bukan karena jasa atau kehebatan pribadi, tetapi karena kasih karunia Allah semata.

 

Kita tidak dapat memperoleh kasih karunia Allah melalui usaha atau kebaikan kita sendiri. Itu adalah hadiah Allah yang diberikan kepada mereka yang rendah hati dan mau menerima-Nya. Seperti Maria, kita dipanggil untuk membuka hati terhadap kasih karunia itu.

 

Kedua, Kasih Karunia membawa panggilan yang Mulia. Ketika Allah memberikan kasih karunia, Dia juga memberikan sebuah panggilan. Maria diberi kasih karunia untuk mengandung dan melahirkan Sang Juruselamat, sebuah tugas besar yang membutuhkan iman dan ketaatan. Kasih karunia Allah selalu membawa tanggung jawab. Jika kita menerima kasih karunia Allah, kita juga dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan melayani-Nya.Allah memberikan kasih karunia bukan untuk kenyamanan semata, tetapi agar kita dapat mengambil bagian dalam rencana-Nya.

 

Ketiga, Kasih Karunia Allah tidak bebas dari tantangan. Meskipun Maria mendapatkan kasih karunia Allah, perjalanan hidupnya tidaklah mudah. Ia harus menghadapi banyak tantangan, seperti stigma masyarakat, perjalanan panjang ke Betlehem, dan bahkan melihat anaknya disalibkan. Namun, kasih karunia Allah memberikan kekuatan dan penyertaan untuk melewati semuanya. Kasih karunia tidak berarti hidup tanpa kesulitan, tetapi artinya Allah akan menyertai kita dalam setiap tantangan. Kasih karunia memberi kita kekuatan untuk tetap percaya dan bertahan.

 

Keempat, Kasih Karunia menuntut Iman dan Ketaatan. Ketika Maria diberi tahu bahwa ia akan melahirkan Yesus, ia tidak sepenuhnya memahami bagaimana itu akan terjadi. Namun, ia merespons dengan iman dan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ay. 38). Kasih karunia Allah membutuhkan respons dari pihak kita. Kita dipanggil untuk menanggapi kasih karunia-Nya dengan iman, ketaatan, dan kerendahan hati, sama seperti Maria.

 

Kelima, Kasih Karunia Allah membawa Sukacita dan Pengharapan. Kasih karunia Allah kepada Maria bukan hanya sebuah tugas berat, tetapi juga membawa sukacita besar: bahwa melalui dirinya, keselamatan dunia akan datang. Sukacita ini melampaui keadaan dan tantangan, karena berasal dari pengharapan yang diberikan oleh Allah. Kasih karunia Allah memberi kita sukacita sejati, yang tidak tergantung pada situasi atau keberhasilan duniawi, melainkan pada pengharapan akan penyertaan Allah dan keselamatan yang telah dijanjikan-Nya.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang harus kita lakukan agar kita beroleh “Kasih Karunia Allah”? Berdasarkan Lukas 1:26-38, berikut adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan agar kita beroleh kasih karunia Allah:

 

Pertama, kita harus memiliki kerendahan hati dan berserah kepada TUHAN. Maria adalah contoh pribadi yang rendah hati. Ketika malaikat Gabriel datang kepadanya dan menyebutnya sebagai "yang dikaruniai" (ay. 28), Maria tidak menjadi sombong atau merasa dirinya istimewa. Sebaliknya, ia dengan rendah hati menerima panggilan Allah atas hidupnya. Allah memberikan kasih karunia kepada orang-orang yang memiliki hati yang lemah lembut dan berserah. Dalam Yakobus 4:6 tertulis, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”Bersikap rendah hati di hadapan Allah, mengakui bahwa kita membutuhkan-Nya dan tidak mengandalkan kekuatan atau kebijaksanaan kita sendiri.

 

Kedua, percayalah kepada Janji Allah. Ketika Maria mendengar rencana Allah, ia bertanya, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi?" (ay. 34). Pertanyaannya seolah-olah tampak Maria tidak percaya, namun ungkapan ini menunjukkan kebingungannya sebagai manusia. Setelah dijelaskan oleh malaikat Gabriel bahwa Roh Kudus akan bekerja, Maria percaya penuh kepada firman Allah. Iman kepada janji Allah adalah kunci untuk menerima kasih karunia-Nya.Dalam kehidupan kita, mungkin kita tidak selalu memahami jalan Tuhan, tetapi kita dipanggil untuk mempercayai-Nya.Miliki iman seperti Maria yang berkata, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (ay. 38).

 

Ketiga, marilah kita taat kepada panggilan Allah. Maria memberikan respons yang luar biasa: ia menyerahkan hidupnya kepada rencana Allah, meskipun panggilan itu berat dan penuh risiko. Menjadi ibu dari Sang Juruselamat berarti ia harus menghadapi kritik sosial, rasa takut, dan ketidakpastian. Namun, ia tetap taat. Kasih karunia Allah menuntut kita untuk menanggapi dengan ketaatan. Dalam Yohanes 14:15, Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Belajar menaati kehendak Allah, meskipun itu sulit atau tidak sesuai dengan keinginan kita.

 

Keempat, bersedia dipimpin oleh Roh Kudus. Malaikat Gabriel menjelaskan bahwa semuanya akan terjadi oleh pekerjaan Roh Kudus (ay. 35). Roh Kuduslah yang akan memberikan kekuatan kepada Maria untuk menjalani rencana Allah. Kita tidak bisa menjalani hidup di dalam kasih karunia Allah dengan kekuatan kita sendiri. Kita membutuhkan tuntunan dan kuasa Roh Kudus untuk menjalani rencana-Nya. Berdoa setiap hari agar Roh Kudus membimbing hidup kita, memampukan kita, dan memenuhi kita dengan kasih dan keberanian.

 

Kelima, hidup seturut dengan kehendak Allah. Kasih karunia Allah diberikan kepada mereka yang hidup seturut dengan kehendak-Nya. Maria adalah seorang perempuan yang hidup benar di hadapan Allah, sehingga Allah memilihnya untuk rencana besar ini. Allah tidak mencari kesempurnaan, tetapi kesungguhan hati untuk mengikuti kehendak-Nya. Kasih karunia diberikan kepada mereka yang hidup dalam ketaatan dan kesalehan. Belajar menjalani hidup yang berkenan kepada Tuhan, dengan mempelajari firman-Nya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam merayakan Adven III ini?  Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu kita refleksikan dari tema “Engkau Beroleh Kasih Karunia Allah”berdasarkan Lukas 1:26-38:

 

Pertama, Kasih Karunia Allah adalah pemberian, bukan hasil usaha kita. Maria dipilih oleh Allah untuk melahirkan Sang Juruselamat bukan karena kehebatannya atau usahanya, tetapi karena kasih karunia Allah. Ayat 28 menyebutkan bahwa Maria "dikaruniai," menunjukkan bahwa pilihan Allah atas hidup Maria adalah sepenuhnya anugerah. Dalam kehidupan kita, apakah kita menyadari bahwa kasih karunia Allah tidak bisa diperoleh dengan usaha manusia, tetapi diberikan sebagai anugerah oleh-Nya? Kita tidak perlu merasa bahwa kita harus sempurna untuk menerima kasih karunia Allah. Yang perlu kita lakukan adalah membuka hati, menerima kasih-Nya, dan hidup seturut kehendak-Nya.

 

Kedua, Kasih Karunia membawa tanggung jawab. Kasih karunia yang diterima Maria bukanlah sesuatu yang tanpa konsekuensi. Allah memanggil Maria untuk tugas besar: menjadi ibu dari Yesus. Ini adalah tanggung jawab yang besar dan penuh risiko, termasuk menghadapi penolakan sosial, ketidakpastian masa depan, dan rasa takut. Apakah kita menyadari bahwa kasih karunia Allah dalam hidup kita juga membawa panggilan untuk melayani dan menaati-Nya, bahkan dalam situasi yang sulit? Kasih karunia Allah memberikan kita kekuatan untuk menjalankan tanggung jawab yang telah Ia percayakan. Jangan takut untuk berkata "ya" kepada panggilan-Nya.

 

Ketiga, iman adalah Kunci untuk mengalami Kasih Karunia. Ketika Maria bertanya, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi?" (ay. 34), ia tidak menolak, tetapi ingin memahami bagaimana rencana Allah akan terjadi. Setelah mendapat penjelasan, Maria menunjukkan iman yang luar biasa dengan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ay. 38). Apakah kita memiliki iman seperti Maria, yang rela mempercayai rencana Allah, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya memahami jalan-Nya? Iman adalah tanggapan kita terhadap kasih karunia Allah. Percaya kepada-Nya berarti menyerahkan hidup kita sepenuhnya ke dalam tangan-Nya, meskipun kita belum melihat hasil akhirnya.

 

Keempat, Allah menyertai mereka yang menerima Kasih Karunia-Nya. Malaikat Gabriel berkata kepada Maria, “Tuhan menyertai engkau” (ay. 28). Penyertaan Tuhan adalah jaminan bahwa kasih karunia-Nya tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Maria mungkin menghadapi berbagai tantangan, tetapi Allah selalu menyertainya. Apakah kita menyadari bahwa dalam setiap tantangan dan panggilan hidup, kasih karunia Allah selalu disertai dengan penyertaan-Nya? Ketika kita merasa lemah atau tidak mampu, ingatlah bahwa Allah tidak hanya memberikan tugas, tetapi juga kekuatan dan penyertaan untuk menyelesaikannya.

 

Kelima, respons yang benar terhadap Kasih Karunia. Respons Maria terhadap kasih karunia Allah adalah ketundukan penuh: “Aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ay. 38). Respons ini menunjukkan sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Apakah kita merespons kasih karunia Allah dengan ketaatan dan kesediaan untuk melayani-Nya? Kasih karunia Allah harus diterima dengan iman dan ketaatan. Sikap hati yang berserah adalah kunci untuk hidup dalam rencana-Nya yang indah. Kasih karunia Allah adalah hadiah terbesar yang bisa kita terima. Karena itu, mari kita belajar dari Maria untuk merespons kasih karunia itu dengan iman, ketaatan, dan penyerahan penuh kepada kehendak-Nya. Jadilah pada kita menurut kehendak Allah. (rsnh)

 

Selamat Advent III

Komentar

Postingan Populer