KOTBAH MALAM NATAL Selasa, 24 Desember 2024 “KESUKAAN BESAR UNTUK SELURUH BANGSA” (Lukas 2:8-14)
Selasa, 24 Desember 2024
“KESUKAAN BESAR UNTUK SELURUH BANGSA”
Kotbah: Lukas 2:8-14 Bacaan: Mika 7:18-20
Pada malam ini kita berkumpul untuk merayakan malam kelahiran Yesus Kristus, Juru Selamat dunia. Tema kita malam ini, “Kesukaan Besar untuk Seluruh Bangsa.” Tema ini mengajak kita merenungkan pesan yang diberikan para malaikat kepada para gembala di padang Efrata. Pesan ini adalah kabar sukacita yang tidak hanya relevan pada zaman dahulu tetapi juga untuk kita saat ini.
Apa yang kita pelajari dari tema malam Natal ini? Ada beberapa hal yang kita pelajari dari tema ini:
Pertama, kesukaan besar itu berasal dari Allah (ay. 10). Para malaikat berkata, “Jangan takut! Sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.” Pesan ini datang di tengah malam yang gelap kepada gembala-gembala sederhana. Hal ini mengingatkan kita bahwa sukacita Allah tidak memilih status, jabatan, atau keadaan manusia. Sukacita ini melampaui batas-batas bangsa, budaya, dan waktu.
Sukacita ini bukan kebahagiaan duniawi yang bersifat sementara, tetapi kegembiraan rohani yang mendalam karena karya Allah. Sukacita ini adalah respons terhadap kedatangan Yesus, Sang Juru Selamat, yang akan membawa pemulihan hubungan antara Allah dan manusia.Kelahiran Yesus menjadi penggenapan janji Allah yang sudah dinubuatkan sejak Perjanjian Lama, memberikan harapan baru bagi seluruh umat manusia.
Yesus adalah sumber sukacita sejati yang melampaui keadaan atau masalah hidup kita. Sukacita ini lahir dari anugerah keselamatan yang tidak dapat diraih oleh usaha manusia, tetapi diberikan oleh Allah dengan cuma-cuma.
Kedua, kesukaan yang besar itu bersifat Universal (ay. 10). Malaikat menyatakan bahwa kabar ini adalah "untuk seluruh bangsa," yang menunjukkan bahwa kelahiran Yesus bukan hanya untuk bangsa Israel tetapi juga untuk semua manusia. Hal ini mencerminkan kasih Allah yang inklusif, yang melampaui batas-batas budaya, ras, status sosial, dan geografis. Pesan ini mengingatkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang dikecualikan dari keselamatan dan kasih Allah.
Natal mengingatkan kita untuk hidup dalam semangat inklusivitas dan kasih. Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk membawa kabar sukacita ini kepada semua orang, tanpa memandang perbedaan.
Ketiga, kesukaan besari itu membawa Perdamaian (ay. 14). Para malaikat melanjutkan, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Kelahiran Yesus membawa damai sejahtera. Namun, damai sejahtera yang dimaksud bukan hanya sekadar ketiadaan konflik, tetapi damai yang bersumber dari hubungan yang dipulihkan antara manusia dan Allah. Para malaikat memuji Allah dengan berkata, "Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Sukacita dari Allah tidak hanya memberikan kebahagiaan, tetapi juga menghadirkan damai sejahtera. Perdamaian ini dimulai dengan hubungan yang dipulihkan antara manusia dan Allah melalui Yesus Kristus. Damai ini meluas ke hubungan antar manusia, menjadi dasar untuk hidup dalam harmoni dan kasih.
Sukacita Natal tidak hanya dirasakan secara pribadi tetapi diwujudkan dalam relasi kita dengan sesama. Kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai, merefleksikan kasih dan pengampunan Allah dalam hidup kita.
Keemapat, kesukaan yang besar memanggil untuk bertindak (ay. 15-20). Para gembala merespons kabar sukacita ini dengan segera pergi mencari Yesus, memuji Allah, dan membagikan kabar baik itu kepada orang lain (ay. 15-20).Sukacita yang sejati tidak diam; itu mendorong kita untuk mencari Tuhan lebih dalam dan berbagi kasih-Nya kepada dunia.
Kelahiran Yesus mengundang kita untuk merespons dengan iman dan tindakan nyata. Kita dipanggil untuk menjadi saksi sukacita ini melalui hidup yang mencerminkan kasih dan damai Kristus.
Para gembala memberikan respons yang luar biasa ketika mendengar kabar sukacita ini:
- Mereka segera mencari Yesus (ay. 15-16): Setelah mendengar pesan malaikat, mereka langsung pergi ke Betlehem.
- Mereka memuji dan memuliakan Allah (Lukas ay. 20): Sukacita mereka tidak bisa ditahan, mereka memberitakan apa yang mereka lihat dan dengar.
Natal bukan hanya perayaan, tetapi undangan untuk hidup dalam sukacita yang lahir dari kasih Allah. Inilah sukacita besar yang meliputi seluruh bangsa, mencakup semua orang, dan melibatkan kita secara pribadi.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita refleksikan pada Malam Natal ini? Refleksi dari tema “KESUKAAN BESAR UNTUK SELURUH BANGSA” ini adalah:
Pertama, kesukaan besar yang kita miliki sekarang berasal dari Allah. Malaikat berkata, "Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa." Sukacita sejati hanya dapat ditemukan di dalam Allah. Dalam kehidupan modern, sering kali kita mencari kebahagiaan dari hal-hal duniawi seperti kekayaan, status, atau hiburan. Namun, Natal mengingatkan kita bahwa sukacita yang sejati bersumber dari Allah melalui Yesus Kristus. Sukacita ini tidak bersifat sementara atau bergantung pada keadaan hidup, melainkan bersifat kekal karena didasarkan pada karya penyelamatan Allah.
Kedua, kesukaan besar itu untuk seluruh Bangsa. Para malaikat menyampaikan bahwa kabar baik ini adalah untuk "seluruh bangsa," bukan hanya untuk segelintir orang. Pesan ini menunjukkan inklusivitas kasih Allah. Keselamatan dalam Yesus Kristus bukan hanya untuk bangsa tertentu atau kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh manusia tanpa memandang suku, ras, atau latar belakang. Natal mengingatkan kita untuk membuka hati kepada semua orang, merangkul perbedaan, dan menjadi saksi bagi kasih Allah yang universal. Apakah kita sudah menjadi saluran kasih Allah bagi orang-orang di sekitar kita, tanpa membedakan?
Ketiga, Allah memilih yang sederhana. Para gembala adalah kelompok pertama yang menerima kabar sukacita ini. Mereka adalah orang-orang biasa, bahkan mungkin dianggap rendah dalam masyarakat. Allah sering memilih mereka yang sederhana untuk menyampaikan rencana-Nya. Ini menunjukkan bahwa kasih Allah tidak didasarkan pada status sosial atau kemampuan kita, tetapi pada kerendahan hati kita untuk menerima-Nya. Bagaimana sikap hati kita hari ini? Apakah kita memiliki kerendahan hati seperti para gembala untuk mendengar dan merespons panggilan Allah?
Keempat, sukacita membawa Damai. Malaikat memuliakan Allah dengan berkata, "Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Sukacita yang dibawa oleh kelahiran Yesus melahirkan damai sejahtera di hati manusia. Namun, damai ini hanya dapat dirasakan oleh mereka yang hidup dalam kehendak Allah. Apakah hidup kita mencerminkan damai Allah? Apakah kita menjadi pembawa damai dalam keluarga, gereja, dan masyarakat kita? Natal adalah waktu untuk merefleksikan bagaimana kita bisa hidup sebagai agen damai di dunia yang penuh konflik.
Kelima, kita harus memberi respons terhadap Kelahiran Sang Juruselamat. Para gembala, setelah mendengar kabar sukacita, segera pergi untuk mencari Yesus dan kemudian memuji serta memuliakan Allah (ay. 15-20). Sukacita yang diterima seharusnya tidak berhenti pada diri sendiri. Kita dipanggil untuk mencari Tuhan dan membagikan sukacita-Nya kepada orang lain. Natal adalah momen untuk bertanya: bagaimana respons kita terhadap kabar baik ini? Apakah kita antusias seperti para gembala, atau apakah kita pasif dan hanya menikmati perayaan tanpa makna mendalam? Karena itu, mari kita renungkan dan hayati makna Natal yang penuh kesukaan besar bagi seluruh bangsa. (rsnh)
Selamat Malam Natal 24 Desember 2024 bagi kita semua!
Komentar
Posting Komentar