Renungan hari ini:
"APAKAH KAMU MAU PERGI JUGA?"
Yohanes 6:67 (TB2) Lalu kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu mau pergi juga?"
John 6:67 (NET) So Jesus said to the twelve, “You don’t want to go away too, do you?”
Pertanyaan Yesus, "Apakah kamu mau pergi juga?", memiliki beberapa makna yang dalam dan menyentuh inti dari panggilan untuk mengikuti-Nya. Berikut adalah beberapa aspek dari maksud pertanyaan ini:
Pertama, menguji kesetiaan para murid. Yesus mengetahui bahwa banyak pengikut-Nya mulai berpaling ketika ajaran-Nya menjadi lebih sulit dan menantang untuk dipahami, terutama setelah peristiwa memberi makan lima ribu orang (Yoh. 6:1-14) dan ajaran-Nya tentang "roti hidup" yang menyulut perdebatan (Yoh. 6:60-66). Dengan bertanya, "Apakah kamu mau pergi juga?" Yesus ingin menguji kesetiaan dan komitmen para murid-Nya. Apakah mereka mengikuti-Nya hanya karena mujizat atau karena mereka benar-benar percaya pada siapa Yesus dan apa yang Dia ajarkan?
Kedua, memberikan kebebasan untuk memilih. Yesus memberi kesempatan kepada murid-murid-Nya untuk memilih. Dia tidak memaksa mereka untuk tetap bersama-Nya. Ini menekankan bahwa mengikuti Yesus bukanlah paksaan, tetapi keputusan pribadi yang harus diambil dengan sadar. "Apakah kamu mau pergi juga?" adalah sebuah pertanyaan terbuka yang memberi kebebasan kepada mereka untuk memilih apakah mereka ingin tetap bersama-Nya meskipun ajaran-Nya sulit diterima.
Ketiga, membedakan pengikut yang sesungguhnya dari yang hanya ikut arus. Pertanyaan ini memisahkan antara para pengikut yang benar-benar ingin mengenal Yesus dan yang hanya tertarik pada keuntungan duniawi atau mujizat-Nya. Banyak orang mengikuti Yesus ketika segala sesuatu berjalan lancar, tetapi ketika pengajaran-Nya menuntut perubahan yang lebih mendalam, mereka mundur. Dengan bertanya ini, Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk menunjukkan ketulusan hati mereka.
Keempat, menegaskan panggilan untuk mengikuti dengan iman, bukan hanya karena keuntungan duniawi. Yesus tahu bahwa banyak orang pada waktu itu menginginkan kemuliaan duniawi, seperti pembebasan dari penjajahan Roma, atau bahkan berharap menjadi saksi mukjizat tanpa memahami esensi dari ajaran-Nya. Dengan pertanyaan ini, Yesus menegaskan bahwa panggilan untuk mengikuti-Nya adalah panggilan yang lebih dalam daripada sekadar harapan duniawi. Mengikuti Yesus berarti siap menerima ajaran-Nya yang kadang sulit dan menuntut komitmen yang mendalam.
Kelima, mengajak untuk merefleksikan pilihan pribadi dalam mengikuti Yesus. Pertanyaan Yesus ini juga mengajak setiap orang untuk merenung: apakah kita mengikuti Yesus karena kita percaya pada-Nya dan siap untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya, atau hanya karena kita berharap mendapatkan sesuatu dari-Nya? Dalam kehidupan iman kita, kita diajak untuk menilai apakah kita siap bertahan dalam kesetiaan kepada-Nya, bahkan ketika jalan yang Dia tawarkan tidak selalu mudah atau sesuai dengan harapan kita.
Intinya, pertanyaan Yesus ini adalah tantangan bagi setiap orang yang ingin mengikut-Nya untuk memastikan bahwa keputusan itu bukanlah keputusan yang didasarkan pada keuntungan sementara, tetapi pada komitmen yang sejati untuk mengenal dan mengikuti-Nya, terlepas dari segala tantangan yang ada.
Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Renungan dari ini mengajak kita merenungkan beberapa hal mendalam mengenai iman, kesetiaan, dan pilihan dalam mengikuti Yesus:
Pertama, panggilan untuk keteguhan dalam iman. Saat Yesus bertanya, "Apakah kamu mau pergi juga?", Dia tidak hanya menantang para murid secara fisik, tetapi juga menantang keyakinan dan komitmen mereka kepada-Nya. Setelah banyak orang meninggalkan Yesus karena ajaran-Nya yang sulit dipahami, pertanyaan ini menggugah kita untuk menilai seberapa teguh hati kita dalam mengikuti-Nya, terutama ketika iman kita diuji.
Kedua, pilihan pribadi dalam mengikuti Yesus. Yesus memberi kebebasan kepada murid-murid-Nya untuk memilih. Dia tidak memaksa mereka untuk tinggal jika mereka merasa tidak lagi sesuai dengan jalan-Nya. Ini menunjukkan bahwa iman adalah pilihan pribadi, bukan paksaan. Kita harus merenungkan apakah kita memilih untuk mengikuti Yesus karena kita percaya dan mengasihi-Nya, atau hanya karena mengikuti arus.
Ketiga, kesetiaan dalam menghadapi kesulitan. Banyak orang mengikuti Yesus karena mereka mengharapkan kemuliaan duniawi, tetapi ketika ajaran-Nya menantang pemahaman mereka dan hidup mereka, mereka mundur. Di sinilah kita diingatkan untuk memeriksa kembali kesetiaan kita: Apakah kita mengikuti Yesus hanya ketika keadaan mudah, ataukah kita tetap setia meskipun harus menghadapi kesulitan dan tantangan?
Keempat, menggali makna Kehidupan yang Kekal. Ketika Yesus bertanya, ini adalah kesempatan untuk merenungkan makna kata-kata hidup yang kekal yang hanya dapat ditemukan dalam Yesus. Meski banyak orang memilih meninggalkan-Nya, murid-murid yang setia tetap percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya sumber kehidupan yang sejati.
Kelima, menanggapi dengan iman seperti Petrus. Dalam ayat berikutnya (Yoh. 6:68), Petrus menjawab, "Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? Engkau mempunyai firman hidup yang kekal." Ini menunjukkan respons iman yang teguh meski ada kesulitan. Kita diajak untuk menanggapi panggilan Yesus dengan keyakinan yang sama, yakni menyadari bahwa hanya dalam Yesus ada kehidupan yang sejati dan abadi. Karena itu, pertanyaan Yesus ini mengingatkan kita untuk memeriksa kembali komitmen kita dalam mengikut Dia, apakah kita mengikuti dengan penuh pengertian, kesetiaan, dan kesiapan untuk menghadapi segala tantangan, atau hanya karena mengikuti arus. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar