KOTBAH MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 29 September 2024
“PERTOLONGAN KITA ADALAH DALAM NAMA TUHAN”
Kotbah: Mazmur 124:1-8 Bacaan: Markus 9:38-50
Minggu ini kita akan memasuki Minggu Kedelapanbelas Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Pertolongan Kita adalah dalam Nama TUHAN”. Tema ini menegaskan bahwa sumber pertolongan sejati kita bukanlah manusia, kekuatan, kekayaan, atau kemampuan kita sendiri, melainkan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan diri sendiri atau hal-hal duniawi untuk menghadapi tantangan dan bahaya hidup. Sebaliknya, kita perlu sepenuhnya bergantung pada Tuhan sebagai satu-satunya Penolong yang dapat diandalkan.
Pernyataan ini juga merupakan pengakuan spiritual bahwa manusia, tanpa Tuhan, adalah lemah dan tidak berdaya di hadapan tantangan hidup. Pemazmur dalam Mazmur 124 mengingatkan kita bahwa jika bukan karena Tuhan, Israel pasti sudah hancur oleh musuh-musuhnya. Demikian juga dengan kita, tanpa pertolongan Tuhan, kita tidak akan mampu menghadapi serangan dan tekanan hidup. Ini menunjukkan perlunya kesadaran bahwa pertolongan kita adalah hasil dari kasih karunia Tuhan yang bekerja dalam hidup kita.
Menyatakan bahwa pertolongan kita ada dalam Nama Tuhan juga berarti kita memiliki pengharapan yang kokoh bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Tuhan adalah setia dan Dia selalu ada untuk menolong umat-Nya dalam setiap situasi. Nama Tuhan adalah simbol dari kesetiaan-Nya yang abadi kepada umat manusia.
Dalam Mazmur 124, Tuhan digambarkan sebagai penyelamat yang membebaskan umat Israel dari bahaya yang mengancam, seperti air yang menghanyutkan dan jerat yang memerangkap burung. Ini menggambarkan bahwa dalam segala situasi bahaya, hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan kita dari kehancuran, baik itu secara fisik maupun spiritual. Nama Tuhan menjadi benteng perlindungan yang kokoh.
Dari perikop kotbah ini ada beberapa hal yang hendak kita pelajari, yakni:
Pertama, Tuhan adalah Penolong kita di tengah bahaya (ay. 1). Dalam ayat pertama dan kedua, kita mendengar seruan pengakuan: "Sekiranya bukan Tuhan yang memihak kepada kita..." Pemazmur ingin kita merenungkan bahwa segala kemenangan, penyelamatan, dan keselamatan yang kita alami bukanlah karena kekuatan atau kebijaksanaan kita sendiri, melainkan karena Tuhan ada bersama kita.
Betapa sering dalam hidup kita, kita dihadapkan pada tantangan besar—baik itu dalam pekerjaan, keluarga, maupun pergumulan pribadi kita. Kita kadang merasa tenggelam dalam kesulitan seperti yang digambarkan oleh pemazmur: seperti air yang menghanyutkan, amarah musuh yang berkobar, dan ancaman yang mematikan. Namun, di tengah semua itu, Tuhan selalu hadir sebagai Penolong.
Kedua, pertolongan Tuhan datang di saat yang tepat (ay. 6-7). Ayat 6 dan 7 mengungkapkan bagaimana Tuhan melepaskan kita dari bahaya. Pemazmur menggunakan metafora yang sangat kuat: “Jerat itu telah putus, dan kita pun terluput!” Ini menggambarkan keadaan di mana seseorang hampir terperangkap, hampir tidak punya harapan untuk melarikan diri, namun di saat yang tepat Tuhan melepaskannya.
Ini mengajarkan kita bahwa seringkali pertolongan Tuhan datang di saat yang paling tidak terduga. Ketika kita merasa seperti burung yang sudah tertangkap dalam jerat, Tuhan datang dan melepaskan kita. Dia adalah Allah yang setia, yang selalu memperhatikan keadaan umat-Nya dan mengulurkan tangan-Nya di waktu yang paling tepat.
Ketiga, mengakui Pertolongan dalam Nama Tuhan (ay. 8). Poin penting terakhir dari mazmur ini ada pada ayat 8: "Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi." Di sini, pemazmur mengingatkan kita bahwa pertolongan kita bukan hanya datang dari Tuhan yang jauh, tetapi dari Tuhan yang Mahakuasa, yang telah menciptakan seluruh alam semesta.
Nama Tuhan itu sendiri membawa kekuatan dan jaminan. Ketika kita menyebut nama-Nya, kita bukan hanya mengingat kehadiran-Nya, tetapi juga kuasa-Nya yang tak terbatas. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, yang memegang kendali atas seluruh ciptaan, adalah Tuhan yang sama yang peduli dan memberikan pertolongan pribadi bagi kita.
Pertanyaan kita sekarang, apa perbuatan yang dilakukan TUHAN untuk menolong umat Israel? Berdasarkan kitab Mazmur 124:1-8, pemazmur mencatat beberapa aspek penting tentang bagaimana Tuhan menyelamatkan dan melindungi Israel dari berbagai bahaya dan ancaman yang mereka hadapi:
Pertama, Tuhan memihak kepada Umat-Nya (ay. 1-2).
Pemazmur membuka dengan pengakuan bahwa jika bukan karena Tuhan yang "memihak" kepada Israel, mereka pasti sudah binasa. Ini menunjukkan bahwa Tuhan ada di pihak umat-Nya, berdiri sebagai pembela mereka ketika musuh-musuh mereka bangkit melawan mereka. Dalam sejarah Israel, mereka berulang kali menghadapi musuh-musuh yang lebih kuat, namun Tuhan selalu campur tangan untuk menyelamatkan mereka.
Kedua, Tuhan menyelamatkan dari amarah musuh (ay. 3). Ayat ini menggambarkan musuh yang begitu marah sehingga mereka digambarkan seolah-olah siap menelan umat Israel hidup-hidup. Namun, Tuhan tidak membiarkan hal ini terjadi. Ini melambangkan pertolongan Tuhan yang mencegah umat-Nya dari kehancuran total di tangan musuh yang penuh amarah.
Ketiga, Tuhan melindungi dari bahaya besar (ay. 4-5). Pemazmur menggunakan metafora air yang menghanyutkan dan mengancam untuk menggambarkan bahaya yang melingkupi Israel. Bahaya ini begitu besar, seperti sungai yang deras dan air yang meluap-luap, yang bisa saja menghancurkan mereka. Namun, Tuhan mencegah bencana ini, menjaga umat-Nya agar tetap aman.
Keempat, Tuhan membebaskan Israel dari perangkap musuh (ay. 6-7). Dalam ayat ini, Tuhan digambarkan seperti seorang pemburu yang melepaskan burung dari jerat. Umat Israel diibaratkan seperti burung yang hampir tertangkap oleh jerat musuh, namun Tuhan memutus jerat itu dan membebaskan mereka. Ini menggambarkan bagaimana Tuhan dengan ajaib membebaskan umat-Nya dari perangkap musuh yang tampaknya tak terelakkan.
Kelima, Tuhan adalah Sumber Pertolongan Sejati (ay. 8). Di akhir mazmur ini, pemazmur mengakui bahwa pertolongan Israel datang dari Tuhan, Pencipta langit dan bumi. Dengan ini, dia menekankan bahwa Tuhan yang menyelamatkan mereka bukanlah Tuhan yang lemah atau terbatas, tetapi Tuhan yang Mahakuasa, yang memiliki kekuasaan atas seluruh ciptaan.
Perbuatan Tuhan yang menolong umat Israel dalam Mazmur 124 adalah tindakan penyelamatan yang penuh kuasa, di mana Dia melindungi mereka dari musuh-musuh yang lebih kuat, membebaskan mereka dari bahaya yang mengancam, dan menunjukkan bahwa pertolongan sejati hanya datang dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Tuhan terus-menerus menjaga, melindungi, dan membela umat-Nya, sehingga mereka tidak binasa di tengah ancaman yang ada.
RENUNGAN
Apa yang perlu kita renungkan pada Minggu kedelapan belas setelah Trinitatis ini? Dari tema “Pertolongan Kita adalah dalam Nama Tuhan” yang berdasarkan Mazmur 124:1-8, ada beberapa hal penting yang perlu kita refleksikan:
Pertama, kesadaran bahwa Tuhan adalah Pelindung dan Penolong Sejati. Mazmur 124 dimulai dengan pengakuan bahwa tanpa pertolongan Tuhan, Israel pasti sudah binasa. Ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup, kita sering kali menghadapi situasi yang berada di luar kendali kita. Refleksi ini mengajarkan kita untuk menyadari bahwa pertolongan sejati dan perlindungan hanya berasal dari Tuhan. Kekuatan manusia atau kemampuan kita sendiri sering kali terbatas, namun Tuhan selalu hadir sebagai Penolong kita dalam segala situasi. Apakah saya selama ini terlalu bergantung pada kekuatan saya sendiri atau orang lain untuk menghadapi masalah, ataukah saya mengandalkan Tuhan sebagai sumber pertolongan utama?
Kedua, mengakui keterbatasan diri dan Kebesaran Tuhan. Pemazmur menggambarkan musuh sebagai ancaman yang besar, seperti air yang meluap-luap yang siap menghanyutkan umat. Ini mencerminkan betapa besarnya ancaman yang sering kita hadapi dalam hidup, yang membuat kita merasa kecil dan tak berdaya. Namun, justru dalam situasi seperti ini, kita diingatkan akan kebesaran Tuhan yang melebihi segala ancaman. Bagaimana saya merespons saat menghadapi situasi yang di luar kemampuan saya? Apakah saya langsung berputus asa, ataukah saya mengingat kebesaran Tuhan yang dapat mengatasi segala hal?
Ketiga, pengakuan akan keterlibatan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Mazmur ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan peran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, baik besar maupun kecil. Saat Tuhan menolong umat Israel, mereka selamat dari bencana besar, dan ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli serta terlibat dalam kehidupan mereka. Begitu juga dengan kita, Tuhan tidak hanya hadir saat kita menghadapi masalah besar, tetapi juga dalam keseharian kita.Apakah saya melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan saya, atau hanya ketika saya mengalami kesulitan besar?
Keempat, belajar bersyukur dalam Pertolongan Tuhan. Pemazmur memuji Tuhan karena Dia tidak membiarkan umat Israel menjadi mangsa musuh. Hal ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas setiap bentuk pertolongan yang telah Tuhan berikan, bahkan ketika terkadang kita tidak menyadarinya. Banyak momen di mana Tuhan bekerja di balik layar untuk melindungi dan menyelamatkan kita dari bahaya yang tidak kita sadari. Apakah saya secara sadar berterima kasih kepada Tuhan atas pertolongan-Nya, bahkan ketika saya tidak langsung melihat dampaknya dalam hidup saya?
Kelima, kepercayaan pada Kuasa Nama Tuhan. Di akhir mazmur, pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa pertolongan mereka datang dari Nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Nama Tuhan di sini mengandung kuasa yang luar biasa, menunjukkan bahwa pertolongan kita bersumber dari Tuhan yang Mahakuasa. Refleksi ini mengingatkan kita akan kekuatan yang tak terbatas yang terkandung dalam Nama Tuhan. Ketika kita menyebut Nama Tuhan dalam doa dan kepercayaan, kita mendeklarasikan kehadiran kuasa ilahi dalam hidup kita. Apakah saya sungguh percaya dan mengandalkan kuasa Nama Tuhan dalam menghadapi tantangan hidup saya?
Melalui tema “Pertolongan Kita adalah dalam Nama Tuhan”, kita diingatkan bahwa Tuhan selalu ada sebagai Penolong kita yang setia. Dia adalah sumber kekuatan dan perlindungan dalam segala tantangan hidup, dari yang paling kecil hingga yang terbesar. Karena itu, kotbah ini menantang kita untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, untuk menyadari kebesaran-Nya, dan untuk selalu bersyukur atas pertolongan yang diberikan-Nya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar