KOTBAH PENTAKOSTA II
Senin, 20 Mei 2024
“DIPENUHI ROH ALLAH UNTUK MEMIMPIN”
Kotbah: Bilangan 27:18-23 Bacaan: 2 Korintus 5:1-5
Hari ini kita masih merayakan Pentakosta II. Dalam ibadah ini tema yang akan kita renungkan adalah “Dipenuhi Roh Allah untuk Memimpin”. Konteks tema ini berbicara tentang penunjukan Yosua sebagai pemimpin Israel yang baru setelah Musa. Penunjukan Yosua terjadi pada saat kritis dalam sejarah Israel. Musa, pemimpin besar yang telah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan selama empat puluh tahun di padang gurun, mendekati akhir hidupnya. Musa memohon kepada Tuhan untuk menunjuk penggantinya, seseorang yang dapat memimpin umat dengan bijaksana dan penuh kasih. Tuhan menunjuk Yosua bin Nun, "seorang yang penuh Roh" (ay. 18).
Yosua dipilih bukan hanya karena keterampilan atau pengalaman militernya, tetapi karena ia dipenuhi dengan Roh Allah. Roh Allah memberikan hikmat, keberanian, dan kemampuan untuk memimpin. Ini adalah pengingat bagi kita bahwa kepemimpinan sejati dalam pelayanan Tuhan tidak bergantung pada kemampuan manusia saja, tetapi pada kehadiran dan kuasa Roh Kudus dalam hidup kita.
Musa kemudian menumpangkan tangannya ke atas Yosua di depan seluruh jemaat, menunjukkan pengalihan otoritas dan pengurapan Roh Kudus. Ini adalah tindakan simbolis yang penting, yang menegaskan bahwa kepemimpinan Yosua adalah berdasarkan mandat ilahi dan bukan hanya keputusan manusia.
Pertanyaan kita sekarang adalah pelajaran apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini?
Pertama, kepemimpinan yang dipilih oleh Tuhan (ay. 18): Firman Tuhan berkata, "Lalu TUHAN berfirman kepada Musa: Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya". Yosua dipilih karena dia penuh dengan Roh Allah. Ini menunjukkan bahwa kualifikasi utama untuk memimpin adalah dipenuhi oleh Roh Allah, bukan hanya keahlian atau pengalaman. Seperti Yosua, kita juga perlu mengandalkan Roh Kudus dalam setiap aspek kepemimpinan kita.
Kedua, peneguhan melalui Penumpangan Tangan (ay. 19-20). Musa diperintahkan untuk meletakkan tangannya atas Yosua di hadapan imam Eleazar dan seluruh umat Israel. Penumpangan tangan adalah simbol peneguhan dan pemberian otoritas. Ini mengajarkan kita bahwa kepemimpinan dalam konteks rohani memerlukan pengakuan dan dukungan dari komunitas iman. Kita tidak dapat memimpin sendiri; kita memerlukan dukungan dan doa dari saudara-saudari seiman.
Ketiga, taat pada Kehendak Tuhan (ay. 21). Yosua harus berdiri di hadapan imam Eleazar, yang akan meminta petunjuk Tuhan melalui Urim. Ini menunjukkan bahwa meskipun Yosua telah dipilih dan diteguhkan, dia harus tetap bergantung pada Tuhan untuk setiap keputusan yang diambil. Sebagai pemimpin yang dipenuhi Roh Allah, kita harus selalu mencari petunjuk Tuhan dalam doa dan firman-Nya, mengakui bahwa hikmat dan kekuatan kita berasal dari Dia.
Keempat, mengemban tanggung jawab dengan Penuh Iman (ay. 22-23). Musa melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan dan menumpangkan tangan atas Yosua. Yosua menerima tanggung jawab kepemimpinan dengan penuh iman, percaya bahwa Tuhan yang memanggilnya akan menyertainya. Kita juga dipanggil untuk mengemban tanggung jawab kita dengan penuh iman, percaya bahwa Tuhan akan memberikan kita kekuatan dan hikmat yang kita butuhkan.
Melalui kisah Yosua kita belajar bahwa kepemimpinan yang sejati berasal dari Roh Allah yang bekerja dalam hidup kita. Marilah kita membuka hati dan hidup kita untuk dipenuhi oleh Roh Kudus, agar kita dapat memimpin dengan hikmat, kasih, dan kekuatan yang berasal dari Tuhan. Marilah kita selalu mencari petunjuk Tuhan dalam segala hal dan menjalankan tugas kepemimpinan kita dengan penuh iman, seperti yang dilakukan Yosua.
RENUNGAN
Apa yang perlu kita renungkan dalam merayakan Pentakosta II ini? Untuk merefleksikan tema “Dipenuhi Roh Allah untuk Memimpin” berdasarkan Bilangan 27:18-23, kita dapat mempertimbangkan beberapa poin penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan dan kepemimpinan kita sehari-hari. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu kita refleksikan:
Pertama, pengakuan akan kebutuhan akan Roh Allah. Yosua dipilih oleh Tuhan karena dia penuh dengan Roh Allah. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati berasal dari kekuatan Roh Kudus, bukan dari kemampuan manusia semata. Kita perlu merenungkan sejauh mana kita mengandalkan Roh Allah dalam hidup dan kepemimpinan kita. Apakah kita sering kali mencoba mengandalkan kekuatan dan kebijaksanaan kita sendiri, ataukah kita sungguh-sungguh bersandar pada bimbingan dan kuasa Roh Kudus?
Kedua, pentingnya peneguhan dan dukungan komunitas. Musa menumpangkan tangan atas Yosua di hadapan seluruh umat Israel, meneguhkan dia sebagai pemimpin yang baru. Ini menunjukkan pentingnya pengakuan dan dukungan dari komunitas iman. Dalam refleksi ini, kita bisa bertanya: Apakah kita mendukung dan meneguhkan pemimpin-pemimpin di sekitar kita? Apakah kita mencari pengakuan dan dukungan dari komunitas iman dalam menjalankan tugas kepemimpinan kita?
Ketiga, ketaatan pada Kehendak Tuhan. Yosua harus terus mencari petunjuk Tuhan melalui imam Eleazar. Ini mengajarkan kita pentingnya ketaatan dan ketergantungan kepada Tuhan dalam setiap keputusan yang kita ambil. Refleksikan bagaimana kita mencari petunjuk Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Apakah kita rutin berdoa dan membaca firman-Nya, serta meminta bimbingan-Nya dalam setiap keputusan besar dan kecil?
Keempat, iman dan keberanian dalam mengemban tanggung jawab. Yosua menerima tugas kepemimpinan dengan penuh iman, percaya bahwa Tuhan akan menyertainya. Ini menantang kita untuk merenungkan bagaimana kita menanggapi tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Apakah kita melakukannya dengan iman dan keberanian, ataukah kita sering kali merasa ragu dan takut? Kita perlu mengingat bahwa Tuhan yang memanggil kita juga akan menyertai kita dan memberikan kita kekuatan.
Kelima, kerendahan hati dalam kepemimpinan. Yosua dipilih bukan karena ambisi pribadinya, tetapi karena Tuhan melihat hati dan kesediaannya untuk dipimpin oleh Roh-Nya. Refleksikan sikap hati kita dalam memimpin. Apakah kita memimpin dengan kerendahan hati, selalu siap untuk mendengarkan dan taat pada arahan Tuhan? Atau kita cenderung memimpin dengan otoritas dan ambisi pribadi?
Keenam, pengaruh kepemimpinan yang dipenuhi Roh Kudus Kepemimpinan yang dipenuhi Roh Allah membawa pengaruh yang positif dan membangun bagi orang lain. Pikirkan bagaimana kepemimpinan kita mempengaruhi orang-orang di sekitar kita. Apakah kehadiran kita membawa damai, hikmat, dan dorongan bagi mereka? Apakah kita menjadi teladan dalam iman dan perbuatan baik yang bisa diikuti oleh orang lain?
Dengan merenungkan poin-poin ini, kita dapat lebih memahami betapa pentingnya dipenuhi oleh Roh Allah dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Kita diingatkan bahwa tanpa bimbingan dan kekuatan dari Roh Kudus, kepemimpinan kita akan kehilangan arah dan tujuan sejati yang dikehendaki Tuhan. Karena itu, marilah kita terus membuka hati untuk dipenuhi Roh Kudus, sehingga kita dapat memimpin dengan bijaksana, penuh kasih, dan seturut dengan kehendak Tuhan. (rsnh)
Selamat Merayakan Pentakosta II dan menimkati Lawatan TUHAN bagi kita semua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar