Renungan hari ini:
“NILAI KEJUJURAN DAN INTEGRITAS DALAM BERBICARA”
Amsal 12:22 (TB2) "Orang yang dusta bibirnya menjijikkan bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia disenangi-Nya"
Proverbs 12:22 (NET) "The Lord abhors a person who lies, but those who deal truthfully are his delight"
Kitab Amsal adalah salah satu kitab dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama. Amsal 12:22 berbunyi dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
Nas hari ini menekankan nilai kejujuran dan integritas dalam berbicara. Mulut yang berdusta dianggap sebagai kekejian bagi TUHAN, sementara orang yang berlaku setia atau jujur disenangi oleh-Nya. Ini mencerminkan ajaran bahwa kejujuran dan integritas adalah nilai-nilai yang dihargai oleh Tuhan, sementara kebohongan dan ketidakjujuran dianggap sebagai pelanggaran moral. Penting untuk memahami ayat-ayat dalam Kitab Amsal dalam konteks budaya dan religiusnya pada waktu itu. Pengajaran-pengajaran seperti ini dapat menjadi panduan moral bagi orang-orang yang mengikuti ajaran agama Yahudi atau Kristen.
Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Nas hari ini menyiratkan beberapa nilai moral dan etika yang bisa direnungkan:
Pertama, perlu kejujuran dan integritas. Ayat ini menyoroti pentingnya kejujuran dalam berbicara dan bertindak. Dikatakan bahwa orang yang berbicara jujur dan bertindak dengan integritas disenangi oleh Tuhan. Hal ini mengajarkan kita untuk menghargai kejujuran sebagai prinsip fundamental dalam kehidupan.
Kedua, perlu sikap terhadap kebenaran. Pernyataan ini mengajak untuk mempertimbangkan bagaimana kita berbicara dan apakah kita berusaha untuk mengatakan yang benar atau justru menggunakan kebohongan. Kesadaran akan pentingnya membicarakan kebenaran dan menjauhi kebohongan dapat mengarah pada sikap yang disenangi oleh Tuhan.
Ketiga, pentingnya akhlak dan perilaku. Ayat ini menyoroti bahwa bukan hanya tindakan fisik yang menjadi perhatian Tuhan, tetapi juga perilaku dan sikap batiniah, seperti kejujuran dalam berbicara. Oleh karena itu, setia dalam perilaku dan berbicara adalah sesuatu yang dihargai oleh Tuhan.
Keempat, ketidaksetujuan dengan kebohongan. Pernyataan ini menegaskan bahwa kebohongan dianggap menjijikkan bagi Tuhan. Ini bisa menjadi panggilan untuk mengevaluasi apakah kita terlibat dalam kebohongan atau perilaku tidak jujur, dan jika ya, untuk berusaha meninggalkannya. Karena itu, dengan renungan ini, seseorang dapat mencari cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai kejujuran dan integritas ke dalam kehidupan sehari-hari serta mempertimbangkan bagaimana perilaku dan ucapan kita dapat mencerminkan sikap yang disenangi oleh Tuhan. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar