KOTBAH MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 08 Oktober 2023
“TUHAN MENGHENDAKI KEADILAN DAN KEBENARAN”
Kotbah: Yesaya 5:1-7 Bacaan: Lukas 11:37-42
Minggu ini kita akan memasuki Minggu Kedelapanbelas Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “TUHAN Menghendaki Keadilan dan Kebenaran”. Di dalam Kitab Yesaya, nabi ini sering kali menyampaikan pesan-pesan dari Allah kepada bangsa Israel. Kitab ini mencakup berbagai tema, termasuk nubuat mengenai masa depan mereka, peringatan akan dosa-dosa mereka, serta janji akan pemulihan dan penyelamatan.
Perikope Yesaya 5:1-7 menggambarkan sebuah perumpamaan tentang sebuah kebun anggur yang ditanam oleh pemiliknya, yang melambangkan Allah sebagai pemilik Israel. Pemilik kebun anggur telah melakukan segala hal yang diperlukan untuk memastikan kebun itu menghasilkan buah-buahan yang baik. Tetapi saat Allah mencari buah yang baik (keadilan dan kebenaran) dari bangsa Israel, Dia malah menemukan buah yang busuk (ketidaksetiaan dan kejahatan). Dalam konteks ini, latar belakangnya adalah perilaku buruk dan ketidaksetiaan bangsa Israel terhadap Allah mereka. Allah menginginkan keadilan dan kebenaran, tetapi bangsa Israel justru melakukan dosa-dosa dan kecurangan. Oleh karenanya, nabi Yesaya menggunakan perumpamaan ini untuk menggambarkan ketidakpatuhan bangsa tersebut dan mengingatkan mereka tentang pentingnya hidup dalam ketaatan kepada Allah.
Dalam ayat-ayat berikutnya, Yesaya melanjutkan dengan menggambarkan hukuman yang akan diterima oleh bangsa Israel sebagai akibat dari perbuatan mereka yang jahat. Namun, pesan utama dari nubuat ini adalah bahwa Allah selalu menghendaki keadilan dan kebenaran dari umat-Nya, dan ketidaksetiaan mereka akan mendatangkan konsekuensi. Jadi, tema "TUHAN menghendaki keadilan dan kebenaran" mencerminkan keinginan Allah untuk umat-Nya untuk hidup dalam ketaatan, keadilan, dan kebenaran, serta konsekuensi yang akan timbul jika mereka tidak mematuhi kehendak-Nya.
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah cara Allah menegakkan keadilan dan kebenaran-Nya bagi umat Israel? Berdasarkan Kitab Yesaya 5:1-7 ini, Allah menggunakan perumpamaan kebun anggur untuk menggambarkan bagaimana Dia menginginkan keadilan dan kebenaran dari bangsa Israel. Mari kita lihat bagaimana Allah menegakkan keadilan dan kebenaran dalam konteks ini:
Pertama, penanaman Kebun Anggur (ay. 1-2). Allah sebagai pemilik kebun anggur telah melakukan segala hal yang diperlukan untuk menjamin kebun itu menghasilkan buah yang baik. Ini mencerminkan kasih dan perhatian Allah terhadap bangsa Israel, yang Dia telah pilih sebagai umat-Nya. Dalam hidup sehari-hari, Allah memberikan kepada bangsa Israel berbagai berkat dan kesempatan untuk hidup dalam ketaatan-Nya, yang merupakan bentuk keadilan dan kebenaran.
Kedua, pencarian buah yang Baik (ay. 2-4). Allah mencari buah yang baik dari kebun anggur tersebut, yang melambangkan harapannya akan keadilan dan kebenaran dari bangsa Israel. Namun, Allah menemukan buah yang busuk, yang melambangkan ketidaksetiaan dan kejahatan bangsa itu. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Israel telah gagal memenuhi kehendak Allah dan hidup dalam keadilan dan kebenaran.
Ketiga, konsekuensi bagi buah yang busuk (ay. 5-7). Allah mengumumkan konsekuensi atas ketidaksetiaan bangsa Israel. Ia akan mencabut perlindungan dan berkat-Nya, membiarkan bangsa itu menghadapi konsekuensi dosa-dosa mereka. Konsekuensi tersebut mencakup penghancuran dan pembinasaan kebun anggur (Israel), yang akan diambil alih oleh duri-duri dan semak-semak, sehingga tidak akan menghasilkan buah lagi. Ini menggambarkan hukuman Allah yang datang atas ketidaksetiaan dan ketidakadilan bangsa tersebut.
Berdasarkan Kitab Yesaya 5:1-7, kita dapat melihat bahwa Allah menegakkan keadilan dan kebenaran dengan cara berikut:
Pertama, Allah memberikan berkat dan kesempatan kepada bangsa Israel untuk hidup dalam ketaatan dan kebenaran.
Kedua, Dia mengharapkan hasil yang baik dalam bentuk keadilan dan kebenaran dari mereka sebagai buah dari kasih dan perhatian-Nya. Namun, ketika bangsa Israel gagal memenuhi harapan-Nya dan hidup dalam dosa, Allah tidak akan mentoleransi ketidaksetiaan tersebut.
Ketiga, Allah akan memberikan konsekuensi atas perbuatan dosa dan ketidakadilan, yang bisa termasuk hukuman dan penghancuran.
Dengan demikian, dalam konteks ini, Allah menegakkan keadilan dan kebenaran dengan mengharapkan dan mendorong umat-Nya untuk hidup dalam ketaatan, sementara juga memberikan konsekuensi atas ketidaksetiaan dan ketidakadilan mereka jika mereka gagal mematuhi kehendak-Nya.
RENUNGAN
Apa yang perlu kita renungkan pada Minggu kedelapan belas setelah Trinitatis ini? Berdasarkan Kitab Yesaya 5:1-7, ada beberapa hal yang dapat kita refleksikan:
Pertama, ketaatan sebagai sebuah bangsa dan umat TUHAN. Kebun anggur yang digambarkan dalam perumpamaan ini adalah gambaran bangsa Israel, yang dipilih oleh Allah sebagai umat-Nya. Kita bisa merenungkan pentingnya ketaatan kepada Tuhan sebagai individu dan sebagai sebuah bangsa. Ketaatan kepada Allah dan hidup dalam keadilan dan kebenaran adalah hal yang dihendaki-Nya.
Kedua, tanggung jawab pribadi. Kita harus merenungkan bagaimana kita memenuhi tanggung jawab pribadi kita kepada Allah. Apakah kita menghasilkan buah keadilan dan kebenaran dalam hidup kita atau sebaliknya? Penting untuk introspeksi dan memastikan kita hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki Allah.
Ketiga, konsekuensi dosa dan ketidaksetiaan kita. Kita bisa mempertimbangkan konsekuensi dari dosa dan ketidaksetiaan terhadap Allah. Dalam perumpamaan ini, dinyatakan bahwa jika kita tidak hidup dalam keadilan dan kebenaran, maka ada konsekuensi yang mungkin kita hadapi. Ini dapat menjadi pengingat penting tentang pentingnya hidup dalam ketaatan.
Keempat, kesempatan untuk pertobatan. Meskipun ada ancaman konsekuensi atas ketidaksetiaan, kita juga bisa melihat bahwa Allah memberikan kesempatan untuk pertobatan. Dia ingin melihat buah keadilan dan kebenaran di dalam hidup kita. Kita dapat merenungkan apakah kita telah mengambil kesempatan tersebut dan melakukan perubahan dalam hidup kita.
Kelima, kasih dan harapan Allah. Akhirnya, kita harus mengingat kasih dan harapan Allah terhadap kita sebagai anak-anak-Nya. Dia menginginkan yang terbaik bagi kita, yaitu hidup dalam ketaatan, keadilan, dan kebenaran. Tema ini menggambarkan kasih dan harapan-Nya yang mendalam. Karena itu, dalam refleksi atas tema ini, penting untuk mengambil tindakan konkret dalam menjalani hidup kita sehari-hari. Ini mungkin melibatkan pertobatan, perbaikan perilaku, dan komitmen untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan kebenaran yang dikehendaki oleh Allah. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar