Renungan hari ini:
“MENYANYIKAN KEKUATAN TUHAN”
Mazmur 59:17 (TB2) "Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku"
Psalms 59:16 (NET) "As for me, I will sing about your strength; I will praise your loyal love in the morning. For you are my refuge and my place of shelter when I face trouble"
Menyanyikan kekuatan TUHAN berarti kita mengakui kekuatan TUHAN yang kita andalkan dalam seluruh kehidupan kita. Pemazmur memiliki banyak alasan mengapa ia menyanyikan kekuatan TUHAN.
Pertama, karena ia mengakui kekuatan Allah. Pemazmur mengakui bahwa Allah memiliki kekuatan yang luar biasa. Dalam keadaan apapun, dia ingin menyanyikan tentang kekuatan Allah yang memperlihatkan kuasa-Nya. Dengan mengakui kekuatan-Nya, pemazmur menunjukkan penghormatan dan keyakinan akan kemampuan Allah untuk melindungi dan menyelamatkan.
Kedua, karena rasa syukur atas kasih setia Allah. Pemazmur bersyukur atas kasih setia Allah yang tak terbatas. Meskipun mungkin mengalami tantangan, kesulitan, atau ancaman dari musuh, pemazmur tetap merasa dikelilingi oleh kasih setia Allah. Dia menyadari bahwa Allah senantiasa hadir dalam hidupnya, dan itulah alasan untuk bersorak-sorai. Pemazmur menyebutkan waktu pagi sebagai momen untuk bersorak-sorai karena kasih setia Allah. Pagi sering dianggap sebagai awal hari yang baru, memberikan kesempatan untuk memulai kembali dan menikmati rahmat Allah yang baru. Pemazmur ingin mengisi pagi hari dengan pujian dan kegembiraan atas kasih setia-Nya.
Dalam konteks Mazmur 59 secara keseluruhan, pemazmur menghadapi ancaman musuh dan kesulitan yang membuatnya merasa terancam dan khawatir. Namun, dalam akhir mazmur, pemazmur menyadari bahwa kekuatan dan kasih setia Allah melebihi segala ancaman yang ada. Oleh karena itu, pemazmur memutuskan untuk menyanyikan pujian dan bersorak-sorai pada waktu pagi sebagai ungkapan terima kasih dan pengharapan kepada Allah
Pernyataan "Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu" mengandung beberapa makna penting, yakni:
Pertama, pengakuan akan kekuatan Allah. Pemazmur mengakui kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh Allah. Dia menyadari bahwa Allah adalah sumber segala kekuatan dan kuasa, yang dapat melindungi dan menyelamatkan dia dari ancaman dan kesulitan yang dihadapinya. Pemazmur merasa yakin bahwa kekuatan Allah jauh melebihi kekuatan musuh atau masalah yang mungkin dihadapinya.
Kedua, rasa syukur atas kasih setia Allah. Pemazmur merasakan dan mengenali kasih setia Allah yang tak terbatas. Dia merasa dikelilingi oleh cinta dan kebaikan Allah yang senantiasa hadir dalam hidupnya. Meskipun pemazmur mungkin menghadapi situasi yang sulit atau musuh yang kuat, dia tetap bersyukur karena kasih setia Allah tetap ada dan memberikan kekuatan serta perlindungan.
Ketiga, pujian dan kegembiraan pada waktu pagi. Pagi di sini bukan hanya merujuk pada waktu secara harfiah, tetapi juga sebagai simbol awal baru. Pemazmur mengungkapkan niatnya untuk memulai setiap hari dengan pujian dan kegembiraan kepada Allah. Dalam momen-momen pertama di pagi hari, pemazmur ingin mengarahkan hati dan pikirannya pada Allah, mengakui kekuatan-Nya, dan bersorak-sorai atas kasih setia-Nya yang membawa harapan dan sukacita.
Secara keseluruhan, pernyataan ini mencerminkan sikap penuh keyakinan, penghormatan, dan rasa syukur terhadap Allah. Pemazmur ingin mengalami kehadiran dan kekuatan Allah setiap hari dalam hidupnya, dan melalui pujian serta kegembiraan, dia memperkuat hubungannya dengan-Nya dan menunjukkan ketergantungannya pada-Nya.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang perlu kita renungkan dari nas hari ini? Ada beberapa yang perlu kita renungkan, yakni:
Pertama, pengakuan akan ketergantungan pada Allah. Pemazmur menyadari bahwa kekuatannya berasal dari Allah semata. Dalam menghadapi tantangan, ancaman, atau kesulitan, pemazmur mengakui bahwa hanya dengan mengandalkan kekuatan Allah, dia dapat mengatasi segala hal. Ini mengajarkan kita untuk mengakui ketergantungan kita pada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita dan tidak mengandalkan kekuatan atau kecakapan sendiri.
Kedua, rasa syukur dan penghargaan atas kasih setia Allah. Pemazmur merasa terkait erat dengan kasih setia Allah yang tak terbatas. Meskipun mungkin menghadapi masalah atau musuh, dia menghargai bahwa Allah tetap setia dalam memberikan perlindungan, bimbingan, dan anugerah-Nya. Renungan ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas kasih setia Allah yang terus-menerus mengalir dalam hidup kita, meskipun dalam situasi sulit.
Ketiga, pujian dan kegembiraan sebagai respons atas karunia Allah. Pemazmur mengungkapkan niatnya untuk menyanyikan pujian dan bersorak-sorai pada waktu pagi. Ini menunjukkan sikap sukacita, penghormatan, dan rasa syukur yang dinyalakan oleh hadirat Allah dalam hidupnya. Renungan ini mengajarkan kita untuk merespons kasih setia Allah dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur, mengisi hidup kita dengan pujian dan penghargaan yang membawa sukacita dan kedamaian.
Secara keseluruhan, frasa ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya mengandalkan Allah, menghargai kasih setia-Nya, dan merespons-Nya dengan penuh kegembiraan dan pujian. Ia mengingatkan kita akan kuasa, kebaikan, dan karunia Allah yang hadir dalam hidup kita, serta perlunya menjadikan pujian dan syukur sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Karena itu, teruslah menyanyikan kekuatan TUHAN dalam seluruh perjalanan hidup kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar