Renungan hari ini:
“ALLAH YANG MEMBANGUN SEGALA SESUATU”
Ibrani 3:4 (TB2) "Sebab setiap rumah dibangun oleh seseorang, tetapi Allahlah yang membangunan segala sesuatu"
Hebrews 3:4 (NET) "For every house is built by someone, but the builder of all things is God"
“Allahlah yang membangunan segala sesuatu" adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa meskipun seseorang dapat membangun sebuah rumah atau struktur fisik lainnya, namun hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk membangun dan menciptakan segala sesuatu secara menyeluruh. Dalam konteks ini, "Sebab setiap rumah dibangun oleh seseorang" menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk membangun rumah dan struktur lainnya dengan bahan-bahan yang tersedia di dunia ini. Namun, kemampuan manusia untuk membangun hanya terbatas pada bahan-bahan dan sumber daya yang tersedia di dunia ini.
Sementara itu, "tetapi Allahlah yang membangun segala sesuatu" menunjukkan bahwa Allah memiliki kekuasaan dan kuasa yang tak terbatas untuk menciptakan segala sesuatu tanpa terbatas oleh sumber daya atau bahan-bahan tertentu. Dalam hal ini, Allah dianggap sebagai pencipta segala sesuatu dan kekuasaannya melampaui kemampuan manusia untuk menciptakan atau membangun.
Kita pasti kagum jika melihat sebuah bangunan yang indah, cantik, dan unik, serta megah. Kita pasti bertanya siapa yang menjadi arsitek bangunan itu. Atau paling sederhananya, jika kita hendak membangun rumah kita, pastilah mencari seorang arsitek bangunan agar rumah kita bagus dan cocok dengan selera hati kita masing-masing. Lalu kita bertanya lagi, jika bangunan dunia ini punya ahli arsiteknya, siapakah ahli arsitek manusia? Siapakah yang membentuk dan menjadikan manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya?
Penulis Surat Ibrani mengingatkan kita, bahwa seorang ahli bangunan sudah sepatutnya lebih dihormati daripada rumah yang dibangunnya. Ia memberi perumpamaan bahwa rumah yang dibangun itu adalah kita, manusia, sedangkan ahli bangunan adalah Allah. Tepat sekali. Bukankah Allah adalah Pencipta yang telah membuat kita ada? Ia bagaikan ahli bangunan yang merancang dan mendirikan sebuah bangunan. Lantas, penulis Surat Ibrani membandingkan Musa dengan Kristus. Kristus jelas lebih tinggi daripada Musa, karena Musa hanyalah pelayan dari rumah Allah, sedangkan Kristus adalah Kepala Rumah Allah. Sebagai pelayan, maka Musa harus mengikuti kehendak Sang Kepala. Sama halnya rumah juga harus tunduk pada kemauan Sang Kepala Rumah.
Musa, seorang nabi yang sangat dihormati oleh bangsa Israel pun tunduk kepada Allah. Lantas, bagaimana dengan kita? Sebagai pelayan rumah Allah, Musa menunaikan tugasnya dengan setia. Ia memastikan bahwa semua yang dihendaki oleh Kepala Rumah, benar-benar sudah dilakukan olehnya. Bagaimana dengan kita? Jangan-jangan kita hanya tunduk pada Tuhan, jika kehendak-Nya cocok dengan kita. Bukankah kita harus tunduk kepada Dia dalam segala hal? Ingat, jangan menunda-nunda! Hari ini tetapkan dirimu untuk taat kepada-Nya.
Jika kita membangun hidup kita berdasarkan informasi dunia ini, kita akan mengalami apa yang dunia sedang alami. Meski mungkin awalnya terlihat baik, tetapi perlahan akan menjauhkan kita dari Tuhan. Dunia dan segala isinya bukanlah “ahli bangunan” yang dapat diandalkan.
Hanya Tuhan dan kebenaran-Nya yang dapat kita andalkan. Saat kita membangun hidup kita di atas dasar Batu Karang Yang Teguh, kita tidak akan mudah terombang-ambing. Pada saat yang lain mengatakan, “Saya stress, saya sakit, saya gagal,” kita dapat mengatakan, “Saya bersukacita, saya sehat, dan saya diberkati. Karena itu, bersukacitalah karena ternyata TUHANlah yang membangun tubuh dan jiwa raga kita untuk kemuliaan nama-Nya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar