Jumat, 07 April 2023
“YESUS POKOK KESELAMATAN YANG ABADI”
Kotbah: Ibrani 5:7-10 Bacaan: Mazmur 22:18-25
Hari ini kita merayakan hari besar umat Kristiani yang mengagungkan yakni Peringatan Hari Kematian Yesus, Jumat Agung. Disebut Jumat Agung karena pada hari inilah Yesus mati disalibkan di Golgota demi menanggung dosa manusia dan dunia ini.
Pada Ibadah Jumat Agung ini kita akan membahas tema “Yesus Pokok Keselamatan yang Abadi”. Sebagai pokok keselamatan yang abadi, Yesus adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan keselamatan kekal dan hidup yang kekal bersama Allah Bapa. Melalui kesetiaan-Nya yang sempurna, Ia telah menjadi pelopor keselamatan bagi semua orang yang percaya dan mengikutinya. Oleh karenanya, Ia disebut sebagai "pokok keselamatan yang abadi" karena Dia adalah satu-satunya harapan keselamatan bagi manusia yang berdosa.
Menurut Ibrani 5:7-10, Yesus disebut sebagai "pokok keselamatan yang abadi" karena Ia telah mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna bagi dosa manusia, dan Ia telah mengemban tugas-Nya sebagai Imam Besar dengan cara yang sempurna.
Yesus mengalami penderitaan yang besar selama hidup-Nya di dunia, terutama pada saat menjelang kematiannya di kayu salib. Namun, Ia tetap setia kepada Allah Bapa-Nya dan menerima dengan rela kehendak-Nya. Dalam doa-Nya yang dilukiskan dalam ayat tersebut, Yesus memohon kepada Bapa surga-Nya dengan keras dan tangis, dan Ia diterima sebagai Imam Besar yang sempurna.
Sebagai pokok keselamatan yang abadi, Yesus telah membawa keselamatan yang abadi bagi semua orang yang percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat. Ia telah membuka jalan bagi manusia untuk dapat mendapatkan keselamatan kekal dan hidup yang kekal bersama Allah Bapa melalui kesetiaan-Nya yang sempurna dan persembahan diri-Nya yang menjadi korban yang sempurna bagi dosa manusia.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang membuat Yesus disebut sebagai pokok keselamatan yang abadi? Ada beberapa hal yang membuat Yesus disebut sebagai pokok keselamatan yang abadi, yakni:
Pertama, karena Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis (ay. 7). Secara eksplisit dan implisit, Paulus menuturkan bahwa Yesus Kristus dalam hidup-Nya sebagai manusia, telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, Allah Bapa-Nya. Yaitu kepada Dia, Allah Bapa yang sudah menyelamatkan dan membangkitkan-Nya dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Kitab Suci mengemukakan bahwa oleh sebab ketaatan dan kesalehan-Nya, maka persembahan, permohonan dan keluhan-Nya, Yesus Kristus, Tuhan kita, telah didengarkan oleh-Nya. Oleh karena ketaatan dan kepatuhan-Nya dalam melaksanakan sebagai utusan-Nya, maka Dia menerima persembahan dan permohonan dan keluhan-Nya.
Demikian dinyatakan oleh Firman Tuhan dalam Surat Ibrani 5:7, yang berbunyi: “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.” Dalam menghadapi penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa, bahkan ratap tangis. Yesus sendiri berdoa, apalagi kita ini yang sangat lemah tentunya tidak akan dapat lepas dari doa kepada Tuhan.
Ketika kita ada niat untuk berdoa, hal ini menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya, kita tidak sendiri menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan.
Doa adalah kekuatan dan peneguhan bagi kita, ketika kita memanjatkan doa, maka bukan lagi ketakutan yang menguasai diri kita, tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan keyakinan dari Tuhan. Sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan, namun ketika kita berdoa saat itu juga Tuhan telah memberikan kepada kita kekuatan dan keyakinan untuk dapat menghadapi penderitaan yang kita hadapi.
Kedua, karena Yesus telah belajar menjadi taat (ay. 8). Demikianlah, walaupun Ia adalah Anak Tunggal Allah Bapa, namun Ia telah belajar menjadi taat tergadap segala sesuatu yang telah diderita-Nya. Ia sangat taat dan sangat patuh terhadap Dia yang mengutus-Nya. yaitu Allah Bapa yang bertakhta di Kerajaan Surga. Hal itu dinyatakan oleh Firman Tuhan dalam Surat Ibrani 5:8, yang berbunyi: “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,”.
Di sini, melalui ayat Firman Tuhan ini, kita mendapatkan suatu pembelajaran yang sangat luar biasa. Bahwa sekalipun Ia adalah Anak Tunggal Allah Bapa yang bertakhta di sorga, namun Ia belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Ia sangat menaati perintah Bapa-Nya yang mengutus-Nya. Dia bahkan sudah menunjukkan kepada kita kerendahan hati-Nya yang penuh dengan belas kasihan.
Sejatinya, adakah seorang anak setaat Dia, Anak Tunggal Allah Bapa, Yesus Kristus, Tuhan kita? Dia adalah Pribadi Mahaagung yang memiliki ketaatan yang sangat luar biasa kepada Allah Bapa yang mengutus-Nya. Dia adalah Pribadi yang menjadi satu-satunya sumber keteladanan bagi kita dan semua orang yang percaya kepada-Nya dari masa ke masa sampai pada pungkasan zaman.
Ketiga, karena Yesus menjadi pokok keselamatan yang abadi (ay. 9). Kemudian daripada itu, marilah kita baca dan kita pelajari Firman Tuhan yang dicatat dalam Surat Ibrani 5:9. Tuhan berfirman: “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,”. Sungguh! Sesudah Ia menyelesaikan segala sesuatunya sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya, Ia naik ke sorga. Ia naik ke sorga dengan segala kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.
Di sana, di surga, Ia menjadi pokok keselamatan abadi. Karena memang Dia adalah Mesias dan Juru Selamat manusia berdosa yang percaya kepada-Nya. Dia menjadi pangkal dan sumber keselamatan semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya. Sejatinya, Ia, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah Bapa, yang sudah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Yang Maha Kuasa adalah lantaran dan sumber segala lantaran dan sumber keselamatan abadi bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
Keempat, karena Yesus dipanggil oleh Allah menjadi Imam Besar (ay. 10). Paulus menyatakan bahwa Ia, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah Bapa, dipanggil dan ditetapkan menjadi Imam Besar oleh Allah menurut peraturan Melkisedek sejak dari mulanya. Dikisahkan bahwa Melkisedek adalah seorang raja kebenaran atau raja keadilan dari Salem atau Yerusalem. Ia adalah Imam Allah yang Mahatinggi. Ia adalah Imam Allah yang pernah memberkati Abraham. Ia adalah Imam Besar sepanjang masa.
Dalam Kitab Kejadian 14:18-20, ada Firman Tuhan yang mengatakan: “Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.”
Dalam Perjanjian Baru, Gelar Raja Yerusalem, yang disebut dengan nama Melkisedek, kemudian diperuntukkan bagi Yesus Kristus, Tuhan kita. Karenanya, Ia lalu menjadi Imam Besar yang abadi, imam besar yang jauh lebih besar daripada Harun dan semua imam besar yang ada di dunia. Ia adalah Imam Besar yang dipilih-Nya, dipanggil-Nya dan ditetapkan-Nya sejak dari mulanya.
Dalam Surat Ibrani 6:20, Firman Tuhan menyatakan: “di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.” Jadi, menurut ayat Firman Tuhan ini, dinyatakan bahwa Yesus Kristus sudah masuk menjadi Perintis bagi kita, yaitu menjadi Imam Besar menurut peraturan Melkisedek. Ia menjadi Imam Besar bagi kita dan semua orang percaya untuk selama-lamanya
Kemudian daripada itu, marilah kita simak dan kita perhatikan Firman-Nya yang tercantum dalam Surat Ibrani 2:17. Alkitab menyatakan kepada kita:
“Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”
Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam rangka Peringatan Kematian Yesus Kristus hari ini? Ada beberapa hal penting yang harus kita renungkan dan hayati, yakni:
Pertama, mari kita mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis (ay. 7). Doa dan permohonan yang Yesus persembahkan dengan ratap tangis menunjukkan kepekaan dan kepedulian-Nya yang mendalam terhadap keadaan dunia yang penuh dengan dosa dan penderitaan. Ia memohon dengan keras kepada Allah Bapa untuk memberikan keselamatan dan pembebasan bagi umat manusia dari belenggu dosa dan kuasa iblis.
Dalam mempersembahkan doa dan permohonan dengan keras dan tangis, Yesus juga menunjukkan rasa sakit dan penderitaan yang Ia alami dalam menjalankan tugas-Nya sebagai Juruselamat. Ia tahu bahwa Ia akan mengalami penderitaan yang besar, termasuk penolakan, penghinaan, dan kematian di kayu salib. Namun, Ia tetap setia kepada Allah Bapa dan menerima dengan rela segala penderitaan tersebut.
Dengan mempersembahkan doa dan permohonan dengan keras dan tangis, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah sumber kasih dan kesetiaan yang mendalam kepada Allah Bapa dan umat manusia. Ia mempersembahkan diri-Nya secara total dan mengorbankan segala-galanya untuk memberikan keselamatan bagi umat manusia. Doa dan permohonan-Nya yang dipenuhi dengan ratap tangis menjadi bukti kesetiaan dan kasih-Nya yang luar biasa terhadap Allah Bapa dan umat manusia.
Kedua, kita harus mampu menjadi orang yang taat.
Sama seperti Yesus Kristus yang belajar untuk taat maka kita pun harus mampu belajar menjadi taat menjalani kehidupan ini. Ketaatan Yesus dalam konteks ini merujuk pada kesetiaan-Nya kepada Allah Bapa-Nya, yang mencakup seluruh tugas-Nya sebagai Anak Allah, Mesias, dan Imam Besar. Selama hidup-Nya di dunia, Yesus selalu menuruti kehendak Allah Bapa dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Selama menjalankan tugas-Nya sebagai Mesias dan Imam Besar, Yesus mengalami penderitaan yang besar, termasuk dicobai, dicela, dan dihina oleh manusia, bahkan sampai mengalami kematian di kayu salib. Namun, Ia tetap setia kepada Allah Bapa dan menerima dengan rela segala penderitaan tersebut.
Ketaatan Yesus melalui penderitaan-Nya merupakan bukti kesetiaan-Nya yang sempurna kepada Allah Bapa dan kehendak-Nya. Karena kesetiaan-Nya yang sempurna dan persembahan diri-Nya yang menjadi korban yang sempurna bagi dosa manusia, Yesus menjadi sumber keselamatan bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Dengan kata lain, ketaatan Yesus merujuk pada kesetiaan-Nya yang sempurna kepada Allah Bapa-Nya dan persembahan diri-Nya yang menjadi korban yang sempurna bagi dosa manusia. Ketaatan ini menjadi dasar bagi keselamatan yang ditawarkan-Nya kepada semua orang yang taat kepada-Nya sebagai Juruselamat dan Imam Besar. Karena itu, marilah meneladani Yesus yang rela mati dan berkurban demi keselamatan umat manusia agar manusia memeroleh kehidupan yang kekal. (rsnh)
Selamat merayakan Hari Kematian Yesus Kristus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar