Renungan hari ini:
“MINYAK URAPAN”
Yehezkiel 16:9 (TB) "Aku membasuh engkau dengan air untuk membersihkan darahmu dari padamu dan Aku mengurapi engkau dengan minyak"
Ezekiel 16:9 (NET) “Then I bathed you in water, washed the blood off you, and anointed you with fragrant oil"
“Minyak Urapan” adalah salah satu bagian penting dalam zaman kepemimpinan Musa. Hal itu dapat dipahami secara implisit Minyak Urapan mengandung hakikat Allah yang kudus, sehingga Allah sendirilah yang menentukan bahan-bahannya serta cara pembuatannya. Itulah sebabnya disebut juga Minyak Urapan yang Kudus. Di sisi lain Minyak Urapan yang diperintahkan Tuhan kepada Musa untuk membuatnya memiliki batas-batas; baik menyangkut limit waktu maupun kekhususan dalam pembuatan dan penggunaannya. Oleh karena itu Minyak Urapan dilarang dengan tegas agar tidak dibuat oleh orang lain; juga tidak boleh dipakaikan kepada badan orang awam (Kel. 30:22-33; Im. 8:1-2; 10- 12).
Istilah minyak urapan pada dasarnya adalah minyak yang dibuat oleh Musa atas perintah Allah pada kitab Keluaran 30:23-25; yang merupakan campuran dari lima bahan dasar dan diperuntukkan khusus untuk menguduskan Kemah Suci serta perabotan- perabotannya dan pentahbisan Harun dan anak-anaknya dalam pengangkatan Imam. Itulah batasan pengunaan istilah minyak urapan; hanya sampai zaman Perjanjian Lama karena pada zaman Perjanjian Baru, Minyak urapan ini harus dipahami dari dua kata yakni Minyak dan Urapan.
Minyak sebagai tipologi dari Roh Kudus dan urapan yang ada dalam bahasa Gerika "Chisma" menunjuk kepada "Tindakan". Dengan demikian minyak urapan dalam Perjanjian Lama adalah tipologi Roh Kudus, dan tindakan dan karyanya bagi orang percaya dalam pelayanan masa kini (1 Yoh. 2:20). Minyak juga perlu dipahami sebagai simbol Roh Kudus seperti pada saat Tuhan Yesus dibabtis dan diurapi, dimana burung merpati sebagai simbol Roh Kudus. Itulah sebabnya Minyak dalam Perjanjian Baru tidaklah harus dipahami secara literal (Mzm. 23:5; Luk. 4:18; Kis. 10:38; 1 Yoh. 2:20, 27). Minyak juga adalah sumber terang di dalam tempat kediaman dan tabernakel.
Minyak Urapan dalam Perjanjian Lama jelas bahwa itu adalah perintah Tuhan langsung kepada Musa untuk membuatkan minyak urapan dengan lisensi atau ramuan khusus dari Tuhan untuk mengurapi Imam Harun beserta anak-anaknya, Perkakas dan peralatan kemah suci dan dilarang dipergunakan ke badan orang biasa. Sedangkan minyak yang banyak dituliskan dalam Perjanjian Baru adalah tidak berbicara untuk pengurapan. Alkitab dengan jelas mengatakan kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan (Yak. 5:14). Dari ayat ini berbicara mengoles dan mendoakan. Yang dioles dan didoakan adalah orangnya, bukan tembok, mobil, rumah baru, jalan raya dan gang sempit. Apabila ada yang kemasukan setan maka orang itu perlu di doakan dan diurapi atau dioles dengan minyak. Yesus sendiri tidak pernah menggunakan minyak dalam hal penyembuhan. Cara mengoleskan minyak memang tidak dilarang oleh Alkitab, para murid melakukannya (Mrk. 6:13), mengatakan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.
Fenomena minyak urapan inilah yang cukup ngetrend bagaikan zimat yang membawa kesembuhan, orang dibawa beriman kepada minyak dan bukan kepada Yesus Kristus. Yesus sendiri mengatakan, berdoalah dalam nama-Ku (Yoh. 16:24) tanpa menyebutkan menggunakan minyak atau yang lainnya. Perlu di diketahui bahwa tidak ada satupun sebanding dengan kuasa Yesus. Melebih-lebihkan sesuatu melebihi nama Yesus merupakan berhala dan penyembahan kepada setan.
Tuhan Yesus dan para rasul-Nya menyembuhkan orang sakit dan kerasukan tidak menggunakan minyak urapan sedikit pun. Kalaupun ada kata “minyak” di dalam Alkitab (Yak. 5:14), itu adalah minyak zaitun (Yunani: elaion) yang khusus untuk pengobatan, bukan untuk hal-hal lainnya (misalnya, mengurapi rumah baru, mabil baru, mengusir setan, dll). Untuk itu, fenomena makna minyak urapan yang telah keliru dan salah kapra ini perlu direinterpretasi kembali agar dapat menemukan pengertian yang hakiki dan teologis sesuai maksud Alkitab.
Menurut analisa, minyak yang dipakai di gereja masa kini tidak sama dengan minyak urapan di zaman Perjanjian Lama, karena tidak sesuai dengan kriteria dalam pembuatannya. Betapa marak dan menjamurnya minyak urapan tersebut “dijual”, seakan-akan menjadi semacam obat yang mujarab untuk menyembuhkan yang sakit dan mengurapi rumah baru dan mobil baru sehingga dapat dipastikan adanya kesalahan pengertian dari penggunaan minyak urapan tersebut. Mujizat-mujizat yang terjadi setelah orang di doakan dengan mengolesi minyak, bukanlah karena minyak tersebut disebut minyak urapan melainkan Tuhan Yesus memakai sarana minyak tersebut untuk mengadakan Mujizat.
Kiranya pemakaian istilah minyak urapan pada minyak yang digunakan untuk mendoakan orang sakit dan lain sebagainya, diganti dengan sebutan minyak oles agar tidak terjadi kerancuan atau pemahaman yang keliru pada jemaat Tuhan, sehingga dapat menghilangkan makna pengertian minyak urapan yang menjadi tipologi Roh Kudus. Sebab jika di istilahkan terus dengan minyak urapan maka dapat membuat orang Kristen tidak lagi mencari pengurapan Roh Kudus dan Yesus sebagai sumber pencurahan, tetapi jemaat akan disibukkan untuk mencari minyak yang disebut-sebut minyak urapan. Karena itu, hati-hatilah menggunakan istilah minyak urapan agar tidak salah mengerti maksud dan tujuan penggunaannya pada masa kini. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar