Minggu, 05 Pebruari 2023
“HIDUP BENAR SESUAI DENGAN HUKUM TUHAN”
Kotbah: Yakobus 1:22-25 Bacaan: Yesaya 58:1-9a
Minggu ini kita memasuki Minggu Septuagesima. Tujuh puluh hari sebelum Paskah/Kebangkitan Yesus Kristus (70 ari dijolo ni ari Haheheon ni Tuhan Jesus Kristus). Dalam minggu ini kita akan membahas tema “Hidup Benar Sesuai dengan Hukum TUHAN”. Semua orang tentunya ingin hidup benar, tidak hanya di hadapan Tuhan tetapi juga di depan sesama kita. Bahkan sejak kecil kita sudah dididik untuk melakukan segala sesuatu dengan benar, berbicara dengan cara yang benar, bersikap dengan cara yang benar. Sekalipun hidup benar adalah panggilan, harus kita akui bahwa orang-orang yang hidup tidak benar itu lebih banyak, dan realitanya mereka ada dalam masyarakat. Di mana-mana ada kekerasan,tidak hanya secara komunal tetapi bisa antar priadi bahkan dalam rumah tangga (KDRT) dan sering kali ada pembiaran terhadap kekerasan yang terjadi.
Contoh lain, adanya keserakahan. Ada orang-orang yang menghabiskan segala sumber daya alam, menimbun untuk diri sendiri, sedangkan sesamanya menderita dalam kekurangan. Demikian pula pencurian, juga menjadi hal yang banyak terjadi di sekitar kita. Zaman Sekarang ini, pencurian tidak hanya tengah malam melainkan siang hari pada saat terang benderang. Bentuk lain hidup yang tidak benar adalah adanya ketidaksetiaan terhadap pasangan atau perselingkuhan, yang juga telah menjadi hal yang sudah umum terjadi di masyarakat, dan dilakukan secara terang-terangan.
Persoalan kita sekarang adalah bagaimana cara kita agar mampu hidup benar sesuai dengan Hukum TUHAN? Itulah yang hendak kita bahas dalam kotbah Minggu Septuagesima ini. Dari perikop Yakobus 1:22-25 ini kita belajar bagiamana car akita agar mampu menjadi hidup benar sesuai Hukum Tuhan itu, yakni:
Pertama, kita harus mampu menjadi pelaku Firman TUHAN (ay. 22). Tuhan menginginkan hidupkita menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar. Dari kehidupan sehari-hari kita menemukan ada empat sikap orang tentang pelaku Firman TUHAN ini, seperti:
1) Dia itu pelaku firman dan juga pendengar firman TUHAN. Ini adalah orang yang taat, ini adalah orang yang diharapkan oleh Tuhan, ini adalah orang yang terbaik secara Kristen. Orang yang pendengar firman juga pelaku firman.
2) Dia itu pelaku firman tetapi bukan pendengar firman. Berarti apa? Dia kurang bisa berkembang. Dia pernah dengar firman, terus dia melakukan firmannya itu-itu saja, hanya tiga firman Tuhan dilakukan tapi dia tidak mau dengar lagi. Jadi kebenarannya itu hanya tiga ini, tiga poin saja. Mungkin jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri. Dia pelaku firman, oke, dia sudah dengar firmannya tetapi dia tidak terus mendengar sehingga tidak ada tambahan firman Tuhan dalam kehidupannya. Dia tidak merenungkan firman Tuhan. Ini kondisi yang sebenarnya kurang berkembang atau tidak bisa terjadi juga. Karena bagaimana mungkin mau melakukan firman jika tidak mendengar firman? Kondisi yang bingung ya.
3) Dia bukan pelaku firman tetapi pendengar firman. Inilah yang menjadi pembahasan kita pada hari ini. Bukan pelaku firman tetapi dia dengar firman Tuhan. Yakobus katakan ini adalah penipuan, dan penipuan itu bukan pada orang lain, kepada orang banyak, tetapi kepada personal, kepada satu individu, kepada diri sendiri. Untuk apa datang ke gereja, duduk, dengar firman, tidak lakukan. Kita sedang menipu diri kita sendiri. Mengerikan dosa seperti ini. Bukan pelaku firman tetapi pendengar firman.
4) Dia bukan pelaku firman, bukan juga pendengar firman. Ini berarti orang Kristen paling buruk. Tidak mendengar firman, tidak melakukan firman. Untuk apa hidup seperti ini? Mereka tidak taat. Mereka hanya terdaftar sebagai warga jemaat tetapi tidak pernah datang ke Gereja, tidak pernah mendukung pelayanan Gereja, dll.
Kedua, kita harus mampu bercermin dari Firman TUHAN (ay. 23-24). Analogi manusia yang bercermin adalah saat kita di depan cermin kita mampu melihat wajah kita dengan jelas, tetapi setelah kita berlalu dari depan cermin, maka kita pun segera lupa wajah kita. Yakobus menggunakan perumpamaan ini menggambarkan bahwa kita seringkali lupa firman TUHAN, itu adalah bahaya. Sudah dengar firman tapi lupa. Ketika di Gereja, kita banyak mendengar dan membaca Firman TUHAN, tepai setelah pulang ke rumah kita lupa apa yang kita dengar dan baca di Gereja.
Orang yang segera lupa itu adalah orang yang payah sekali. Ini adalah gambaran orang yang tidak lakukan firman. Ketika Yakobus memakai analogi ini, analogi orang yang bercermin kemudian lupa, ini seperti orang yang mendengar firman terus lupa untuk lakukan karena orang yang melakukan sesuatu itu pasti ingat bahaya kalau lupa-lupa terus ya tidak ada hal yang dikerjakan kalau kita seringkali lupa. Maka Yakobus katakan lakukan lakukan firman Tuhan, perlu usaha, perlu minta anugerah Tuhan.
Kata “melupakan” dapat kita pahami dalam dua hal yakni: (a) Melupakan itu berarti gagal untuk mengingat Firman TUHAN. Kita sudah berusaha membaca dan menghafal tetapi ketika kita butuh, kita lupa. Kita tidak bisa mengingat Firman itu lagi. (b) adalah bukan hanya gagal untuk mengingat tetapi juga mengizinkan sesuatu yang sudah kita miliki yang sudah kita terima itu dibiarkan kabur atau lepas. Itu namany “lupa.” Kenapa bisa lepas? Kenapa bisa kabur? Karena kita cuek, karena kita tidak memperhatikan hal yang sudah kita miliki. Itu sama seperti kita punya keluarga, kalau kita melupakan keluarga kita, kita berarti membiarkan keluarga kita itu semakin jauh, semakin jauh, semakin jauh. Bagaimana kita supaya semakin mengingat keluarga, mengingat semua orang yang kita kasihi, mengingat gereja Tuhan, itulah gunanya doa.
Cermin itu sangat penting sebab cermin kita gunakan untuk bisa melihat apakah penampilan kita masih perlu dirapikan sebelum kita keluar dari rumah – agar kita tidak ditertawai orang karena terlihat aneh. Salah satu manfaat utama dari cermin adalah membantu kita menjaga penampilan tetap baik. Coba pikirkan akibat buruk yang akan timbul jika di dunia ini tidak ada benda (seperti air, cermin, kaca atau logam) yang bisa memantulkan bayangan kita? Yang akan kita lihat setiap hari adalah kejorokan dan keburukan orang lain. Yang lebih parah lagi adalah kita juga tidak dapat melihat kejorokan dan keburukan kita sendiri. Tanpa cermin, kita tidak akan bisa menjaga penampilan kita.
Demikianlah, Yakobus ingin memberitahu kita bahwa Firman Allah itu seperti cermin yang dapat dipakai untuk membantu kita menjaga kebersihan batin kita. Firman Allah memiliki fungsi ini, sama seperti cermin, yang membuat kita tahu apa yang benar dan yang kudus, dan apa yang kotor serta jahat. Firman Allah bisa membantu kita hidup dalam kekudusan. Jika kita memiliki sikap hati yang benar terhadap Firman Allah, maka ia akan berfungsi seperti cermin yang mampu mengubah segenap kehidupan kita, membuat kita meninggalkan kekotoran dan kejahatan, dan menjadi orang merdeka.
Ketiga, kita harus mampu meneliti Firman TUHAN yang sempurna (ay. 25). Di sini dikatakan bahwa orang yang bisa seperti ini adalah orang yang melihat tetapi bukan saja sekedar melihat tetapi meneliti, meneliti apa? Hukum yang sempurna. Kalau Yakobus mengatakan dengan meneliti, terjemahan bahasa Indonesia itu meneliti tetapi sebenarnya itulooks, artinya melihat dengan terus menerus, secara teratur, tak henti-henti, terus menerus. Kita tidak boleh memiliki sikap yang santai, memanjakan kehendak pribadi di saat mendengarkan atau melakukan Firman Allah. Di sini ketika kita melihat atau meneliti Firman, itu ada unsur pembuktian benar tidak firman Tuhan itu layak untuk kita lakukan.
Yakobus memberikan dua analogi tentang meneliti Firman ini, yakni:
a) Seperti peneliti atau researcher, atau investigator. Meneliti Firman Tuhan, berarti kita membahas firman Tuhan itu mau mengatakan apa pada kita? Firman Tuhan ini mendorong kita melakukan apa?
b) Orang-orang yang sungguh melakukan firman Tuhan yang berespons dengan tepat. Orang seperti ini adalah sebagai seseorang yang berbahagia. Yang berespons dengan tepat terhadap firman adalah meneliti firman, dan kemudian yang orang yang berespons terhadap firman Tuhan dengan tepat adalah orang yang berbahagia. Inilah alasan yang membuat orang-orang Kristen itu menghargai firman dengan sungguh-sungguh karena dia menjadi orang yang berbahagia, melihat, meneliti.
RENUNGAN
Apakah yang hendak kita renungkan dan hayati dari kotbah Minggu Septuagesima ini? Ada beberapa hal yang hendak kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni:
Pertama, jadilah pelaku Firman TUHAN. Menjadi pelaku itu punya resiko. Resiko itu harus kita terima. Orang yang berjuang melakukan firman TUHAN akan menghadapi banyak rintangan karena dunia ini dipenuhi orang yang membenci kebenaran Firman TUHAN. Biasanya orang yang suka kebenaran dan melakukan kebenaran sering tidak disukai dunia. Dunia lebih cenderung memilih orang yang tidak suka melakukan kebenaran Firman TUHAN.
Kedua, bercerminlah dengan Firman TUHAN. Gunakanlah Firman TUHAN sebagai pedoman hidup kita. Jika kita merasa hidup kita kurang baik, maka segeralah bercermin kepada Firman TUHAN agar hidup kita kembali baik dan benar.
Ketiga, teruslah meneliti Firman TUHAN. Jika kita merasa kurang memahami dan mengerti akan kebenaran Firman TUHAN, maka mari membaca, mengupas, merenungkan, dan mendiskusikannya dengan orang yang tepat agar kita semakin bertumbuh di dalam iman yang benar. Karena itu marilah kita menjadi pelaku Firman TUHAN dalam kehidupan kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar