Renungan hari ini:
“ORANG BENAR BERTAMBAH, BERSUKACITALAH RAKYAT”
Amsal 29:2 (TB) "Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat"
Proverbs 29:2 (NET) "When the righteous become numerous, the people rejoice; when the wicked rule, the people groan"
Pernyataan pengamsal “Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat” menunjukkan bahwa orang benar sangat dibutuhkan dalam rangka menata kelola pemerintahan. Jika orang benar memimpin suatu organisasi maka anggotanya akan merasakan sukacita yang besar, namun sebaliknya jika orang fasik terpilih jadi pemimpin maka berkeluhlah rakyat.
Hilangnya kebenaran merupakan problema dunia yang paling besar, bahkan juga merupakan problema bangsa yang paling berat. Setiap bangsa yang mengalpakan atau menyepelekan fakta tersebut harus mengingat, “tanpa hal yang paling utama yaitu dasar kebenaran dan keadilan”, pasti negara tersebut akan mengalami banyak kekecewaan, frustasi dan kesulitan. Bahkan diperkirakan kesulitan akan meningkat.
Dari nas hari ini hendak mengajarkan kita beberapa hal, yakni:
Pertama, kebenaran menolak kuasa dosa. Antara kebenaran dan dosa seringkali merupakan pilihan yang sudah jelas tapi sulit dalam realitanya. Firman Tuhan ini mengingatkan untuk dengan tegas menolak kuasa dosa yang hendak menodai suatu bangsa. Biasanya dalam kontestasi politik, dosa bisa berbentuk ketidakjujuran, manipulasi, nafsu pada kekuasaan, politik uang, juga penggunaan isu sara yang berpotensi memecah-belah persatuan. Namun dalam terang kebenaran, dari iman dan kesetiaan pada Tuhan Yesus, kita harus menolak kuasa dosa itu dengan lugas. Patutlah kita mengutamakan nilai-nilai kebenaran demi terciptanya perdamaian, hingga bisa terwujud kehormatan dan kebanggaan sebagai bangsa yang bermartabat. Sungguh bangsa yang hidup benar adalah bangsa yang memiliki derajat tinggi, bangsa yang mulia dan terhormat. Sebaliknya bangsa kita bisa tidak dihargai karena masalah dosa dalam hidup berbangsa dan bernegara seperti yang masih nampak korupsi dan diskriminasi. Kebenaran tentu menolak dosa dan kekuatannya.
Kedua, kebenaran memperkokoh pemerintahan. Belajar dari sejarah Israel, ketika raja Salomo masih taat kepada Tuhan, kerajaannya kokoh dan lancar jaya. Namun saat Salomo meninggalkan Tuhan, kerajaannya kemudian pecah menjadi dua, tidak ada kesatuan dan kedamaian. Raja-raja yang memerintah seterusnya banyak yang hidup tidak benar. Padahal janji TUHAN mengenai keluarga dan kerajaan Daud: "akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku" (2 Sam. 7:16).
Seorang pemimpin yang melakukan kebenaran, pemerintahannya akan kokoh (Ams. 16:12). Setiap bangsa merindukan pemimpin yang benar, juga pemimpin yang bekerja keras untuk selalu mengusahakan kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang benar tidak memikirkan kepentingan diri atau golongannya. Amsal memang suka membandingkan orang yang bijak dengan orang yang bodoh (bukan secara ilmu tapi hati yang bebal). Bebal berarti sudah tumpul terhadap kebenaran. Banyak tokoh politik adalah orang-orang terhormat dan berilmu, tetapi ironisnya ada oknum yang meremehkan dan bahkan memutarbalikkan kebenaran.
Ketiga, kebenaran menumbuhkan damai sejahtera. Kita orang percaya, baik dalam lingkup besar maupun kecil harus menjaga kebenaran. Di tengah masyarakat, kebenaran erat kaitannya dengan kesejahteraan. Nabi Yesaya pernah mengingatkan, "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran adalah ketenangan dan ketenteraman" (Yes. 32:17). Kebenaran yang semu hanya sebatas dalam gereja atau terbatas di tempat ibadah saja, dan tidak ada karya nyata di tengah masyarakat. Orang bebal mungkin berpikir bahwa segala tipu dayanya bisa dikompensasi dengan segala kesantunan yang dilakukannya. Mereka bisa berpandangan bahwa dengan segala ketaatan kepada kewajiban agamanya dapat berkenan kepada Tuhan. Pengakuan dosa Daud, "Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diamEngkau memberitahukan hikmat kepadaku" (Mzm. 51:8). Sungguh tragis kalau di dalam kebebalan, kesombongan menguasainya. Kita butuh menumbuhkan dan mengembangkan kebenaran yang berdampak dalam jemaat dan masyarakat yang tenang dan tentram.
Menjadi harapan dan doa kita, agar Tuhan membangkitkan orang-orang benar di bangsa kita. Firman Tuhan berkata: "Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat. Tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat" (Ams. 29:2). Kita perlu berdoa agar Tuhan membangkitkan suatu generasi yang takut akan Tuhan, yakni angkatan orang benar yang bersih tangannya dan yang murni hatinya. Inilah suatu generasi yang mencari wajah-Nya yang bisa lahir di kampus-kampus, di instansi-instansi pemerintah, di sektor-sektor usaha bisnis dan perdagangan, juga di sektor seni dan dunia hiburan.
Kebenaran menjadi barang langka saat ini, dikalahkan oleh berbagai rupa-rupa rekayasa dan pemutarbalikan keadilan dan hukum. Hukum dan keadilan saat ini menjadi komoditas yang bisa diperjualbelikan, bisa ditawar-tawar dan dinegosiasikan. Moto atau semboyan, "Mengembalikan derajat bangsa" tampaknya hanya menjadi slogan tanpa makna atau retorika politik saja kalau tidak disertai kesungguh-sungguhan untuk melaksanakannya secara konsisten. Karena itu, tersulah tegakkan kebenaran maka derajat bangs akita pun akan tinggi. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar