Renungan hari ini:
“DITAKLUKKAN DI BAWAH KRISTUS”
1 Korintus 15:28 (TB) "Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua"
1 Corinthians 15:28 (NET) "And when all things are subjected to him, then the Son himself will be subjected to the one who subjected everything to him, so that God may be all in all"
Arti dari “segala sesuatu ditaklukkan di bawah Kristus… dan supaya Allah dapat menjadi semua di dalam semua”(1 Kor. 15: 28) adalah bahwa dengan kebangkitan Yesus dari kematian, maka Yesus mengalahkan kuasa jahat dan kuasa maut. Maka dengan kurban salib dan kebangkitan-Nya, Yesus membebaskan manusia dan segala ciptaan dari pengaruh jahat. Yesus yang telah bangkit akan datang kembali, di akhir dunia nanti, untuk membangkitkan semua orang mati. Kebangkitan orang mati ini diikuti oleh Penghakiman terakhir. Orang-orang jahat akan menerima akibat perbuatannya, namun orang-orang benar akan dimuliakan, dan dibebaskan dari segala pengaruh jahat, di mana tidak ada lagi penderitaan dan maut, tidak ada lagi yang melawan Allah, sehingga Allah dapat meraja di dalam semua.
Karya Kristus dan Bapa memang tidak terpisahkan (ay. 27a). Kristus menaklukkan segala sesuatu (15:24-25), karena segala sesuatu memang sudah ditaklukkan oleh Bapa di bawah kaki Kristus (15:27a). Hal ini merupakan penggenapan dari dua nubuat mesianis sekaligus: Mazmur 110:1, “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu” dan Mazmur 8:7, “Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya”.
Kita tidak mengetahui dengan pasti mengapa Paulus perlu menekankan keterkaitan antara karya Kristus dan Allah di sini. Yang kita ketahui, dalam Surat 1 Korintus Paulus sebelumnya sudah menjelaskan kesetaraan sekaligus perbedaan karya Bapa dan Kristus (8:6). Satu Allah adalah Bapa, satu Tuhan adalah Kristus. Segala sesuatu ada dari Allah tetapi oleh Kristus. Kita hidup untuk Allah, tetapi karena Kristus.
Bapa tidak termasuk yang ditaklukkan oleh Kristus (ay. 27b-28a). Untuk menghindari kebingungan atau, bahkan, kesalahpahaman, Paulus lantas menerangkan bahwa Allah tidak termasuk yang ditaklukkan oleh Kristus. Hal ini disebabkan Allah justru yang telah meletakkan segala sesuatu di bawah Kristus. Dengan kata lain, Allah menaklukkan segala sesuatu melalui Kristus. Tidak ada satu pun yang ditaklukkan oleh Allah tanpa melalui Kristus. Dengan cara yang sama, tidak ada satu pun yang ditaklukkan oleh Kristus tanpa sebelumnya diletakkan di bawah kaki-Nya oleh Bapa. Ada ketidakterpisahan antara Bapa dan Anak.
Sesudah segala sesuatu ditaklukkan oleh Kristus dan diserahkan kepada Bapa, Kristus sendiri takluk kepada Bapa-Nya (ay. 28). Hal ini sangat logis. Dalam karya penebusan, Bapa bertindak sebagai Pengutus dan Kristus sebagai Utusan. Sang Pengutus selalu lebih besar daripada yang diutus. Sesudah yang diutus menuntaskan tugasnya, dia harus mengembalikan semuanya kepada yang mengutus. Begitulah yang terjadi dalam diri Bapa dan Kristus. Bukan berarti ada dua Allah. Bukan berarti ada dua tingkatan keilahian. Kita hanya mempercayai satu Allah. Allah yang esa, yang menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah Tritunggal.
Bapa adalah semua di dalam semua (ay. 28b). Lebih daripada sekadar antisipasi terhadap kebingungan dan kesalahpahaman, ayat 27b-28 juga berfungsi sebagai peneguhan bagi totalitas pemerintahan Allah yang berdaulat. Segala sesuatu benar-benar di bawah otoritas-Nya. Bahkan Kristus yang menaklukkan segala sesuatu pun berada di bawah otoritas tersebut. Jika Sang Penakluk segala sesuatu saja berada di dalam otoritas-Nya, kita sangat meyakini bahwa tidak ada satu kuasa pun yang berada di luar otoritas itu. Tidak ada yang bisa merampas kita dari tangan Bapa (Yoh. 10:28-29).
Ungkapan “Allah menjadi semua di dalam semua” bukanlah sebuah slogan filosofis yang abstrak (kontra filsafat Stoa/Epikurianisme). Ungkapan ini juga bukan sekadar permainan kata tanpa makna (kontra pakar retorika Yunani-Romawi). Bukan pula sebuah isyarat bagi sebuah relasi yang mistis antara Allah dan segala sesuatu (kontra pantheisme, Gerakan Zaman Baru, aliran kebatinan tertentu). Ini merupakan realita yang praktis. Allah lebih besar daripada segala sesuatu. Allah mengontrol segala sesuatu. Allah bekerja di dalam segala sesuatu. Tidak ada satu pun yang bisa mengagetkan Allah. Tidak ada satu pun yang berpotensi menggagalkan rencana Allah. Karena itu, kita harus menyakini bahwa Yesus Kristus dan Bapa adalah satu, tetapi dalam karya penyelamatan-Nya, Allah mengutus Yesus untuk menaklukkan kuasa jahat dan maut agar tampak bahwa Allah menjadi semua di dalam semua. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar