Renungan hari ini:
“YANG JAUH MENJADI DEKAT”
Efesus 2:12-13 (TB) "Bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus"
Ephesians 2:12-13 (NET) "That you were at that time without the Messiah, alienated from the citizenship of Israel and strangers to the covenants of promise, having no hope and without God in the world. But now in Christ Jesus you who used to be far away have been brought near by the blood of Christ"
Dahulu, orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi, sulit sekali untuk duduk bersama. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Hal tersebut dikarenakan superioritas orang-orang Yahudi, yang memandang orang lain lebih rendah dibandingkan dirinya. Sulit sekali bagi mereka untuk dapat hidup bersama menjadi satu. Namun, oleh darah Kristus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib, Paulus ingin menjelaskan tidak ada lagi orang Yahudi dan bukan Yahudi. Sebab semua tembok perseteruan yang ada di antara kita telah dihancurkan. Kesenjangan yang ada dan memisahkan kita telah dijembatani (ay. 14). Oleh darah Kristus melalui kematiannya di atas kayu salib, semua yang ada di dalam-Nya, telah didamaikan dengan Allah dan juga dengan sesama.
Dalam Kristus hidup kita mengalami perubahan. Dahulu yang jauh sekarang menjadi dekat. Kita disebut oleh rasul Paulus adalah orang-orang yang dahulu “jauh”. Apa maksud rasul Paulus dengan pernyataan tersebut? Hal pertama yang kita dipahami bahwa kita memang dahulu “jauh” dari Allah karena kita adalah orang-orang yang menerima dampak dari dosa Adam dan Hawa. Pada sisi lain, Allah juga menjadi “jauh” dari kita bahkan terpisah dengan kita karena Dia adalah Allah yang kudus. Selanjutnya, hal kedua yang perlu juga kita mengerti dan pahami ialah bahwa kita adalah orang-orang yang “jauh” dalam artian tidak ada hubungan darah, hubungan suku dan hubungan budaya. Dengan lain kata ialah bahwa kita ini tidak ada pertalian sama sekali atau kita sangat berbeda.
Tetapi oleh darah Kristus, kita yang dahulu “jauh” dari Allah, sekarang telah menjadi dekat. Allah yang tadinya transenden, sekarang oleh Kristus, Allah menjadi imanen atau menjadi dekat dengan kita. Allah telah menjadi Bapa kita dan kita anak-anak-Nya. Kita yang tadinya “jauh” oleh karena tidak ada hubunga darah, tidak ada hubungan suku, tidak ada hubungan budaya dan tidak ada hubungan keluarga. Oleh darah Kristus, kita menjadi “dekat”, menjadi saudara, menjadi satu tubuh dan menjadi satu keluarga yaitu keluarga Allah dimana Allah sendiri menjadi satu-satunya Bapa kita yang menyatukan kita.
Rasul Paulus dalam pimpinan, tuntuan, bimbingan, arahan dan ilham Roh Kudus, menulis: “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota keluarga Allah” (Ef. 2:19). Di dalam Kristus, kita bukan orang asing melainkan menjadi warga dari satu komunitas orang-orang yang dikususkan menjadi warga kerajaan sorga. Kita hidup dalam satu keluarga besar yaitu keluarga Allah.
Ada dua point penting yang hendak disampaikan oleh rasul Paulus dalam nas hari ini, yaitu:
Pertama, sebagai keluarga Allah, kita disatukan oleh darah Kristus dan dilahir-barukan oleh kuasa Roh Kudus. Kita tidak lagi berkumpul karena ikatan kedaerahan dan kesukuan, melainkan karena pengakuan dan pengalaman iman yang sama bahwa kita ditebus oleh darah Kristus.
Kedua, kita dilahir-barukan sebagai anak-anak Allah yang terikat dalam ikatan keluarga yang baru, yakni keluarga Allah. Di dalam satu Roh, kita semua baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum (susu) dari satu Roh (1Kor. 12:13). Tidak mengherankan Yesus berkata: “Saudara-Ku laki-laki dan saudara-Ku perempuan ialah mereka yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”. Lebih jelasnya dicatat oleh penulis Injil Matius, demikian: “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku” (Mat. 2:50)
Jadi, gereja yang dibangun berdasarkan kesukuan, kedaerahan atau kesamaan strata sosial, tidak lagi relevan dan tidak sejalan dengan panggilan gereja, yakni menjadi keluarga Allah, keluarga yang Am dan kudus. Mari kita sebagai pembawa damai, meninggalkan pola kedaerahan dan kesukuan serta adat istiadat karena hal-hal itu akan menjadi sekat yang bisa memisahkan kita. Karena itu, marilah menikmati kedekatan kita dengan Kristus dan sesama dengan merayakannya dengan sukacita setiap hari. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar