Renungan hari ini:
“TANGGUNG JAWAB”
Yehezkiel 18:4 (TB) "Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati"
Ezekiel 18:4 (NET) "Indeed! All lives are mine – the life of the father as well as the life of the son is mine. The one who sins will die"
Nas hari ini memberikan pemahaman kepada kita soal tangunggung jawab. Ada dua hal yang akan kita renungkan dalam firman TUHAN hari ini, yakni:
Pertama, soal kepemilikan jiwa kita. Jiwa kita baik ayah maupun anakkita adalah milik TUHAN. Sungguh semua jiwa Aku punya! Demikianlah firman Allah kepada Yehezkiel pada masa umat Israel dalam pembuangan di Babel. Allah adalah pemilik semua jiwa, jiwa orang benar di hadapan Allah maupun yang tidak. Artinya bahwa manusia tidak ada wewenang terhadap jiwanya sendiri karena kita adalah milik Allah. Bagi kita yang hidup di dalam kebenaran Allah, telah dijamin bahwa kita telah menerima rumah abadi bersama dengan Yesus (Yoh. 142). Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal, memberi sebuah pengharapan bahwa kita tidak usah risau tidak mendapat tempat, karena Allah sudah menyediakan. Tidak terbatas seperti tempat tinggal di dunia, tidak berkekurangan seperti di bumi yang sempit ini. Melainkan Rumah Bapa adalah Rumah yang disediakan bagi bersekutunya “keluarga Allah”, sesudah di dunia ini.
Dari firman Tuhan ini, kita menyadari bahwa sesungguhnya kita semua kepunyaan Allah, tidak ada seorangpun pantas berbuat sesuka hati, dan melanggar ketetapan Allah. Apa yang dilakukan Allah untuk kepunyaanNya? Ia menjamin jiwa dan menyediakan tempat yang akan kita tuju setelah kita hidup di dunia. Sungguh kita bersukacita menjadi kepunyaan Allah, karena Allah memperhitungkan yang perlukan bahwa juga memberi jaminan bagi jiwa kita. Apakah kita sudah menunjukkan sikap hidup yang pantas sebagi kepunyaan Allah?
Kedua, semua orang yang berdosa harus mati. Setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya, termasuk atas dosanya. Orang yang berbuat dosa, dialah yang harus mati. Anak tidak akan menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan menanggung kesalahan anaknya. Orang benar menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya (ay. 20). Lalu apa yang terjadi jika orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan Tuhan? Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadapnya dan ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya (ay. 22). Saat Tuhan mengampuni kita, Dia tidak mengingat-ingat lagi segala dosa kita. Kalau Allah saja tidak mau mengingat segala dosa kita, apa gunanya kita menyimpan kesalahan, amarah, atau dendam?
Kita perlu meneladani cara Tuhan mengampuni ketika mengampuni dan memaafkan kesalahan sesama. Jika kita mengatakan kepada seseorang “Aku mengampunimu” atau “Aku memaafkanmu,” itu berarti kita tidak menyimpan lagi kesalahannya. Buanglah yang sudah rusak dan mulailah dengan hal baru yang masih berharga.
Dengan memahami kedua hal di atas, maka kita harus tunduk di hadapan Allah bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Jiwa kita adalah milik TUHAN karenanya kita harus memberi tanggung jawab kepada TUHAN atas penggunaan jiwa kita. Demikian juga segala dosa dan kejahatan kita harus kita akui agar TUHAN memberikan pengampunan-Nya bagi kita. Karena itu, milikilah rasa tanggung jawab yang benar agar kita mampu mempertanggungjawabkan jiwa dan dosa kita di hadapan TUHAN. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar