Renungan hari ini:
“MENABUR DAN MENUAI”
Hosea 10:12 (TB) "Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia! Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan"
Hosea 10:12 (NET) "Sow righteousness for yourselves, reap unfailing love. Break up the unplowed ground for yourselves, for it is time to seek the Lord, until he comes and showers deliverance on you"
Kata “menabur dan menuai” adalah bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan kita, khususnya kita sebagai orang percaya. Kata “menabur” berbicara tentang bagian yang seharusnya kita lakukan di dalam berbagai bagian hidup kita, entah itu di dalam hidup nikah, keluarga, bisnis atau ministri kita; sedangkan kata “menuai” berbicara bagian yang boleh kita nikmati, yang merupakan buah dari apa yang telah kita lakukan (tabur) selama ini di dalam hari-hari yang kita jalani.
Ada beberapa pelajaran yang hendak kita renungkan dalam nas hari ini, yakni:
Pertama, bagaimana seharusnya kita menabur dan menuai di dalam setiap aspek hidup kita. Selama ini kita lebih sering diajar atau dididik bagaimana kita seharusnya menabur, seperti misalnya, melalui kebenaran firman Tuhan yang tertulis di dalam Galatia 6:7, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." Kita memang harus memperhatikan apa yang kita tabur dan bagaimana cara kita menaburnya di dalam berbagai bagian hidup kita, tetapi kita juga harus memperhatikan bagaimana cara kita menuai hasil atau buah dari apa yang telah kita tabur selama ini. Kita tidak cukup hanya menabur sesuai dengan keadilan di dalam hidup kita, tetapi kita juga perlu menuai menurut kasih setia, itulah yang Alkitab ajarkan pada kita hari ini. Kita tidak bisa hanya asal menuai begitu saja. Alkitab menuliskan bahwa kita haruslah menuai sesuai atau menurut belas kasihan, kasih dan kebaikan. Ketika kita menuai hasil atau buah dari apa yang telah tabur selama ini, adakah kasih setia, belas kasihan, kasih dan kebaikan di dalamnya?
¨ Adakah rasa syukur kepada Tuhan atas segala kasih setia dan kasih karunia-Nya, bahwa kita boleh menuai hasil atau buah yang baik dari apa yang telah kita tabur selama ini? Ataukah, kita justru merasa diri kita hebat dan menjadi tinggi hati?
¨ Adakah kita menjadi tamak dan kikir, saat kita menuai hasil atau buah dari apa yang telah kita tabur selama ini, hingga kita hanya memikirkan keinginan kita sendiri dan terintangi untuk berbagi berkat dengan orang-orang yang ada di sekitar kita?
¨ Adakah kita bisa melihat bahwa segala hasil atau buah yang baik yang ada di depan mata kita adalah bukti dari kasih setia Tuhan dan karena kasih karunia-Nya atas hidup kita, hingga kita pun makin melekatkan diri kita kepada Dia di dalam segala aspek hidup kita?
¨ Adakah segala kasih setia dan kasih karunia Tuhan yang telah dinyatakan di dalam hidup kita, melalui hasil atau buah yang boleh kita tuai di dalam Kristus Yesus, membuat hati kita senantiasa dipenuhi oleh belas kasihan serta memancarkan kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita -entah kita berada di rumah, di kantor atau di manapun kita berada, supaya mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa kita di sorga?
Hari ini, mari kita tidak hanya memperhatikan bagaimana cara kita menabur di dalam berbagai bagian hidup kita, tetapi kita juga bagaimana cara kita menuai hasil atau buah yang dari apa yang telah kita tabur selama ini. Doa saya, kiranya Roh Kudus boleh senantiasa menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran firman Tuhan, baik pada saat kita menabur atau waktu kita menuai. Tuhan memberkati.
Kedua, kita harus mencari TUHAN. Hosea mengingatkan bangsa Israel bahwa sudah waktunya untuk mencari Tuhan. Sebab, mereka sudah terlalu banyak berbuat dosa di hadapan Allah. Sekalipun sudah diperingatkan, mereka tetap saja melakukan kefasikan, kecurangan, kebohongan, dan mengandalkan kekuatan sendiri. Padahal, peringatan ini bertujuan agar mereka tidak dihancurkan, diremukkan, dan dilenyapkan.
Umat Tuhan digambarkan dengan dua persamaan. Pertama, sebagai anak lembu yang mengirik dan membajak tanah agar menjadi gembur. Kedua, sebagai pemilik tanah yang harus menyisir dan membersihkan tanah agar mudah dituai. Hal ini mengingatkan kita pada Matius 11:29, “Pikullah kuk yang Kupasang… Kuk biasanya dipasang pada hewan lembu. Tujuannya agar petani mudah mengendalikan lembu tersebut saat membajak tanah. Artinya, kuk menggiring seekor hewan agar taat pada si pengendali, yaitu petani.
Tuhan melatih umat-Nya untuk menjadi taat. Namun, mereka justru merawat kefasikan, yaitu sikap tidak peduli pada perintah Tuhan. Tuhan mendidik umat-Nya agar jujur, adil, dan tulus. Faktanya, mereka malah terbiasa curang. Ajakan untuk mencari Tuhan adalah seruan untuk kembali pada maksud dan rencana Tuhan dengan mentaati-Nya. Dalam hal ini, jika menabur dengan keadilan dan kasih, kita pun akan menuai kebaikan.
Jika kita telah merasakan dan mengecap kebaikan Tuhan sepanjang hidup, marilah kita bersyukur. Kita mesti mengingat bahwa Ia telah mendidik kita sebagai buah hati dan kesayangan-Nya. Percayalah akan kasih setia-Nya. Jika kita sedang jauh dan memalingkan diri dari-Nya, bersiaplah untuk kembali pada pelatihan dan didikan-Nya. Marilah kita selalu mencari Tuhan! Salah satu caranya adalah dengan mendengarkan dan melakukan firman-Nya.
Ketiga, TUHAN akan menghujani kita dengan keadilan (baca: keselamatan). Hosea menjanjikan “hujan keselamatan” ke atas orang-orang yang berkenan membajak lahan hati mereka agar siap untuk ditaburi dengan benih-benih sabda-Nya. Membajak tanah keras adalah sebuah gambaran dari pertobatan – menyiapkan diri kita untuk mengalami tindakan penyembuhan dan pembersihan dari Roh Kudus. Pertobatan dan pengakuan dosa mempunyai makna yang jauh lebih mendalam daripada sekadar suatu penghapusan dosa-kesalahan kita. Mengapa demikian? Karena pertobatan menyangkut tindakan menaruh jiwa kita di hadapan Tuhan Allah dan mohon kepada-Nya untuk menghancurkan “kekerasan” apa saja yang masih ada dalam diri kita. Sang pemazmur menulis: “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” (Mzm. 105:4).
Pertobatan sejati mencakup kemauan seseorang untuk sungguh meninggalkan kedosaannya, siap untuk dibajak dan diubah oleh rahmat Allah. Ia selalu siap untuk mentransformasikan diri kita menjadi semakin serupa dengan Yesus. Ia ingin agar hati kita menjadi sebuah lahan baru, tanah yang sudah gembur dan siap untuk ditaburi dengan benih-benih rahmat-Nya. Ia sangat ingin menaburkan benih-benih itu ke dalam hati kita masing-masing. Dalam pertobatan yang tulus, marilah kita mencari Allah. Ia akan memberikan kepada kita kebebasan sejati, sukacita dan kemenangan, setiap hari dalam kehidupan kita. Karena itu, taburlah dengan baik, maka kita akan menuai kebaikan, carilah TUHAN maka Ia akan menghujani kita keselamatan! (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar